Berdirinya Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

Popularitas The Jakarta Admen Club bahkan melebihi organisasi resmi yg sebetulnya lebih dulu terbentuk pada tahun 1972, yaitu Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)
Seperti telah dikemukakan pada Bab 1, asosiasi perusahaan periklanan yg pertama berdiri di Indonesia pada tahun 1949 dgn nama Bond van Reclame Bureaux in Indonesia atau dalam bahasa Indonesia disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama resminya justru yg berbahasa Belanda, karena pada waktu itu sebagian besar pelaku di industri periklanan adalah orang-orang Belanda maupun keturunan Belanda. Demikian juga para pengurusnya adalah orang-orang belanda & keturunannya. Baru setelah PBRI diketuai oleh orang Indonesia, Muh.Napis,maka pada tahun 1957 diputuskan perhgantian namanya resmi menjadi PBRI. Dgn nama baru itu juga dilekukan penyesuaian istilah dari “perserikatan” menjadi “persatuan”.
Napis adalah seorang tokoh periklanan Indonesia yg ternyata berhasil memimpin PBRI secara terus-menerus hingga memasuki dasawarsa 1970-an. Napis sendiri ternyata sudah jenuh menjadi Ketua PBRI selama belasan tahun, & menganggap bahwa situasi seperti itu dapat mengarah kepada hal-perihal yg tidak demokratis.
Pada tahun 1971, Napis menyelenggarakan referendum di antara anggota PBRI buat memilih ketua yg baru, di samping juga meminta usulan perubahan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga, beserta usulan perubahan kebijakan & strategi. Namun, ternyata referendum itu tidak membuahkan hasil yg diharapkan. Napis tetap secara aklamasi diterima sebagai ketua PBRI.
Pada tahun 1972, Pemerintah Republik Indonesia tiba-tiba merasa perlu buat mengatur industri periklanan. Harsono yg ketika itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Pers & Grafika (Dirjen PPG) Departemen penerangan, memprakarsai diselenggarakannya Seminar Periklanan-forum nasional resmi pertama yg diselenggarakan di Indonesia buat membicarakan arah industri periklanan. Seminar ini diseenggarakan di restoran Geliga, Jalan wahid Hasyim, Jakarta Pusat, dgn ketua penyelenggaraan H.G. Rorimpandey, Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yg ketika itu juga Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan.
(catatan penulis: sebetulnya, Christianto Wibisono yg ketika itu menjadi Direktur Majalah Tempo pada tahun 1971 telah menyelenggarakan sebuah seminar periklanan buat mendiskusikan dalam menyikapi masuknya elemen asing ke dalam industri perikalanan Industri Indonesia. Tetapi, lingkup seminar ini masih bersifat terbatas di tataran pelaksana periklanan-bukan pengambil keputusan di tingkat asosiasi & regulator).
Dalam kesempatan itu pemerintah menyatakan bahwa PBRI adalah satu-satunya wadah perusahaan periklanan yg diakui Pemerintah Republik Indonesia. Pernyataan ini tampaknya didorong oleh kenyataan telah hadirnya berbagai perusahaan periklanan yg disponsori pihak asing, & tidak merasa berkepentingan buat menjadi anggota PBRI. Sekalipun pada tahun 1970 Menteri Perdagangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo telah menerbitkan surat keputusan yg melarang kehadiran perusahaan periklanan asing di Indonesia, namun kenyataannya praktik “Ali Baba” tetap menghadirkan banyak negara asing di industri periklanan Indonesia. Pernyataan Pemerintah itu membuat hampir semua perusahaan periklanan yg baru didirikan sekitar 1970-an kemudian mendaftar-kan diri menjadi anggota PBRI.
Seminar periklanan itu juga memuncukan napas & harapan baru akan munculnya generasi modern periklanan Indonesia. Keinginan buat berorganisasi secara serius pun mulai tampak hidup. Napis pun semakin berharap bahwa penggantinya akan segera muncul.
Kebetulan, pada tahun 1972 itu juga berlangsung Asian Advertising Congress (AAC) VIII di Bangkok. Masih dgn semangat Seminar Periklanan, beberapa tokoh periklanan Indonesia pun segera berangkat menghadiri kongres tersebut. Mereka antara lain adalah: Christian Wibisono, Ken Sudarto, Sjahrial Djalil, Ernst Katoppo, Abdul Moeid Chandra, Jacoba Muaja, Usamah, & Yo Wijayakusumah. Tidak tanggung-tanggung, delegasi Indonesia pada waktu itu secara nekat juga menawarkan diri buat menjadi tuan rumah AAC IX pada tahun 1974. hebatnya lagi, usulan itu ternyata diterima. Pertumbuhan pesat industri periklanan Indonesia tentulah menjadi faktor pembobot yg menghasilkan keputusan itu.
Semangat buat menjadi tuan rumah Aac IX itulah yg membuat insan periklanan Indonesia semakin membulatkan tekad buat berorganisasi secara rapi. Pada tanggal 20 Desember 1972, bertempat di restoran Chez Mario milik Muhammad Napis di jalan Ir. H. Juanda III/23, jakarta Pusat, diselenggarakan Rapat Anggota PBRI.
Rapat itu juga dihadiri Direktur Bina Pers dari Direktorat Jenderal Pembinaan Pers & Grafika Departmen Penerangan, Drs. Tjoek Atmadi. Rapat itu mengagendakan pemilihan pengurus baru, beserta membahas kemungkinan dibentuknya sebuah asosiasi periklanan dgn visi & lingkup yg lebih luas.
Abdul Maeid Chandra, seorang putra Madura aktivis PBRI yg memiliki stasiun radio Trinanda Chandra & perusahaan perilanan dgn nama yg sama, akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum. Di jajaran pengurus tercatat beberapa orang tokoh periklanan Indonesia, seperti: Savrinus Suardi, Usamah, Sjahrial Djalil, & Yo Wijayakusumah. Mereka adalah muka-muka baru yg sebelumnya bukan merupakan aktivis PBRI.
Rapat Anggota juga menyepakati pembubaran PBRI & pembentukan asosiasi yg baru dgn nama Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Dgn pembentukan PPPI, secara resmi hilang pula istilah ”biri reklame” yg berbau kebelanda-belandaan, digantikan dgn istilah yg lebih sesuai dgn tuntutan zaman: ”perusahaan periklanan”. Desakan buat mengganti istilah ”biro reklame” juga didasari pada kenyataan bahwa tukang pembuat stempel di pinggir jalan pun menyebut diri mereka sebagai biro reklame.

Pada disaat didirikan, PPPI beranggotakan 30 perusahaan periklanan. Sahrial Djalil AdForce menyumbangkan logo bagi asosiasi yg baru itu. PPPI juga segera merumuskan Anggaran Dasar beserta Anggaran Rumah Tangga yg baru buat menampung aspirasi periklanan modern.

Awal Artis Memasuki Periklanan Indonesia


Iklan sebgai salah satu alat pemasaran yg ampuh langsung saja berdenyut dgn nafas baru yg segar. Beberapa perusahaan periklanan muncup pada masa ini. Demikian juga media buat beriklan. & periklanan pun menjadi marak. Dasawarsa 1970an juga ditandai dgn tampilanya selebritis Indonesia sebagai bintang iklan. Sabun Lux produksi Unilever boleh jadi merupakan trendsetter di bidang itu. Sejak dasawarsa 1950an, Lux sudah memakai slogan ”dipakai oleh 9 dari 10 bintang-bintang film”. Lux diidentifikasikan dgn bintang-bintang film rupawan berkelas dunia, antara lain : Sophia Loren.
Pada dasawarsa 1970an, slogan itu diubah sedikit menjadi ”sabun kecantikan bintang-bintang film”. Unilever juga mulai memakai bintang-bintang film Indonesia buat menjadi duta produknya. Widyawati, bintang film populer berpribadi lembut dgn kecantikkan memukau, tampil sebagai spokesperson Lux. Beberapa bintang film papan atas pun silih berganti tampil sebagai ”The Lux Lady”. Salah satu yg legendaris adalah Christine Hakim, bintang film temuan Teguh Karya. Produk detergen bermerk rinso pun memilih Krisbiantoro sebgai duta produk. Kris adalah seorang penyanyi merangkap master of ceremony yg kocak & menjadi presenter berbagai program televisi populer pada disaat itu. Popularitas Krisbiantoro pun beserta merts menjadi tuas yg ampuh buat mendongkrak popularitas rinso.level International Advertising Services (Lintas) perusahaan periklanan yg menganai produk-produk Unilever tidak hanya menumpang popularitas selebritis, melainkan juga melahirkan bintang-bintang baru. Robby Sugara, misalnya, ”hanyalah” seorang head waiter di sebuah restoran ketika terpilih menjadi bintang ”The Brisk Man”. Kehidupannya pun melejit seperti meteor.
3.6 Kelahiran Periklanan Modern Indonesia
Berbagai merk internasional mulai bermunculan di Indonesia & dgn garangnya berupaya meraup pangsa pasar sebesar-sebesarnya. Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank, adalah sebagian dari nama-nama besar yg mulai membanjiri pasar Indonesia. Pada disaat yg sama, muncul pula local brands yg dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga-lembaga perbankan yg juga sedang bertumbuh pesat. Salah satu sektor yg paling hidup pada dasawarsa 1970an itu adalah industri farmasi dgn berbagai jenis obat baru yg diluncurkan pada disaat itu antara lain adalah Bodrex-obat sakit kepala yg populer hingga disaat ini. Begitu populernya nama Bodrex bahkan sampai dijadikan ikon jurnalistik Indonesia buat menyebut wartawan yg datang tak diundang.
Suasana baru di dunia usaha itu memicu berbagai kelahiran perusahaan periklanan. Tentu saja, yg pertama kali muncul justru perusahaan-perusahaan periklanan yg secara ilmiah terbawa oleh masuknya perusahaan multinasional ke Indonesia. Contohnya adalah Olgilvy & Mather yg berkibar di Jakarta dgn nama IndoAd di bawah pimpinan Emir Muchtar, karena hadirnya klien-klien O&M di Indonesia, seperti: American Express, dll. Sebelumnya O&M lahir di Indonesia dgn nama SH Benson, kemudian berubah menjadi Olgivy &Mather. Perubahan nama O&M menjadi IndoAd terkait Peraturan Menteri Perdagangan pada tahun 1970 yg melarang perusahaan periklanan asing di Indonesia. Contoh lain adalah McCann Erickson yg dibawa oleh Coca cola & kemudian mengibarkan bendera Perwanal Utama di bawah pimpinan Savrinus Suardi.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan nasional lama pun mendapat angin dari transformasi ekonomi yg terjadi. Perusahaan itu antara lain: Bhineka yg dipimpin oleh tokoh lama Muhammad Napis, & InterVista yg dipimpin oleh Nuradi seorang mantan diplomat yg beralih ke dunia periklanan. InterVista adalah sebuah fenomena yg perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia, khususnya karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Setelah Proklamasi kemerdeaan Indonesia, Nuradi diangkat menjadi pegawai Departemen Luar Negri, Nuradi bertugas sebagai jurubahasa yg mendampingi Presiden Soekarno. Sebagai karyawan Departemen Penerangan, tugas Nuradi adalah penyiar siaran bahasa Inggris di RRI. Pada tahun 1950, Nuradi ditunjuk buat menjalankan misi khusus Uni soviet, & kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa di New York selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat menyelesaikan studi di Harvard University.
Perintis periklanan yg bernama Nuradi ini. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang Indonesia pertama yg diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) & menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone & Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri & di Departemen Penerangan. Yg terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi buat Bung Karno, Bung Hatta & Ir. Juanda & tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk buat menjalankan misi khusus ke Uni Soviet & menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik buat kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, buat bergabung dgn Perwakilan PRRI Sementara buat Singapura & Hongkong.

Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa disaat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd..
Pada awalnya, Nuradi hanya mengiklankan produk-produk milik ayahnya (Hotel Tjipajung) & kenalannya (PT Masayu, agen alat-alat berat). Ia juga membuat iklan buat usaha milik Judith Wawaruntu, sahabatnya yg secara timbal balik menjadi pembuat gambar buat iklan-iklan Intervista. Ketika menangani klien Lambretta, merek Scooter masa lalu, Nuradi buat pertama kali membuat slide buat iklan di Bioskop. Terobosan ini merupakan awal dari gebrakkan-gebrakkan Nuradi selanjutnya. Pada dasawarsa 1970an, InterVista telah mampu membuat film iklan produksi dalam negri, bahkan memperkerjakan seorang sutradara pribumi buat menanganinya secara khusus. Tidak heran bila dalam waktu singkat InterVista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti, Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa & lain-lain. Beberapa karya iklan InterVista di masa itu, selalu mengundang decak kagum & menjadi pengingat (mnemonic) dibenak masyarakat, misalnya: Ini Bir Baru, Ini Baru Bir (Anker), Indomilk.....sedaaap, Makin Mesra dgn Mascot (rokok).

Awal dasawarsa 1970an juga ditandai oleh lahirnya berbagai perusahaan periklanan ketika itu lebih umum disebut biro iklan seperti: Libelle pimpinan Yo Wijayakusumah, Trinanda Chandra pimpinan Abdoel Moeid Chandra (juga pemilik radio swasta niaga dgn nama sama), Prima Advera pimpinana Usamah, AdForce pimpinan Sjahrial Djalil, Fortune pimpinan Indra Abidin bekerja sama dgn Mochtar Lubis, Hikmad & Chusen pimpianan H. Hamid Moerni, Metro pimpinan Henry Saputra, Rama Perwira, & lain-lain.

Kebangkitan Asosiasi Periklanan Indonesia


Menurut catatan, pada tahun 1951, istilah periklanan pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh pers indonesia, Soedarjo Tjokrosisworo, buat menggantikan istilah reklame atau advertensi yg ke belanda-belandaan. Senapas dgn semangat kebangsaan itu, sebuah biro reklame di bandung yg sebelumnya bernama Medium, juga mengubah nama menjadi Balai Iklan. Atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yg berdomisili di Jakarta & Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi perusaaan-perusahaan periklanan. Asosiasi ini diberi nama Bond van Reclamebureaux in Indonesia atau dalam bahasa indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama asosiasi yg masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas anggotanya adalah memang perusahaan-perusahaan periklanan yg dimiliki oleh orang Belanda.
Sebelas perusahaan periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu: Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, & Studio Berk. Akan tetapi, kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan besar khususnya yg dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaan-perusahaan periklanan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak memukau jalan buat disampaikan ke dalam PBRI. Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi perusahaan periklanan nasional yg dimliki & diawaki oleh orang-orang Indonesia. Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) dibentuk pada tahun 1953, & sertamerta menjadi organisasi tandingan bagi PBRI. Tidak jelas mengapa semangat nasionalisme di dalam SBRN tidak memunculkan istilah iklan yg sudah dikenal sejak dua tahun sebelumnya, & masih menggunakan istilah biro reklame yg berbau Belanda. Anggota SBRN yg tercatat adalah 13 perusahaan periklanan: Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka, Lingga, Titi, & Trio. Tidak semua perusahaan perilanan bersedia bergabung ke dalam asosiasi. Contonya adalah Medium yg telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih buat tidak bergabung dgn salah satu dari dua asosiasi tersebut. Tjetje Senaputra, pemiliknya berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display & karena itu tidak menganggap perusahaan sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja & berita keluarga.
Ada pula dugaan bahwa terbentuknya SBRN diilhami oleh keterbelahan penerbit surat kabar yg juga memiliki dua asosiasi, yaitu: Perserikatan Persuratkabaran Indonesia (PPI), & Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), PPI merupakan kelanjutan dari Verenigde Dagblad Pers di masa Hindia Belanda. Tentu saja keterbelahan perusahaan-perusahaan periklanan itu membuat prihatin F. Berkhout, Ketua PBRI pada disaat itu. Ia kemudian menghubungi beberapa pimpinan SBRN & mnawarkan dibentuknya fusi atau peleburan dari kedua asosiasi tersebut. Bila tujuannya sama, mengapa mesti memakai dua kendraan yg justru menyulitkan pembinaan ke luar maupun ke dalam, di samping juga tidak mencuatkan kesan persatuan.

Gagasan fusi itu tampaknya diterima secara umum oleh kedua belah pihak. Orang-orang Belanda yg semula menguasai berbagai posisi & fungsi di PBRI sepakat buat mengundurkan diri agar digantikan oleh orang-orang Indonesia. Tapi fusi itu secara organisatoris ternyata tidak pernah menjadi kenyataan. Dalam tubuh SBRN terjadi perpecahan, sehingga semua anggotanya mengundurkan diri & bergabung ke dalam PBRI. Baru pada tahun 1956, melalui forum rapat umum anggota, secara aklamasi Muhammad Napis dikukuhkan sebagai ketua PBRI. Pada tahun 1957, PBRI menyelenggarakan Kongres Reklame seluruh Indonesia yg pertama. Dalam kongres tersebut, kata ”perserikatan” diubah menjadi ”persatuan”.

Perusahaan Periklanan Perintis


Salah satu perusahaan consumer products yg aktif beriklan pada masa itu adalah Unilever-amalgamasi perusahaan Margarine Union (Belanda) & Lever Brothers (Inggris)- yg sejak tahun 1933 telah membangun pabrik sabun di Bacherachtsgracht, Batavia (sekarang Angke, Jakarta Barat). Setelah berdirinya pabrik sabun itu,Unilever juga membangun pabrik margarin. Sebelumnya, produk-produk Unilever diimpor langsung dari Negeri Belanda. Hadirnya Unilever juga kemudian membawa masuknya cikal bakal Lintas (singkatan dari Lever International Advertising Services) ke Nusantara. Semula, Lintas adalah divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan periklanan independen. Apa yg dilakukan Lintas yg berlogo bola dunia pada masa-masa awal itu sebetulnya tidak lain adalah melakukan adaptasi bentuk-bentuk iklan yg telah mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa di bagian dunia lainnya, beserta melakukan media placement. Perlu dicatat bahwa Lintas pada disaat itu sudah memiliki keberanian membuat iklan dalam bahasa daerah. Misalnya, iklan Margarine Blue Band dalam bahasa Sunda memakai judul ”Pamoeda Sehat... Rajat Kiat” (Pemuda Sehat...Rakyat Kuat), dgn tagline ”Blue Band Mengandoeng Seueur Vitamin” (Mengandung Banyak Vitamin).

”Model organisasi” seperti Lintas itulah yg agaknya kemudian ditiru oleh beberapa usahawan di Batavia & kota-kota besar Indonesia lainnya. Sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa perusahaan periklanan (ketika itu disebut reclamebureau atau advertentiebureau) sudah beroperasi di Indonesia. Hingga masa pendudukan Jepang, beberapa perusahaan periklanan ynag terkenal di Jakarta adalah, antara lain:

  • A de la Mar, di Koningsplein (sekarang Jalan Me& Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka),

  • Aneta (sebagai bagian dari kantor berita bernama sama), di Passer Baroe (sekarang Museum LKBN Antara di Jalan Antara),

  • Globe, di Jalan Kali Besar Timur,

  • IRAB (Indonesia Reclame en Advertentiebureau), semula berkantor di Molenvliet (sekarang Jalan Hayam Wuruk), tapi kemudian pindah ke Asem Reges (kemudian menjadi Sawah Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi),

  • Preciosa, di Gang Secretarie (kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV ),

  • Elite

Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang-orang Belanda, kecuali IRAB & Elite yg diselenggarakan oleh kaum Bumiputra. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan lanskap periklanan Indonesia. Karena banyak warga Belanda yg mengungsi-sebagian lagi ditawan maka kondisi vakum itu diisi dgn munculnya berbagai perusahaan periklanan baru milik kaum pribumi. Sayangnya, tidak cukup catatan tentang kehadiran perusahaan periklanan yg dijalankan etnis Tionghoa. Padahal, dari mulut ke mulut kita sering mendengar bukti-bukti peran mereka dalam perintisan periklanan Indonesia. Yg jelas, etnis Tionghoa sangat berperan dalam menumbuhkan dunia persuratkabaran di Indonesia, sehingga dgn demikian dapat dilihat pula keterlibatan mereka dalam periklanan secara langsung maupun tidak. Sekalipun kebanyakan perusahaan periklanan baru itu berukuran kecil, tapi tercatat lima perusahaan periklanan yg berskala cukup besar, yakni Elite, RAB, Korra, Pikat, Tandjoeng. Selama masa pendudukan Jepang, merosotnya aktivitas ekonomi ikut mengkerdilkan dunia periklanan Indonesia. Setelah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kepercayaan kepada Republik yg muda ini tampak dgn kembali bergairahnya kehidupan perekonomian. Sayangnya, kecenderungan itu tidak berlangsung lama karena Belanda mulai menggelar aksi militernya terhadap Indonesia. Keadaan perekonomian pun redup kembali. Pemerintah Republik Indonesia sempat hijrah ke Yogyakarta selama empat tahun. Keadaan ini berakhir setelah dicapainya kesepakatan pengakuan kedaulatan dalam KMB pada akhir tahun 1949.


Kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Jakarta menandai kebangkitan baru perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan nasional mulai bertumbuhan, seiring dgn masuknya kembali beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan Belanda yg semula mengungsi, pun kembali lagi melakukan usahanya. Salah satunya adalah Unilever. Era baru itu juga disambut oleh Unilever dgn meluncurkan berbagai produk baru. Dunia periklanan seakan berdarah kembali. Beberapa perusahaan periklanan yg tercatat hadir di Jakarta pada masa itu antara lain adalah: Azeta, Contact, Cotecy, De Unie, Elite, IRAB, Studi Berk, & Titi. Pada awal dasawarsa 1950’an yg paling banyak ditempatkan di dunia cetak adalah iklan obat-obatan. Sayangnya, menjamurnya iklan obat-obatan itu tidak dibarengi dgn etika & tanggung jawab para insan periklanan. Banyak obat-obatan yg diiklankan itu sebetulnya diragukan manfaatnya, atau malah membahayakan kesehatan penggunanya. Keadaan yg nyaris lepas kendali ini akhirnya ditata dgn terbitnya ketentuan Menteri Kesehatan pada tahun 1954 yg mengatur keharusan buat mendapatkan lisensi manfaat & keselamatan obat sebelum dipasarkan, & ketentuan agar iklan obat mesti menjelaskan manfaat obat secara jelas.

Perintis Periklanan Indonesia

Sejarah memang membuktikan bahwa iklanlah yg mengembuskan nafas awal bagi kehidupan surat kabar di Indonesia. Pada masa-masa awal keidupan pers Indonesia & keadaan ini berlanjut hingga awal abad ke-20 surat kabar tidak lain adalah advertentieblad (media iklan) belaka. koran (dari bahasa Belanda: het krant, & dari bahasa perancis: courant ), sebagian besar isi beritanya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan, & pengumuman resmi Pemerintah Hindia Belanda. Sesuai dgn khalayaknya, iklan disurat kabar menampilkan produk-produk yg merupakan konsumsi kelas atas. Misalnya, sebuah toko P&D (provisien en dranken= kebutuhan makanan & minuman) yg mengumumkan datangnya kapal dari Negeri Belanda membawa mentega & stok keju baru. Cerutu & bir juga merupakan komoditas impor di masa itu, & sering muncul diiklankan di surat kabar. Pada masa itu, mobil malah jarang muncul di iklan surat kabar. Mungkin karena masih merupakan seller’s market & pembeli mobil malah mesti antre sebelum mobil yg dipesan didatangkan dari negri jauh. Berbeda sekali dgn kondisi pasar kendaraan bermotor yg sangat kompetitif di masa sekarang.

Pada awal abad ke-20 perusahaan terbesar pada disaat itu, Aneta, mendatangkan tiga orang tenaga spesialis periklanan dari Negeri Belanda. Mereka adalah: F. Van Bemmel, Is van Mens, & Cor van Deutekom. Mereka didatangkan atas sponsorship BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij, perusahaan minyak terbesar disaat itu) & General Motors yg perlu mempromosikan produk-produk mereka. Van Bemmel kemudian ditawari pekerjaan oleh pemilik surat kabar De Locomotief di Semarang unuk mendirikan sebuah perusahaan periklanan. Tidak lama kemudian, Van Bemmel pun hengkang dari perusahaan yg dirintisnya itu, & kemudian mendirikan sendiri sebuah perusahaan periklanan bernama NV Overzeesche Handelsvereniging buat menangani berbagai produk impor seperti mobil & sepeda. Van Bemmel hanya perlu bekerja selama 10 tahun di Indonesia, & pulang kembali ke Negeri Belanda buat membangun sebuah Bank dari hasil keuntungan yg diraupnya selama berusaha di Indonesia. Pada masa perintisan periklanan Indonesia, hampir semua perusahaan periklanan merupakan afiliasi perusahaan media sesuatu yg di masa sekarang justru dianggap sebagai perbenturan kepentingan. Pemilik surat kabar Java Bode, misalnya, juga memilki sebuah perusahaan periklanan HM van Drop yg diawaki oleh seorang bernama C.A Kruseman. Ia dianggap sebagai salah seorang perintis dalam periklanan di Indonesia.

Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yg dimiliki & dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yg melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yg ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan. Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yg memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya surat kabar Sinar Terang.

Iklan-iklan yg ditangani Yap Goan ho kebanyakan buat produk buku. Khususnya yg diterbitkan buat masyarakat Cina. Setelah ditutupnya Sinar Terang, Yap Goan Ho kembali berusaha mengembangkan sendiri perusahaan periklanannya. Buat itu dia mengumpulkan modal dari bekerja mencari iklan bagi beberapa suratkabar. Dia mengkhususkan diri pada iklan-iklan pelelangan barang milik para pejabat Belanda. Kebanyakan barang-barang milik para pejabat yg akan mengakhiri masa jabatannya di Hindia Belanda. Iklan-iklan pelelangan ini utamanya ditujukan pada khalayak pribumi, & sebagian besar dimuat di suratkabar De Locomotief. Tokoh Cina keturunan lain adalah Liem Bie Goan. Seperti juga Yap Goan Ho, perusahaan periklanan Liem Bie Goan juga dikontrak oleh suratkabar. Suratkabar yg mengontraknya adalah Pertja Barat yg terbit di Padang tahun 1890-1912. Iklan yg menonjol dari perusahaan periklanan ini adalah produk pecah belah. Khalayak sasarannya adalah penduduk Eropa yg tinggal di Hindia Belanda.

Dari luar Jawa tercatat juga nama Kadhool sebagai tokoh lain periklanan. Seperti Yap Goan Ho, dia juga mantan penulis naskah di perusahaan periklanan De Locomotief. Kadhool sekolah di Hwee Koan, Cina. Perusahan periklanannya bernama Firma Tie Ping Goan, namun dikelola & dimiliki sendiri oleh Kadhool. Tidak ada catatan mengapa nama perusahaan periklanan ini tidak menggunakan namanya. Di duga, Tie Ping Goan adalah nama lain dari Kadhool. Iklan-iklan Tie Ping Goan umumnya dipesan oleh suratkabar Tjaja Sumatra yg terbit dari tahun 1899-1933 di Sumatera Timur (sekarang Riau). Produk-produk yg ditangani perusahaan periklanan Kadhool kebanyakan hotel-hotel di sekitar Bandung. Bagi masyarakat Belanda masa itu, daerah Bandung dikenal sebagai Parisj van Java (Paris-nya Pulau Jawa), sehingga menjadi tempat peristirahatan sangat bergengsi bagi para pengusaha perkebunan Eropa yg tinggal di Sumatera. Tie Ping Goan bertahan hingga terjadinya depresi ekonomi tahun 1930. Rintisan yg banyak dilakukan oleh kelompok Cina keturunan ini, menurut F. Wiggeres yg menulis dalam Pemberita Betawi, 1909, karena merekalah yg sangat mementingkan perdagangan. Buat dapat lebih berhasil, kata Wiggeres pula, perdagangan tidak bisa lepas dari kebutuhan periklanan. Orang pribumi yg memiliki percetakan & suratkabar, baru pada tahun 1906 dgn munculnya NV Me& Prijaji. Tiras suratkabar yg dipimpin oleh RM Tirto Adisoerjo ini utamanya beredar di Batavia, Bogor & Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi politik, karena banyak memuat berita-berita tentang kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan hukum bagi kaum pribumi. Namun buat menjaga kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga perusahaan periklanan. Orang yg mengelola perusahaan periklanan Me& Prijaji adalah Raden Goenawan.

Raden Goenawan, lulusan HIS (Holland Inlandsche School), Batavia, menjadi teman dekat Tirto Adisoerjo sejak di sekolah itu. Selain dalam jabatan tersebut, Adisoerjo & Raden Goenawan juga merangkap bersama-sama menangani bidang percetakan Me& Prijaji. Suratkabar ini mereka beri nama kecil Surat Kabar Minggoean & Advertentie.Raden Goenawan juga pernah bekerja di perusahaan periklanan NV Soesman’s yg berkedudukan di Batavia. NV Soesman’s banyak mengiklankan penyediaan tenaga kerja pendatang dari Jawa ke Sumatera Timur.

Raden Goenawan mengelola perusahaan periklanan Me& Prijaji sejak berdirinya tahun 1906. Meskipun hanya mampu bertahan hingga tahun 1912, Me& Prijaji tercatat memperoleh keuntungan sebesar f.75.000 pada tahun terakhir hidupnya.

Tokoh periklanan pribumi yg sangat patut diperhitungkan adalah Tjokroamidjojo. Dia memimpin NV Handel Maatschppij & Drukkerij “Serikat Dagng Islam”, Semarang, yg menerbitkan suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar ini merupakan suratkabar pribumi yg dapat bertahan agak lama (1914-1924). Karir Tjokroamidjojo dimulai dgn bekerja sebagai pembantu redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906. Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan & percetakan di Semarang. Perusahaan periklanan Sinar Djawa tercatat sebagai satu-satunya perusahaan periklanan di Hindia Belanda yg mempunyai “agen besar” (perwakilan) buat benua Eropa & Amerika. Perwakilan ini berkedudukan di Societie Europeenne de Publicitie, 10 Rue de la Victoire, Paris. Fungsi perwakilan ini pun cukup efektif & bersifat timbal-balik. Yg utama adalah buat menangani komoditas impor dari Eropa & Amerika. Namun juga buat mengiklankan tour keliling Jawa dgn kereta api, ataupun hotel-hotel Eropa di Hindia Belanda. Laba usaha Sinar Djawa mengalami pasang surut. Merosot pada tahun 1915-1916, akibat terkena dampak Perang Dunia I, sehingga hanya mencapai f. 25.000 pada periode ini. Padaperihal pada tahun sebelumnya telah mencapai f. 45.000. Sepanjang kepemimpinan Tjokroamidjojo hingga tahun 1924, Sinar Djawa berhasil menggaet total keuntungan senilai f. 200.000,-.


M.Sastrositojo adalah pemilik & pengelola perusahaan periklanan NV Me& Moeslimin. Perusahaan periklanan ini mengkhususkan diri pada iklan-iklan produk buku, terutama buku-buku yg dicetak oleh Albert Rusche & Co.. Buku-buku yg diiklankannya pun khusus beraksara Jawa. Kebijaksanaan mengkhususkan pada iklan-iklan buku ini dilakukan, buat menyesuaikan diri dgn suratkabar Me& Moeslimin yg memang dikhususkan buat pembaca orang Jawa yg baru melek huruf. Itu pun terbatas pada bacaan yg menggunakan aksara Jawa. Misi yg diemban Me& Moeslimin tampaknya tidak dapat sepenuhnya ditunjang dari penghasilan usaha periklanan. Karena tercatat adanya dukungan keuangan dari beberapa perusahaan batik di Solo. Salah satu pendukung utama keuangannya adalah perusahaan batik milik Hadji Misbach. M. Sastrositojo adalah lulusan HIS, yg kemudian magang selama 2 tahun di perusahaan periklanan NV Doenia Bergerak, sebagai penulis naskah iklan.

SEJARAH PERIKLANAN INDONESIA

Berawal dari Gerobak Sapi

Pada tahun 1930an, banyak poster & papan reklame ditempel pada panel samping gerobak sapi yg hilir mudik mengangkut barang. Pada masa itu, kebanyakan papan reklame dicetak diatas lembar plat seng atau logam yg cukup tebal. Banyak pula yg dilapis enamel agar tahan lama. Setelah tahun 1948, ketika bahan ”ajaib” yg bernama scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yg menggunakan scothlite tadi karena mampu memantulkan cahaya dgn efek mengagumkan. Plat-plat seng reklame itu kini merupakan kolekters item yg berharga di pasar benda-benda antik. Ketika itu, produk yg paling banyak diiklankan melalui media luar ruang bergerak (moving outdoor media) antara lain adalah produk-produk ban sepeda dari goodyear & michelin, produk sabun & tapal lidi dari unilever, limun (soda pop) merek regional, & produk rokok dari berbagai produsen, termasuk cerutu impor. Media opportunity pada waktu itu memang sangat terbatas, tapi orang-orang periklanan sudah sangat kreatif menggunakan setiap peluang yg ada-termasuk media tradisional.


Belum terbayangkan ketika itu bahwa jauh di kemudian hari kreativitas iklan telah melahirkan berbagai media buat menempatkan iklan diluar ruang. Transit advertising telah menjadi sub bisnis besar dalam periklanan. Sisi-sisi bus & kendaraan umum dipasangan panel iklan, atau spanduk yg ditarik pesawat terbang rendah, bahkan penutup velg roda (hubcaps) maupun lampung punggung taksi. Tetapi, gajah di thailand yg sejak dulu sering ”ditempeli” papan iklan, sampai di zaman modern ini pun masih menjadi media iklan yg efektif. Surat kabar, tentu saja, merupakan media yg juga populer di indonesia sejak pertengahan awal abad ke 19. tetapi, berdasarkan kriteria umumnya sebetulnya iklan surat kabar sudah hadir di indonesia sejak tahun 1621 ketika gubernur jenderal Jan Pieterszon Con (1619-1629) menerbitkan Memorie De Nouvelles pamflet informasi semacam surat kabar yg memuat berbagai berita dari pemerintah hindia belanda, khususnya yg menyangkut mutasi & promosi para pejabat penting di kawasan ini. Pamflet ini berupa tulisan indah (silografi) yg diperbanyak dgn mesin cetak temuan Johannes Gutenberg (1445).


Berita-berita yg dimuat itu sebetulnya merupakan iklan karena pemuatannya di Memorie De Nouvelles sepenuhnya di biayai oleh pemerintah hindia belanda. Sekalipun sangat berbau perbenturan kepentingan (conflict of interest, bahasa masa kini = KKN), tapi sang gubernur jenderal Con adalah juga penerbit media itu & sekaligus memiliki reclame Bureau yg megatur pemuatan ”berita di pamflet itu”. Con juga memakai Memorie de Nouvelles buat memuat ”berita dgn pesan khusus ” buat melemahkan daya saing peniaga portugis di kawasan maluku. Tentu saja, ada VOC dibelakang siasat perang dagang itu. Pada tahun 1744, terbitlah surat kabar pertama yg memakai teknologi cetak tinggi, dgn (plat cetak dari timah) di nusantara. Namanya : Bataviaasche Nouvelles. Tetapi, surat kabar yg juga disponsori oleh pemerintah hindia belanda pada masa gubernur Jenderal Gustaav Willem Baron Van Imhovv itupun sebetulnya lebih merupakan lembaran iklan karena memang lebih banyak menampilkan iklan & dibiayai hampir sepenuhnya oleh pendapatan iklan pula. Maklum, surat kabar pada waktu itu hanya bertiras paling banyak hanya 2500 eks. Sehingga penghasilan sirkulasinya tentulah sangat sedikit.


Dari berbagai surat kabar yg terbit di jakarta, bandung, semarang, surabaya, makasar, manado, & me& pada pertengahan abad ke 19, dapat dilihat hadirnya berbagai iklan barang & jasa yg memenuhi halaman-halaman media cetak. Beberapa nama koran besar di masa itu antara lain adalah: Bataviaasch Nieuwsblad, Nieuws van de Dag, Java Bode (batavia), Preanger Bode (Bandung), De Locomotief (semarang, semula Samarangsche Nieuws en Advertentieblad), Nieuwe Vorstenlanden (solo), Soerabaiasche Courant (Surabaya, semula Oostpost), Makassararsche Courant (makasar), Tjahaja Siang (manado), Sumatra Post (Medan), & Soematra Bode (padang).


Selain itu, telah mulai hadir pula berbagai surat kabar dalam bahasa melayu (sebelum kemudian menjadi bahasa indonesia sejak 1928.) surat kabar berbahasa melayu yg populer pada masa itu antara lain adalah Me& Moeslimin, Me& Prijaji, Sinar de Jawa, Sinar Terang, & Soerat Kabar Minggoean. Kebijaksanaan kontrol informasi yg diterapkan sangat ketat oleh pemerintah hindia belanda pun membuat surat kabar tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh sebagai lembaga pemberita. Peran pers indonesia sebagai alat politik baru muncul pada awal abad ke 20 seiring dgn kegerakkan kebangkitan nasional & lahirnya ordonasi pers yg mengatur pembredelan surat kabar.

Di zaman ”kuda gigit besi” itu, ikaln-iklan juga ramai diudarakan melalui radio, diproyeksikan di gedung bioskop & ditampilkan melalui pertunjukan keliling (mobil propaganda) mirip tukang obat yg hingga kini masih banyak dijupai di berbagai kota kecil. Iklan radio sebetulnya mash merupakan sebuah novelty pada awal bad ke-20 setelah radio commercial pertama dikumandangkan oleh stasiun WEAV di New York City pada 28 Agustus 1922. Sebuah perusahaan real estate di Quinsboro membayar US $50 buat penyuaran pesan komersial selama 5 hari.


Adventertie poenza kaperloean soedah kentara , kerna advertentie perloenja boeat perkenalken barang-barang dagangan kita ada publiek. Kaloe barang jang kita dagangken tidak dikenal, bagaiman bisa dapatken pembeli


Liem Kha Tong


Sebelum iklan hadir di radio, pesan komersial sudah lebih dulu hadir melalui saluran telepon. Pada tahun 193, perusahaan telepon di Hongaria ”menjual spot 12 detik di antara musik & berita yan dipanarkan lewat telepon dgn tarif sekitar US $0.50. Perusahaan telepon AT&T di Amerika Serikat juga pada awal abad ke-20 menerima pesan-pesan komersial yag dipancarkan melali cara call broadcasting ini.

Di Indonesia, radio sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Tidak lama setelah Guglielmo Marconi menemukan gelombang suara & mengembangkannya menjadi alat komunikasi yg bernama radio telegrafik, & keudian berkembang lagi menjadi pemancar & penerima gelombang radio. Radio Nederland WERELDOMROEP yg memancarkan siarannya ke seluruh dunia sejak taun 1920-an. Merupakan pemancar yg paling digemari kaum elite, khususnya orang-orang belanda di Indonesia pada waktu itu.

Akan tetapi, radio swasta baru muai hadir cikal bakalnya di Indonesia sejak akhir tahun 1960-an, yitu sejak tumpasnya pemberontakan G30 S/PKI. Sebelumnya, di Indonesia hanya dienal RRI yg telah mengudara sejak tahun 1945. RRI sendiri dapat dirunut sejarahnya sejak stasiun radio bentukan pemerintah Hindia Belanda yg dikendalikan oleh tentara pendudukan jepang.

Pada awalnya, beberapa mahasiswa di Bandung secara iseng-iseng mengudara dgn pemancar sederhana berkekuatan rendah. Pada waktu itu mereka menyebutnya sebaga radio amatir sebuah istilah yg salah kaprah kaena engertian amateur radio menjeaskan kegiatan yg berbeda dgn teknologi radio dua arah.

Kata “amatir” disini agaknya dipakai sebagai antonym dari “professional.” Stasiun-stasiun radio “amatir” ini meruakan bagian dari perlawanan politik kaum muda terhadap sisa-sisa PKI. Sebelumnya, mereka juga telah melakukan perlawanan dgn membentuk lascar & batalyon, seperti LAskar Arif Rachman Hakim yg merupakan onderboue dari KAMI. Maka, lahirlah radio ARH & radio-radio semacam itu di Indonesia.


Gerakan itu dgn cepet menyebar ke Jakarta & beberapa kota besar lainnya. Radio Prambors kini telah mengembangkan jejarinnya dgn beberapa anak perusahaan stasiun radio yg masing-masing memiliki pasar khas di jalan Borobudur, Jakarta Pusat, juga dapat dirunut sejarahnya pada periode itu.

Kehadiran radio-radio ”Amatir” itu segera mendapat lirikan para pengiklan yg memang sedang membutuhkan media alternatif. Salah satu perintis pengguna radio ”amatir” di Indoesia sebagai media iklan adalah Ajino moto. Embanjirnya iklan di radio kemudian meningkatkan profesionalisme para pengelola radio ”amatir” apalagi karena pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah no.55 tahun 1970 yg ewajibkan semua stasiun radio siaran niaga dipayungi dalm wadah ba& hukum berbentuk PT. Sejak disaat itu, istilah ”radio amatir” berubah menjadi ”radio siaran swasta niaga”.

SEJARAH PERIKLANAN DUNIA


2.1 Masa sebelum ditemukannya mesin cetak

“ Commercial message and political campaign displays have been found in the ruins of ancient Arabia. Egyptians used papyrus to create sales messages and wall posters, while lost-and-found advertising on papyrus was common in Ancient Greece and Ancient Rome. Wall or rock painting for commercial advertising is another manifestation of an ancient advertising form, which is present to this day in many parts of Asia, Africa, and South America.”

(Pesan komersial & publikasi kampanye politik sudah ditemukan dalam reruntuhan bangsa Arab kuno. Orang-orang mesir menggunakan papyrus buat membuat pengumuman mengenai barang-barang yg di jual & membuat poster yg ditempelkan di dindng, disaat iklan mengenai ‘lost and found’ mulai marak di Yunani & Romawi kuno. Lukisan dinding & batu buat iklan komersial merupakan manifestasi lain dari bentuk periklanan kuno, dimana perihal itu menunjukkan kehadiran iklan masa lalu di bagian Asia, Afrika, & Amerika Selatan.)

Para arkeolog meyakini, advertising sudah ada sejak zaman dulu. Advertising dilakukan dalam berbagai bentuk “mempublikasikan” berbagai peristiwa (event) & tawaran (offers). Metode iklan pertama yg dilakukan oleh manusia sangat sederhana. Pemilik barang yg ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota menawarkan barangnya pada pengunjung yg masuk ke kota tersebut. Iklan sudah dikenal manusia dalam bentuk pesan berantai (word of mouth) yg bentuknya pengumuman-pengmuman. Pesan berantai itu disampaikan dari mulut ke mulut buat membantu kelancaran proses jual-beli.

Pesan iklan dalam bentuk tertulis mulai ditemukan pada masa Babylonia 3000 SM berupa kepingan tanah liat (clay tablet) bertuliskan prasasti tentang dealer salep (ointment dealer), juru tulis (scribe) & pembuat sepatu.

Peninggalan Mesir & Yunani Kuno berupa pengumuman-pengumuman di dinding & naskah di daun papirus, memberikan pengumuman tentang datangnya kapal pembawa anggur, rempah-rempah, logam, barang-barang dagangan baru, acara-acara (pertarungan gladiator) yg bakal digelar, budak yg lari dari tuannya. Orang-orang Roma mengecat dinding buat mengumumkan perkelahian gladiator. Iklan pada jaman ini hanya berupa surat edaran. Karena masih banyak yg buta huruf, pengumuman-pengumuman itu dibacakan oleh tukang teriak (town crier) yg biasa didampingi pemain musik.

Terakota Yunani & Romawi Kuno sudah digunakan buat mengumumkan lost & found. Di reruntuhan kota Pompeii terdapat tanda-tanda di terakota yg mengiklankan apa ynag dijual di toko : danging sapi (row of hams), sapi penghasil susu, kulit buat sepatu. Disaping itu juga ditemukan bukti-bukti adanya pesan-pesan politik.

Orang-orang Ponosea melukis gambar buat mempromosikan perangkat keras mereka di batu-batu besar di sepanjang jalur parade. Di Pompei misalkan, banyak lukisan seorang tokoh politisi & meminta dukungan suara dari masyarakat. Di Perancis, traditional advertising sudah marak tahun 550 Sebelum Masehi buat mengiklankan kaum negro sebagai budak.

Pada zaman Julius Caesar di eropa banyak toko & penginapan yg sudah pakai tanda, papan nama, atau simbol, buat membantu mereka yg buta huruf. Misalnya penginapan dgn simbol Man in The Moon, Three Squirrels, Hole in The Wall.

Buat ribuan tahun-tahun awal, orang beriklan buat mempromosikan dua hal, tempat & jasa. Iklan di bawah ini adalah contoh pertama. Begitu juga plang di depan kedai minum & penginapan (taverns and inns)

Daniel Mannix, dalam bukunya yg bercerita tentang olah raga kuno Roma, “ Those About to Die “, mencatat sebuah iklan yg ditemukan di sebuah kuburan tua (tombstone) :


“ Weathre permitting, 30 pair of gladiators, fumished by A.

Clodius flaccus, together with substitutes in case any get

Killed too quickly, will fight may 1 st, 2 nd and 3 rd at the

Circus Maximus.The fights will followed by a big wild beast

Hunt. The famos gladiator paris will fight. Hurrah for

Paris! Hurrah for the generous flaccus, who is running

for Duumvite!” (Below this is an ad for the copywriter.

“ Marcus wrote this sign by the light of the moon. If you

Hire Marcus, he ‘ll work day and night to do a good job. “)

(Mannix,p.28).


Demikian pula berbagai gambar di batu cadas(rock paintings) di berbagei situs lama di Asia, Afrika, & Amerika Latin menunjukkan kehadiran “iklan” di masa lalu.



2.2 Masa setelah ditemukannya mesin cetak

Penemuan mesin cetak Gutenberg 1450 meningkatkan angka melek huruf sehingga merangsang orang buat berbisnis iklan. Periklanan jadi bisnis massal. Bentuk awalnya berupa poster,handbill (selebaran), & iklan baris (classified) di surat kabar.

1472 William Caxton di London mencetak iklan berbahasa Inggris pertama berupa selebaran (handbill) berisi tuntunan keagamaan tentang perayaan paskah (rules for the guidance of the clergy at easter). Versi lain mengatakan iklannya berupa penjualan injil (prayer book). Awal abad 16 & 17 yg banyak ditampilkan adalah iklan tentang budak belian, kuda buku, obat.

Sebagai bentuk printed advertising, periklanan berkembang di awal abad 15-16. Beberapa waktu kemudian mulai muncul metode iklan dgn tulisan tangan & dicetak di kertas besar yg berkembang di Inggris. Iklan pertama yg dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648.

Pada tahun 1622 Surat kabar terbit di Inggris terbit buat pertama kalinya,The Weekly News kemudian disusul The Tattler yg terbit tahun 1709 & The Spectator yg terbit pada 1711. Ketiga Koran ini merupakan media cetak yg membawa lembaran iklan secara piggy-back.

Pada tahun 1655 istilah iklan (advertisement) muncul pertama kali dalam injil buat menunjuk istilah “peringatan”/“pemberitahuan” (warning/ notification).

Pada tahun 1660 mulai istilah itu dipaka buat keperluan informasi komersial (commercial information), khususnya oleh para saudagar toko.Pesan-pesan iklan lama kehalaman semakin simple & inovatif sejak tahun 1700 & 1800-an.

Pada tahun 1690 lahir Public Occurencs Both Foreign and Dometic, Koran (tidak harian) pertama di Amerika hanya membuat satu berita (issue).

Periklanan secara nyata mulai menunjukkan kemajuan di awal abad 17 di Inggris buat mempromosikan buku & Koran yg mulai berkembang.Pada abad ke-17 di Inggris, pesan-pesan komersial masih berbentuk poster atau selebaran lepas yg dikirim dalam lipatan surat kabar. Produk yg paling banyak diiklankan pada masa ini adalah buku & obat-obatan.

Pada tahun 1704 Boston Newsletter, koan AS pertama yg muat iklan, berupa tawaran hadiah bagi yg bisa menangkap pencuri baju.

Iklan-iklan media cetak pada abad 18 umumnya ditunjukan pada sasaran pembaca di Eropa yg menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yg menantang buat masa depan di Amerika. Salah satunya iklan ada tanah 150 ha di Philadelphia.

Pada tahun 1729 Iklan pertama di surat kabar “ Pennysilvania Gazette” yg terbit di Amerika Serikat. Amerika waktu itu masih menjadi wilayah jajahan Inggris, & surat kabar yg didirikan oleh Benjamin Franklin itu berhasil mencapai tiras tertinggi beserta pendapatan iklan terbesar pada masanya.

Pada tahun 1740 poster cetak outdoor pertama muncul di London (disebut “hoarding”).

Pada tahun 1776 muncul iklan proklamasi kemerdekaan AS di Pennsylvania Evening Post and Daily Advertiser, Koran yg terbit secara harian pertama di AS.

Ketika aktivitas perekonomian mulai meningkat diberbagai penjuru dunia, di abad 18-an, di Amerika Serikat, periklanan mulai mendapat perhatian besar. Beberapa toko di Eropa mulai berfungsi sebagai agen yg mengumpulkan iklan buat surat kabar.

Sangat boleh jadi Sears catalog menjadi inspirasi bagi lahirnya iklan display di media cetak. Sears adalah pelopor rantai toko (chain stores) di A.S yg kemudian berkembang menjadi department stores. Kehadiran Sears yg menjual berbagai barang secara lengkap menggantikan toko-toko serupa berskala kecil yg pada waktu itu disebut dgn mercantile.

Buat memudahkan pelanggan, karena pada masa itu transportasi masih terbatas, Sears menerbitkan katalog tentang semua barang yg dijual & para langganan dapat memesan melalui pos (mail order). Setiap barang yg ditawarkan ditampilkan secara menarik dgn foto-foto & gambar-gambar yg atraktif. Begitu populernya Sears Catalog di masa lalu, sampai-sampai ia disebut sebagai Injil Petani (Farmers Bible)

Tampilan & peragaan produk seperti di Sears Catalog itulah yg kemudian dijumpai di berbagai surat kabar & majalah di Amerika Serikat, beserta kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di masa kini penampilan seperti itu sering disebut sebagai display advertising (iklan komersial)


Pada abad ke-19 mulai dikenal pembelian ruang iklan melalui agen perseorangan (menyalurkan lagi ke perusahaan periklanan). Pada masa dinasti Edo di Jepang, awal abad-19 selebaran yg didistribusikan bersama surat kabar juga banyak membawa pesan-pesan komersial, khususnya tentang obat-obatan.




Pertumbuhan ekonomi dunia yg mulai bergerak pesat pada awal abad ke-19 akhirnya memicu hadirnya iklan di surat kabar amerika Serikat, beberapa surat kabar mulai memuat pesan-pesan singkat tentang produk, tampil dgn huruf-huruf kecil di dalam kotak, di antara berita & Tulsan lain. Iklan yg disaat ini disebut sebagai classified advertisement ini mempromosikan berbagai jenis barang & jasa.

Pada tahun 1841 Volney Palmer, “orang iklan” (adman) masa-masa awal, bertindak sebagai media broker / agen, mendapat komisi dari pemasangan iklan di media (media placement). Palmer mendirikan Agensi Periklanan pertama oleh Volney Palmer di Boston. Pada waktu itu, agensi periklanannya masih sebatas perantara pemasar dgn pihak surat kabar sebagai penerbit iklan

Pada tahun 1844 muncul iklan majalah pertama di majalah Southern Messenger dgn editornya Edgar Allan Poe (pengarang Tarzan). Majalah-majalah iklan periode awal yg masih terbit sampai sekarang adalah Cosmopolitan, ladies Home Journal, ReadeR’s Digest.

Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, & brosur.

Pada tahun 1864 periklanan berkembang seiring perkembangan pers yg juga ditandai berkembangnya perusahaan periklanan dgn fungsi sederhana.

Pada tahun 1871 Charles bates membuat biro iklan professional pertama kali.

Pada tahun 1875 di Philadelpia, dibuat agensi periklanan yg lebih multi fungsi. Dalam periode ini pula wanita mulai mengambil porsi. Baik sabagai tenaga periklanan, maupun sebagai image produk iklan. Penggunaan “wanita” sebagai daya tarik, pertama kali dipakai dalam iklan sabun mandi.

Pada tahun 1880 John Power, penulis naskah iklan (copywriter) pertama

Setelah 1880an, perusahaan periklanan meningkatkan fungsi dgn menawarkan konsultasi & jasa periklanan lain



Gambar iklan produk Coca Cola

pada tahun 1890.









Pada tahun 1891 J Walter Thompson, Account Executive pertama.











Iklan mengenai Ensiklopedia Britanica pada tahun 1913

Pada tahun 1920 KDKA stasiun radio pertama di dunia lahir di Pittsburgh. Disaat radio siaran mulai mengudara di tahun 1920-an, periklanan di radio pun mulai marak walaupun secara teknis & daya tarik, tidak seperti yg kita nikmati disaat ini. Sponsorsif disaat itu lebih banyak dikuasai satu orang/pihak. Misalnya, sponsorsif suatu radio, dikuasai satu bisnisman. Dgn kata lain, space iklan digunakan sendiri. Tapi seiring dgn tingginya persaingan, kondisi ini berangsur-angsur berubah.

Pada tahun 1922 Iklan pertama di radio duniaWEAF, New York.

Pada tahun 1939 NBC, stasiun tv pertama.

Periklanan masuk dunia televisi di awal tahun 1940an. Iklannya bisa berupa commercial atau public advertising

Pada tahun 1941 Iklan televisi hitam/putih pertama di New York, Amerika Serikat mengiklankan Arloji Bulova dgn harga spot US $ 9.



poster film tahun 1950


Pada tahun 1954 Iklan televisi berwarna pertama ditayangkan. Mengiklankan Castro Decorate, New York.

Pada peralihan menuju abad ke-20, sistem manajemen periklanan modern seperti posisi manajer iklan mulai diterapkan

The 1960s saw advertising transform into a modern approach in which creativity was allowed to shine, producing unexpected messages that made advertisements more tempting to consumers' eyes. The 1960s saw advertising transform into a modern approach in which creativity was allowed to shine, producing unexpected messages that made advertisements more tempting to consumers' eyes.”














iklan penggunaan lampu hemat energi


Advertising modern sendiri yg mulai berkembang tahun 1960an, jauh berbeda dgn advertising masa lampau. Pada tahun ini, periklanan menemukan bentuknya yg modern dgn karya-karya kreatif yg menakjubkan. Perintis iklan dgn landasan karya kreatif yg digarap secara apik ini dipelopori oleh seri iklan mobil kodok volkswagen yg menampilkan judul-judul seperti “Think Small“ & “ Lemon.“ Iklan-iklan Volkswagen inilah yg meletakkan dasar positioning & uniqe salling proposition (USP) dalam periklanan yg masih dipegang hingga kini. Konsep ini mengikat (associate) setiap brand dgn satu sspesific idea yg khas yg menancap di benak konsumen.

Di akhir 1980 & awal 1990 memperlihatkan kemunculanTv Kabel & MTV, sebagai bagian darinya. Sebagai Pionir dalam konsep musik-video, Pelayanan MTV merupakan sebuah tipe periklanan yg baru. Konsumen lebih menyimak pesan yg diiklankan MTV dibandingkan dgn membeli setelah mendapat informasi dari media lain. Disaat tv kabel & tv satelit mengalami peningkatan secara umum, beberapa saluran berada di posisi puncak, termasuk saluran yg seluruh durasinya berisi iklan seperti QVC, Home Shopping Network, & Shop Tv.

Pemasaran melelui internet membuka batas baru bagi periklanan & memberikan kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi semata-mata dalam bidang periklanan, & menawarkan segalanya buat kupon berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dgn mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dgn pemberian bantuan & lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dgn brosur. Perihal ini menandai kebangkitan dari upaya buat meningkatkan trend periklanan interaktif.

Pemasaran melalui internet membuka batas baru bagi periklanan & memberikan kontribusi pada ‘boomingnya’ “dot-com” tahun 1990. Seluruh perusahaan terus beroperasi semata-mata dalam bidang periklanan, & menawarkan segalanya buat kupon berlangganan internet gratis. Memasuki abad ke-21 sejumlah website, termasuk ‘mesin pencarian google’ memulai perubahan dalam dunia periklanan on-line dgn mengekspansi relevansi kontekstual, tidak menonjolkan iklan dibandingkan dgn pemberian bantuan & lebih utama ketimbang membanjiri konsumen dgn brosur. Perihal ini menandai kebangkitan dari upaya buat meningkatkan trend periklanan interaktif.

Penyebaran pesan melalui iklan, secara relatif menelan biaya dari GDP sehingga menyeebabkan perubahan yg cukup signifikan dalam pemilihan media. Di Amerika misalnya, pada tahun 1925 media iklan yg utama adalah surat kabar., majalah, nyala lampu trem,& poster-poeter. Advertising menghabiskan anggaran sekitar 2,9% dari GDP. Sejak 1998, televisi & radio menjadi media perikanan yg utama & menghabiskan dana dari GDP yg lebih rendah, sekitar 2,4%.

Dilihat dari tujuan, penyajian sampai ke anggaran yg dibelanjakan iklan mengalami kemajuan yg sangat pesat.

Disaat ini terdapat Perusahaan Periklanan Terbesar Di Dunia, perusahaan tersebut adalah:


  1. WPP Group plc (UK)

  2. Omnicom Group Inc. (US)

  3. The Interpublic Group of Companies, Inc. (US)

  4. Publicis Groupe S.A. (FR)

Urutan largest in term of billing & besarnya network saling kejar-mengejar. Jadi mungkin tahun ini WPP, tahun depan Omnicom tahun depan berganti lagi antara 3 conglomerate. Sedang Publicis menempati posisi ke empat.

Masing-masing mempunyai perusahaan dgn berbagai expertise di bidang komunikasi, Advertising Agency, Media Service, Marketing Branding Strategy, PR, CRM, Corporate ID/Brand, Direct Marketing, Event, Sales Promotion, you name it.


Anak-anak perusahaannya di tiap-tiap grup yg ada di Indonesia tidak diketahui pasti kecuali WPP, tapi jika diperkirakan, petanya seperti berikut ini:

WPP Group plc :
Bates, Young & Rubicam, J Walter Thompson(JWT), Landor Associates, Ogilvy & Mather Group (termasuk One, PR, Interactive dll), MindShare etc

Omnicom Group Inc. :
BBDO Worldwide, DDB Worldwide, TBWA Worldwide

The Interpublic Group of Companies, Inc. :
McCann-Erickson WorldGroup, FCB Group, Lowe & Partners Worldwide

Publicis Groupe S.A. :
Publicis Worldwide, Leo Burnett Worldwide, Saatchi & Saatchi Worldwide, Fallon Worldwide and 49%-owned Bartle Bogle Hegarty (BBH), Starcom MediaVest Group, ZenithOptimedia.

Khusus buat WPP, dari direktori di websitenya di dapat perusahaan-perusahaan di Indonesia yg termasuk dalam grup ini:

1. Bates Asia - Indonesia
2. Dentsu, Young & Rubicam - Jakarta, Matari-Dentsu Young & Rubicam
3.
J Walter Thompson - Jakarta, Adforce
4. Landor Associates - Jakarta
5. Maximize - Jakarta
6. Mediaedgecia - Indonesia
7. MindShare - Jakarta
8. Motivator - Jakarta
9. Ogilvy & Mather - Jakarta, Ogilvy & Mather
10.
Ogilvy & Mather - Jakarta, Ogilvy Public Relations Worldwide
11. Ogilvy & Mather - Jakarta, OgilvyOne worldwide
12. Ogilvy Public Relations Worldwide - Jakarta
13. OgilvyInteractive - Jakarta, OgilvyInteractive


Tahun 2004 biaya permasangan iklan di Amerika Serikat mencapai sekitar $212 miliar. Sementara belanja iklan di seluruh dunia mencapai lebih dari $414 miliar. Sebuah angka yg luar biasa besar. Sementara accounting firm Pricewaterhouse Coopers menyebutkan, tahun 2010, belanja iklan seluruh dunia akan mencapai lebih dari setengah triliun dolar Amerika Serikat.

Pemasangan iklan disaat ini, banyak dilakukan berbagai macam organisasi nirlaba, profesi, pemerintahan & ba& social. Bahkan pembelanja iklan terbesar ke 25 adalah pemerintah Amerika Serikat.

Disaat ini, inovasi dunia periklanan semakin berkembang pesat dgn menggunakan metode pendekatan yg tidak biasa, seperti mendirikan panggung di area public, memberi hadiah mobil dalam mempromosikan brand tertentu, & mengadakan promosi interaktif dimana konsumen bisa merespon & menjadi bagian disaat promosi berlangsung. Perihal ini memberi gambaran perkembangan trend periklanan interaktif melalui penempatan produk, voting melalui SMS & berbagai inovasi lainnya yg menggunakan jaringan internet, seperti MySpace & media telekomunikasi mutakhir lainnya.

    1. Legenda Periklanan Dunia

Berikut ini nama-nama beberapa tokoh yg menjadi legenda periklanan dunia selain volney palmer:

Leo Burnett

Leo Burnett Agency, Chicago

Mendirikan biro iklan di Chicago. Filosofi biro iklannya adalah “Gapailah ketinggian, karena dgn cara itu kita tidak akan mengejar segenggam lumpur”. Prinsipnya yg paling terkenal adalah “Ide Besar”. Menurutnya setiap kampanye mesti mengandung ide yg Akan bertahan selama bertahun-tahun & memisahkannya dgn perihal yg lain. Beberapa karya periklanan Burnett bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan universal.


Rooser Reeves (1910-1984)

Ted Bates & Co, New York

Tokoh periklanan pada tahun 1950-an di biro iklan Ted Bates New York. Ia menerbitkan buku “Reality in Advertising” di tahun 1961 semasa aktif di Ted Bates & menjadi best-seller. Teorinya yg paling terkenal di dalam periklanan adalah USP atau biasa disebut “ Unique Selling Proposition“ & mengantarkan Rosser Reeves menjadi terkenal di bidang periklanan. Ia menggambarkan USP di (dalam) tiga komponen yg mengedepankan prinsip dari teknik menjual agresif. Menurutnya tugas iklan adalah memasukkan merek sebanyak mungkin kedalam kotak mental, dgn cara menjual ciri khas dari produk tersebut.


Bill Bernbach (1911-1982)

Doyle Dane Bernbach, New York

" Aku memperingatkan kamu buat melawan terhadap kepercayaan bahwa iklan adalah suatu ilmu pengetahuan " Bernbach memimpin revolusi periklanan pada dekade 1960-an & menjadikannya salah satu kekuatan kreatif paling berpengaruh di dalam sejarah periklanan. Di biro iklan Doyle Dane Bernbach (DDB) New York, ia mempelopori iklan yg dibuat lebih jenaka, lebih cerdas & kadang sangat tidak sopan.
Ia adalah seorang Adman yg banyak mengilhami orang lain. Setelah kematian Bernbach pada Oktober 1982, prinsipnya berdampak lebih besar pada kultur Amerika dibanding para Adman lain yg telah lahir 133 tahun sebelumnya"
16 tahun kemudian, Dampak Bernbach berlanjut & tidak berkurang. Ia dianugrahi daftar kehormatan Iklan abad 20 sebagai orang yg paling berpengaruh dalam periklanan. Pengaruhnya masih hidup & relevan buat membantu memberi petunjuk buat industri periklanan sampai abad 21.
Bagi penulis naskah & pengarah seni muda yg masih berkembang mesti mempelajari kampanye klasik Bernbach karena banyak dari apa yg diyakininya telah menjadi “hukum kreatif” bagi orang-orang iklan.
Prinsipnya yg palig terkenal adalah menempatkan iklan sebagai sebuah seni bukan ilmu pengetahuan." Iklan bukan suatu ilmu pengetahuan, Iklan adalah bujukan. & bujukan adalah suatu seni." – Bill Bernbach


David Ogilvy (1911-1999)

Ogilvy & Mather Worldwide, New York

Ogilvy adalah Adman yg terkenal di dunia. Ia adalah raksasa di dalam bisnis periklanan selain nama besar Bill Bernbach, Leo Burnett, Ted Bates, Rosser Reeves & raksasa periklanan lain dalam bisnis itu.

Pesaingnya Ed Ney, yg memimpin Young & Rubicam mengatakan:
"Ia mahluk cerdas yg sangat Kompetitif. Ia membawa gaya kepada bisnis periklanan. Bernbach OK, tapi David adalah terbaik dari yg terbaik"
Di tahun 1975, dia disebut sebagai "ahli sihir yg paling dicari di dalam industri periklanan."

David menjadikan bisnis periklanan sangat menarik & mengundang banyak orang cerdas kedalamnya. Bukunya Confessions of an Advertising Man adalah buku paling laris yg diterbitkannya di tahun 1962, & diterbitkan kembali di inggris lebih dari 40 tahun kemudian. Buku itu telah mempengaruhi pandangan dari banyak orang tentang bisnis periklanan.

Pendiri biro iklan Ogilvy & Mather ini filosofinya banyak didasarkan pada hasil riset. Prinsipnya yg paling kontroversial & jadi perdebatan adalah “tidak seorangpun akan membeli sesuatu dari seorang pelawak atau komedian & bahwa tulisan putih di atas latar belakang hitam akan sulit dibaca”. Namun prinsipnya bahwa “konsumen itu bukan orang yg bodoh, ia adalah istri anda” merupakan prinsip yg sulit terbantahkan.


John Hegarty

Bartle Bogle Hegarty, New York

Menciptakan kampanye iklan legendaris : levis, lego, audi
John yg bertubuh mungil & ceking, bersama teman-temannya mendirikan BBH di tahun 1982 & semenjak disaat itu merebut serangkaian penghargaan kreatif. Menurutnya buat membuat iklan yg baik craftsmanship merupakan perihal yg penting karena disaat ini kita hidup di budaya visual. Orang lebih peduli pada pencitraan dibanding masa sebelumnya. Cara kita berbusana, dalam perihal yg kita kerjakan, bahkan makan. Semuanya bersifat visually driven. Orang mengambil keputusan berdasarkan visual.

Pakar periklanan Amerika ini juga menyebutkan, globalisasi membuat produk-produk memiliki kualitas yg hampir serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dgn menyentuh emosi & gengsi konsumen. Hegarty mengatakan, disaat ini konsumen membeli barang bukan karena keunggulannya tapi karena produk tersebut membuat sang konsumen percaya, merasa yakin, & jatuh cinta. Itulah yg disebut dgn Emotional Selling Proposition


Jean Marie Dru

TBWA Worldwide

Disturbtion adalah pendekatan revolusioner terhadap periklanan yg dikembangkan oleh Jean Marie Dru dari biro iklan TBWA Worldwide. Ia mengatakan jika perusahaan tidak menciptakan perubahan maka perubahanlah yg akan menciptakan mereka. Dru percaya bahwa iklan mesti mengganggu kenormalan yg dapat diprediksi, sehingga dapat masuk ke dalam koteks yg sama sekali baru

Jay Chiat

Chiat/Day, California

Pendiri biro iklan Chiat/Day yg sangat berpengaruh di California, & berhasil mengangkat derajat biro iklan yg tidak berlokasi di Madison Avenue.

Jay adalah sosok yg mempesona, menghebohkan & memiliki daya juang tinggi. Salah satu ungkapannya yg terkenal adalah “How big can we get, before we get bad ?”.

Pengertian Insentif


Guna membahas lebih lanjut insentif, disini penulis akan membahas pengertian insentif yg kutip dari beberapa ahli manajemen, antara lain :

Menurut T. Hani Handoko (2002:176), menyatakan bahwa pengertian insentif adalah :

“Perangsang yg ditawarkan kepada para karyawan buat melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yg telah ditetapkan”.

Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan (2001:118), mengatakan bahwa insentif adalah :

“Tambahan balas jasa yg diberikan kepada karyawan tertentu yg prestasinya diatas prestasi standar”.

Menurut Anwar Prabu Mangkungara (2002:89), mangatakan pengertian insentif adalah :

“Suatu penghargaan dalam bentuk uang yg diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dgn motivasi yg tunggi & berprestasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi”.

Hendri simamora (2004:514), mengatakan bahwa pengertian insentif adalah :

“Kompensasi yg mengaitkan bayaran atas dasar buat dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yg kompetitif”.

Menurut H. Hadari Nawawi (2003:317), mengemukakan bahwa insentif adalah :

“Penghargaan atau ganjaran yg diberikan buat memotivasi para karyawan agar produktiviyasnya tinggi & sifatnya tidak tetap”.

Sedangkan menurut Mutiara S. Panggabean (2002:89), mengatakan bahwa insentif adalah :

“Penghargaan dalam bentuk uang yg diberikan kepada mereka yg dapat bekerja melampaui standar yg telah ditentukan”.

Jadi menurut pendapat para ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yg diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dgn motivasi yg tinggi & berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, dgn kata lain pemberian insentif adalah pemberian uang diluar gaji sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja & kontribusi terhadap karyawan kepada perusahaan. Pelaksanaan insentif dimaksudkan buat meningkatkan produktifitas karyawan & mempertahankan karyawan yg berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan. Insentif adalah dorongan agar seseorang agar mau bekerja dgn baik & agar dapat mencapai produktivitas yg tinggi sehingga dapat membangkitkan gairah kerja & motivasi yg tinggi.


Archives

Categories

20HadiahLebaran aceh active Ada ada saja adsense aids air tanah anak antik Artikel Artis asma Bahasa bahasaindonesia baju band batuk bayi bekas belajar bencana Berita Berita Ringan big panel biologi bisnis bisnis online Blog Bola budidaya buku bunga burner burung cerai Cerpen chandra karya Cinta ciri cpns cuti cv daerah desain di jual diare diet coke diet plan dinas domisili ekonomi email euro exterior fashion fat Film FISIP foke forex format FPI furniture gambar game gejala gempa geng motor geografi gigi ginjal Girlband Indonesia graver GTNM gunung gurame guru haga haki hamil harga hasil hepatitis hernia hiv Hukum hunian ibu ijin ikan indonesia Info Informasi Information Inggris Inspirational interior Internet Intertainment izin jadwal jakarta janin jantung jati Joke jokowi kamar kamarmandi kampus kantor. karyailmiah keguguran kemenag kemenkes kendala kerja kesanggupan kesenian kesepakatan keterangan kisi kkm klaim Komik Komputer kontrak kop korea lagu lamaran lambung legalisir lemari Lifestyle ligna Linux lirik Lirik Lagu Lowongan Kerja magang mahasiswa makalah Malignant Fibrous Hystiocytoma marketing Matematika mebel medan meja melahirkan menikah merk mesothelioma mesothelioma data mimisan mimpi minimalis Misteri mobil modern modul motivasi motor mp3 mual mulut mutasi Naruto news ngidam nikah nisn noah nodul nomor surat Novel novil Olah Raga Olahraga olympic opini pagar panggilan paper paspor paud pelatihan pembelian pemberitahuan pemerintah penawaran pendidikan pengantar pengertian pengesahan pengetahuan pengumuan pengumuman pengumumna Pengunduran pengurusan penyakit penyebab perjanjian perkembangan Permohonan pernyataan perpanjangan persiapan bisnis Pertanian perumahan perusahaan perut peta phones photo Pidato pilkada pimpinan pindah plpg PLS postcard pringatan Printer Tips profil Profil Boyband properti property proposal prumahan Psikologi-Psikiater (UMUM) Puisi quote Ramalan Shio rekomendasi relaas resensi resignation resmi Resume rpp ruang rumah rupa sakit sambutan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) second sejarah sekat sekolah Selebritis seni sergur series sertifikat sertifikat tanah sinopsis Sinopsis Film Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan sitemap skripsi sm3t smd sni snmptn soal Software sosial springbed starbol stnk sukhoi sumatera surabaya surat suratkuasa Surveilans Penyakit tafsir tahap Tahukah Anda? tanda tas television teraphy Tips Tips dan Tricks Seks Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum toko Tokoh Kesehatan top traditional tsunami tugas ucapan ujian uka un undangan undian universitas unj unm unp upi uu Video virus walisongo wanita warnet