Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) adalah gangguan fungsi renal progresif & irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal buat mempertahankan metabolisme & keseimbangan cairan & elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dgn lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dgn penurunan bertahap dgn fungsi ginjal & peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Gangguan fungsi ginjal ; penurunan laju filtrasi glomerulus dapat digolongkan ringan, sedang & berat. Azotemia ; peningkatan nitrogen urea darah (BUN) & ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat.
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis kerusakan ginjal progresif & irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik :
- Infeksi : Pielonefritis kronik
- Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
- Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
- Gangguan jaringan penyambung : Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
- Gangguan kongerital & hereditas : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.
- Penyakit metabolic : Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.
- Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
- Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma, fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate, struktur urea, anomaly kongetal pada leher kandung kemih & uretra.
Penurunan fungsi ginjal akan mengakibatkan berbagai manifestasi klinik mengenai dihampir semua sistem tubuh manusia, seperti:
- Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah dihubungkan dgn terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Disamping seperti itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum & kolitis uremik. - Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam & gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit. - Hematologi
Anemia adalah gejala hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dgn penyebab polikistik ginjal disertai polistemi. Hemolisis adalah sering timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena imunitas menurun. - Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai penurunan kesadaran atau koma. - Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam & air, atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas adalah gejala sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan elektrolit. - Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan metabolik vitamin D. - Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan elektrolit & asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik, hiperkalemia, hiperforfatemi, hipokalsemia.
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar (anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, & rasio urine/serum sering 1:1
Klirens keratin : Mungkin agak menurun
Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM & fragmen juga ada.
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaseperti itu 5)
Hitung darah lengkap : Ht : Menurun pada adanya anemia Hb:biasanya kurang ari 78 g/dL
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada azotemia.
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal buat mengeksresi hydrogen & amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun .
Natrium Serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan Natrium” atas normal (menunjukan status dilusi hipernatremia).
Kalium : Peningkatan sehubungan dgn retensi sesuai dgn perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dgn urine.
KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih & adanya obstruksi (batu)
Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal & ureter.
Arteriogram Ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal & mengidentifikasi ekstravaskular massa.
Sistouretrogram Berkemih : Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, terensi.
Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal & adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik buat menentukan sel jaringan buat diagnosis histoligis.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : Dilakukan buat menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria & pengangkatan tumor selektif.
EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit & asam/basa.
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral & Tangan : Dapat menunjukan demineralisasi.
(Rencana Askep, Marilyn E Doenges dkk)
Tujuan penatalaksaan ; buat mempertahankan fungsi ginjal & homeostasis selama mungkin. Adapun penatalaksaannya sebagai berikut :
- Diet tinggi kalori & rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) & tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia & nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum & perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium & garam. - Optimalisasi & pertahankan keseimbangan cairan & garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat & terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan buat mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine, & pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml). - Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dgn hasil akhir gagal kiri pada pasien hipertensi dgn penyakit ginjal, keseimbangan garam & cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop, selain obat anti hipertensi. - Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
sering ditemukan ; hiperkalemia & asidosis berat. Buat mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan berhubungan dgn eksresi kalium (misalnya penghambat ACE & obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam menyebabkan pelepasan kalium dari sel & ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma & EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/liter biasanya terjadi pada pasien sangat kekurangan garam & dapat diperbaiki secara spontan dgn dehidrasi. Namun perbaikan cepat dapat berbahaya. - Mencegah & tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dgn obat mengikat fosfat seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg) pada setiap makan. Namun hati-hati dgn toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen vitamin D & dilakukan paratiroidektomi atas indikasi. - Deteksi dseperti ini & terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif & diterapi lebih ketat. - Modifikasi terapi obat dgn fungsi ginjal
Banyak obat-obatan harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik & dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin & alupurinol. Juga obat-obatan meningkatkan katabolisme & ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid & sitostatik. - Deteksi & terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neurepati perifer, hiperkalemia meningkat, kelebihan cairan meningkat, infeksi mengancam jiwa, kegagalan buat bertahan, sehingga diperlukan dialysis. - Persiapan dialysis & program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialysis biasanya ; gagal ginjal dgn klinis jelas meski telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
1. Pengkajian
- Riwayat Kesehatan Pasien & Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja dilakukan klien buat menanggulangi penyakitnya. - Aktifitas / istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak - SirkulasiAdanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina)
Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum & pitting pada kaki, telapak tangan.
Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, jarang pada penyakit tahap akhir.
Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan - Integritas Ego :
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. - Eliminasi :Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria. - Makanan / cairan :
Peningkatan berat ba& cepat (oedema), penurunan berat ba& (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Penggunaan diuretik
Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. - Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan & kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh & tipis. - Nyeri / kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah. - PernapasanNapas pendek, dispnea, batuk dgn / tanpa sputum kental & banyak.
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
Batuk dgn sputum encer (edema paru). - Keamanan
Kulit gatal
Ada / berulangnya infeksi
Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi - Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas - Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. - Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat DM (resiko tinggi buat gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat seperti ini / berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
- Kelebihan volume cairan berhubungan dgn penurunan haluaran urine, diet berlebih & retensi cairan serta natrium.
- Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dgn anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet, & perubahan membrane mukosa mulut.
- Intoleran aktivitas berhubungan dgn keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
- Ansietas berhubungan dgn kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, & rencana tindakan.
3. Intervensi
Diagnosa I
Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pemasukan & pengeluaran mendekati seimbang
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Berat ba& & tkita vital stabil
- Elektrolit dalam batas normal
Intervensi
- Kaji status cairan :
- Timbang berat ba& harian
- Keseimbangan masukan & haluaran
- Turgor kulit & adanya oedema
- Distensi vena leher
- Tekanan darah, denyut & irama nadi
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452). - Timbang berat ba& harian
- Batasi masukan cairan :
Pembatasan cairan akan menentukan berat ba& ideal, haluaran urine & respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
Sumber kelebihan cairan tidak diketahui dapat diidentifikasi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452). - Jelaskan pada pasien & keluarga rasional pembatasan
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien & keluarga dalam pembatasan cairan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452). - Pantau kreatinin & BUN serum
Perubahan seperti ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).
Diagnosa II
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dgn anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
- Mempertahankan/meningkatkan berat ba& seperti diindikasikan oleh situasi individu.
- Bebas oedema
Intervensi
- Kaji / catat pemasukan diet
Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi & kebutuhan diet. Kondisi fisik umum gejala uremik & pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620). - Kaji pola diet nutrisi pasien
- Riwayat diet
- Makanan kesukaan
- Hitung kalori
- Riwayat diet
- Kaji faktor berperan dalam merubah masukan nutrisi
- Anoreksia, mual & muntah
- Diet tidak menyenangkan bagi pasien
- Depresi
- Kurang memahami pembatasan diet
- Anoreksia, mual & muntah
- Berikan makan sedikit tapi sering
Meminimalkan anoreksia & mual sehubungan dgn status uremik/menurunnya peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620). - Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan diizinkan & dorong terlibat dalam pilihan menu.
Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan & rumah dapat meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620). - Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet - Tinggikan masukan protein mengandung nilai biologis tinggi : telur, susu, daging.
Protein lengkap diberikan buat mencapai keseimbangan nitrogen diperlukan buat pertumbuhan & penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452). - Timbang berat ba& harian.
Buat memantau status cairan & nutrisi.
Diagnosa III
Intoleran aktifitas berhubungan dgn kelelahan, anemia & retensi produk sampah
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas dapat ditoleransi
Kriteria hasil :
- Berkurangnya keluhan lelah
- Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
- Laporan perasaan lebih berenergi
- Frekuensi pernapasan & frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.
- Kaji faktor menimbulkan keletihan
- Anemia
- Ketidakseimbangan cairan & elektrolit
- Retensi produk sampah
- Depresi
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454). - Anemia
- Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri dapat ditoleransi, bantu bila keletihan terjadi.
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang & memperbaiki harga diri. - Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Mendorong latihan & aktivitas dalam batas-batas dapat ditoleransi & istirahat adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454). - Anjurkan buat beristirahat setelah dialisis
Istirahat adekuat dianjurkan setelah dialisis, bagi banyak pasien sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
Diagnosa IV
Ansietas berhubungan dgn kurang pengetahuan tentang kondis, pemeriksaan diagnostic, rencana tindakan & prognosis.
Tujuan : Ansietas berkurang dgn adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit & pengobatan.
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic & rencana tindakan.
- Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
Intervensi
- Bila mungkin atur buat kunjungan dari individu mendapat terapi.
Indiviodu berhasil dalam koping dapat pengaruh positif buat membantu pasien baru didiagnosa mempertahankan harapan & mulai menilai perubahan gaya hidup akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159). - Berikan informasi tentang :
- Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis ; tak dapat pulih & bahwa lama tindakan diperlukan buat mempertahankan fungsi tubuh normal.
- Pemeriksaan diagnostic termasuk :
- Tujuan
- Diskripsi singkat
- Persiapan diperlukan sebelum tes
- Hasil tes & kemaknaan hasil tes.
- Tujuan
- Sediakan waktu buat pasien & orng terdekat buat membicarakan tentang masalah & perasaan tentang perubahan gaya hidup akan diperlukan buat memiliki terapi.
Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan buat gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 160). - Jelaskan fungsi renal & konsekuensi gagal ginjal sesuai dgn tingkat pemahaman & kesiapan pasien buat belajar.
Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal & penanganan setelah mereka siap buat memahami & menerima diagnosis & konsekuensinya. - Bantu pasien buat mengidentifikasi cara-cara buat memahami berbagai perubahan akibat penyakit & penanganan mempengaruhi hidupnya.
Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
- Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis ; tak dapat pulih & bahwa lama tindakan diperlukan buat mempertahankan fungsi tubuh normal.
4. Implementasi
Asuhan Keperawatan pada klien dgn kegagalan ginjal kronis.
- Membantu Meraih Tujuan Terapi
- Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air sudah dipesankan.
- Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus & protein.
- Tenekuni makanan bahan mengikat fosfat.
- Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
- Memberikan suplemen vitamin & mineral menurut dipesankan.
- Melindungi pasien dari infeksi.
- Mengkaji lingkungan klien & melindungi dari cedera dgn cara seksama.
- Mencegah perdarahan saluran cerna lebih hebat dgn menggunakan sikat gigi berbulu halus & pemberian antacid.
- Mengusahakan Kenyamanan
- Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
- Mengusahakan hangat & message otot kejang dari tangan & kaki bawah.
- Menyiapkan air matol buatan buat iritasi okuler.
- Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
- Mengusahakan agar klien dapat tidur dgn cara bijaksana.
- Konsultasi & Penyuluhan
- Menyiapkan orang bisa memberi kesempatan buat membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
- Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan mengganggu terapi.
- Membesarkan harapan orang dgn memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru.
- Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan & keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan umum harus diajukan pada evaluasi orang dgn kegagalan ginjal kronis terdiri dari berikut.
- Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
- Apakah orang menekuni pesan diet & cairan diperlukan?
- Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
- Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
- Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional & terapi, peraturan obat-obatan & gejala-gejala harus dilaporkan?