Kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemelajaran sastra di sekolah, khususnya pemelajaran novel, lebih menitik beratkan pada karya sastra Indonesia, yakni karya sastra yg diciptakan atau dihasilkan oleh pengarang / sastrawan yg berasal dari Indonesia.
Hampir semua siswa di sekolah lebih banyak mengetahui karya-karya sastra Indonesia saja, padaperihal jika diamati dgn cermat maka akan diketahui bahwa selain karya-karya sastra Indonesia masih ada satu jenis karya sastra lagi di Indonesia ini, yakni karya sastra Perankan Tionghoa, bahkan menurut Salmon 1985 : 15 (dalam Faruk dkk, 2000: 16), hasil karya sastra Peranakan Tionghoa lebih banyak dari karya sastra yg dihasilkan oleh Balai Pustaka. Karya-karya sastra Peranakan Tionghoa itu sendiri berjumlah 3005 buah dgn jumlah pengarang & 806 orang, sedangkan karya sastra Balai Pustaka berjumlah 770 buah. Namun demikian, karya sastra Peranakan Tionghoa ini tidak banyak dikenal secara luas, sebagai bagian dari sastra Indonesia.
Dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern, karya sastra Peranakan Tionghoa ini merupakan fenomena kultural yg sangat menarik buat diperhatikan & dikaji secara serius & tuntas. Selain fenomena kultural, karya sastra Peranakan Tionghoa juga dapat dikaji dari aspek-aspek yg lain yg terdapat dalam sebuah karya sastra seperti novel.
Karya sastra Peranakan Tionghoa dianggap penting buat diteliti karena adanya beberapa alasan. Pertama, dgn pemahaman mengenai karya sastranya mungkin sekali akan diperoleh gambaran / peta kasar mengenai sastra Peranakan Tionghoa secara keseluruhan, sebuah gambaran / peta yg pada gilirannya akan sangat berguna buat membimbing & memberi arah bagi penelitian berikutnya. Kedua, karya sastra Peranakan Tionghoa itu sekaligus akan memberikan gambaran mengenai respon masyarakat / pembaca terhadap karya sastra yg di telitinya.
Dgn masih terikatnya peranakan Tionghoa pada tradisi kultural dari negeri asalnya, maka akan menjadi seakan hidup di dalam sebuah kantong budaya yg tersendiri dari kebudayaan setempat. Akan tetapi, perihal itu tidak dgn sendirinya berarti interaksi budaya antara keduanya terabaikan. Di satu pihak orang-orang peranakan Tionghoa sesungguhnya ikut menikmati kebudayaan Indonesia seperti wayang, sedangkan di lain pihak penduduk Indonesia juga mengapresiasi karya-karya sastra peranakan Tionghoa seperti yg terbukti dari amat populernya cerita “San Pek Eng Tay” di kalangan masayarakat Indonesia.
Seperti telah disinggung di atas, bahwa masyarakat Indonesia banyak yg mengapresiasi karya sastra Peranakan Tionghoa seperti novel maupun drama San Pek Eng Tay yg ditulis oleh sastrawan peranakan / keturunan Tionghoa.
Ada sebagian masyarakat Indonesia yg mengapresiasi sekaligus meneliti mengenai karya sastra Peranakan Tionghoa seperti novel. Novel Tionghoa yg diapresiasi & sekaligus diteliti oleh masyarakat Indonesia di antaranya yaitu novel San Pek Eng Tay.
Novel San Pek Eng Tay ini banyak diteliti oleh seorang peneliti dari pandangan yg berbeda, bahkan cerita dari kisah San Pek Eng Tay ini terdapat beragam pandangan / pendapat orang yg berbeda setelah orang tersebut membaca & memahami isi cerita dari novel San Pek Eng Tay itu sendiri. Namun sebagian atau bahkan banyak yg menilai & menyimpulkan bahwa kisah San Pek Eng Tay ini lebih banyak menceritakan percintaan antara San Pek dgn Eng Tay. Akan tapi sebenarnya ada perihal yg lebih penting buat menilai atau menyimpulkan kisah cerita dari sebuah novel San Fek Eng Tay ini, misalnya mengenai perjuangan hidup / emansipasi seorang wanita dalam perihal ini Eng Tay.
Emansipasi dalam sebuah novel menunjukan arti penting dari sebuah novel yg lebih menitik beratkan ada permasalahan perempuan, apalagi jika si pengarang novel tersebut ingin memberitahukan kepada pembaca betapa pentingnya & berharganya sebuah emansipasi dari seorang perempuan buat dapat mengakhiri sebuah penindasan terhadap kaumnya.
Dgn adanya karya sastra Peranakan Tionghoa ini maka sebenarnya dapat digunakan dalam pemelajaran sastra di sekolah, karena karya sastra Peranakan Tionghoa ini bukanlah sebuah karya sastra yg sulit buat dijadikan bahan pemelajaran oleh siswa di sekolah, khususnya bahan pemelajaran sastra di jenjang Sekolah Menengah Atas.
Namun perlu juga diperhatikan oleh seorang guru bahasa & sastra akan halnya karya sastra Peranakan Tionghoa yg kelak akan diajarkan pada murid-murid di sekolah.
Bertolak dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba menganalisis sebuah karya sastra Peranakan Tionghoa dalam perihal ini novel dgn judul “Kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA”.
1.2 Kajian yg Relevan
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis terlebih dahulu mengenai penelitian-penelitian yg ada kaitannya dgn judul penelitian yg akan penulis lakukan atau dgn kata lain menganalisis penelitian yg sejenis atau sering disebut dgn “Kajian Yg Relevan”.
Dalam kajian yg relevan ini bertujuan agar penelitian yg dilakukan oleh penulis terbukti bukan merupakan hasil penelitian yg meniru dari hasil penelitian orang lain, selain itu kajian yg relevan dimaksudkan buat mengetahui masalah-masalah apa saja yg terdapat dalam penelitian yg sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya, metode seperti apa yg digunakan, teori apa saja yg ada dalam penelitian tersebut, beserta hasil simpulan penelitian dari penelitian yg sudah ada sebelumnya.
Sebagaimana yg sudah dibahas pada penelitian sebelumnya yg sejenis dgn penelitian yg akan penulis lakukan, maka penelitian yg akan penulis bahas ini mengenai kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA. Mengacu pada judul penelitian penulis tersebut, kajian yg relevan yg membahas tentang emansipasi perempuan ini dapat terlihat dari buku maupun skripsi.
Penelitian mengenai emansipasi perempuan dapat dilihat pada buku yg ditulis oleh A. Nunuk P. Murniati dgn judul “Getar Gender”. Dalam buku tersebut A. Nunuk P. Murniati selaku penulis mencoba mengamati masalah perbedaan kedudukan / peranan antara perempuan dgn laki-laki. Dalam buku itu juga A. Nunuk P. Murnati menjelaskan bahwa masalah perempuan sejajar dgn masalah penindasan & ketidakadilan sosial, dgn demikian, hak asasi manusia, termasuk hak asasi perempuan, hanya bisa diwujudkan dgn penegakkan keadilan & kesetaraan gender.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sugihastuti dalam buku “Rona Bahasa & Sastra Indonesia”, pada penelitian tersebut yg berkaitan dgn kajian emansipasi perempuan intinya membahas tentang lima konsep permasalahan yg berhubungan dgn perbedaan gender.
Dari kelima konsep permasalahan gender tersebut, Sugihastuti selaku penulis menjelaskan secara rinci kelima konsep tersebut. Pertama adalah “perbedaan gender” yaitu perbedaan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian, harapan & peranan, & hal-perihal lainnya yg dirumuskan buat perorangan menurut ketentuan kelahiran. Kedua “kesenjangan gender” yaitu perbedaan dalam hak berpolitik, memberikan suatu cara & bersikap antara pria & perempuan. Ketiga “Genderzation” yaitu pengacuan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri & pandangan dari & terhadap orang lain. Misalnya “ pelacur” dalam bahasa Indonesia menunjuk pada penjaja seks perempuan & “gigolo”pada penjaja seks laki-laki. Keempat “identitas gender” yaitu gambaran tentang jenis kelamin yg seharusnya dimiliki & ditampilkan oleh tokoh yg bersangkutan. Perwuju& dari perihal ini adalah timbulnya perbedaan perilaku sesuai dgn karekteristik biologisnya. Kelima “gender role” yaitu peranan perempuan atau peranan laki-laki yg diaplikasikan secara nyata.
Selain itu, penelitian tentang emansipasi perempuan juga dapat terlihat pada skripsi yg berjudul Kajian Feminisme Novel Swastika karya Maya Wulan sebagai Upaya Memilih Bahan Pembelajaran Sastra di SMA oleh Antun Nuraini Universitas Sultan Ageng Turtayasa Tahun 2005.
Atau pada skripsi yg berjudul Kajian Feminisme Terhadap Novel Gadisku Kekasihku karya Toeti Senja & Model Rencana Pemelajarannya di SMA oleh Ira Farida Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun 2004.
Inti pembahasan pada kedua penelitian itu menjelaskan mengenai perbedaan gender & ketimpangan posisi perempuan yg cenderung dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal perempuan berbeda dgn laki-laki. Dgn adanya permasalahan yg sama pada kedua penelitian tersebut, maka diperlukan adanya gagasan atau ide-ide feminisme (keperempuanan / kewanitaan) buat dapat menyetarakan posisi / kedudukan wanita dgn laki-laki di masyarakat.
Berdasarkan beberapa penelitian atau kajian relevan yg telah penulis baca, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa permasalahan perempuan merupakan suatu penindasan terhadap hak asasi manusia, maka buat memecahkan permasalahan perempuan tersebut perlu diadakannya suatu tindakan dari kaum perempuan yg berupa emansipasi perempuan yg bertujuan buat menyetarakan posisi / kedudukan perempuan dgn laki-laki, sehingga hak asasi perempuan dapat diterima oleh wanita dgn tidak adanya penindasan.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini mengenai kajian Emansipasi Perempuan dalam Novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & Rencana Pemelajarannya di SMA.
Pertanyaan Penelitian
Dalam sebuah penelitian pasti ada masalah. Masalah dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat perilaku tokoh-tokoh wanita dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang yg sesuai dgn sikap emansipasi perempuan ?
Apakah novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang sesuai buat dijadikan bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA ?
Rencana pemelajaran seperti apakah yg tepat buat mengajarkan novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang di SMA ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu perihal dalam penelitian yg ingin dicapai. Tujuan mesti diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yg diharapkan (Pradopo, 2001: 25).
Tujuan yg ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Buat mengetahui gambaran mengenai perilaku tokoh-tokoh wanita dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang yg sesuai dgn sikap emansipasi perempuan.
Buat menemukan kesesuaian novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang sebagai bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA.
Buat menemukan ketepatan rencana pemelajaran novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang di SMA.
we hope Kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA are solution for your problem.