Test & diagnosa Faringitis
Umunya faringitis ringan, sehingga tidak memerlukan penanganan serius; palagi bila tidak terjadi infeksi. Perhatikan tanda-tkita terjadi infeksi, seperti dahak berwarna kuning atau hijau. Hal seperti ini diperlukan buat mencegah pemberian antibiotic tidak perlu. Bila tidak parah, cukup diberi obat simptomatis. Buat beberapa kasus ketika infeksi makin serius, perlu dilakukan kultur tenggorokan, buat mengetahui penyebab faringitis. Sehingga dapat segera diambil tidakan tepat. Bila ternyata ditemukan kuman berbhaya seperti GABHS.
Kultur tenggorokan ; metod konvensional buat menegakan diagnois infeksi streptokok. Pada pasien faringitis streptokokal tidak diobati, kultur tenggorok (pengambilan sampel pada tonsil & faringposterior) menunjukan hasil hamper selalu positif. Cara seperti ini memiliki sensitifitas 90-95%. Sayangnya, kultur tidak dapat diandalkan buat membedakan antara infeksi streptokokal akut dgn carrier streptokokal, juga terinfeksi pathogen lain. Infeksi streptokokal pada faringeal ; temuan umum, kususnya pada anak usia sekolah.
Jumlah streptokok dalam jumlah sampel tenggorok tidak dapat digunakan buat membedakan carrier dari infeksi, karena pertumbuhan kecil dapat diasosiasikan dgn infeksi sebenarnya. Hasil kultur tenggorok negative bias dijadikan acuan, buat menghentikan terapi antibiotic pada sebagian besar pasien dgn radang tenggorokan. Kultur tenggorok sebaiknya dibaca dalam 24 jam. Bila negtif, bila negatife sebaiknya diinkubasi 24 jam berikutnya agar mendapatkan sensitifitas optimal guna mendeteksi GABHS.
Sementara bila terdapat pseudomembran & terjadi pendarahan saat pengangkatan membrane, dapat dikatakan pasien menderita difteria. Abnormalitas neurologis seperti palatine palsy adalah petunjuk penting buat diteria, dalam kasus tanpa pseudomembrane. Sebaiknya lakukan smear & kultur buat corynebacterium diphtheria. (diambil dari Majalah ETHICAL DIGEST edisi 46)
we hope Test & diagnosa Faringitis are solution for your problem.