Perintis Periklanan Indonesia
Sejarah memang membuktikan bahwa iklanlah yg mengembuskan nafas awal bagi kehidupan surat kabar di Indonesia. Pada masa-masa awal keidupan pers Indonesia & keadaan ini berlanjut hingga awal abad ke-20 surat kabar tidak lain adalah advertentieblad (media iklan) belaka. koran (dari bahasa Belanda: het krant, & dari bahasa perancis: courant ), sebagian besar isi beritanya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan, & pengumuman resmi Pemerintah Hindia Belanda. Sesuai dgn khalayaknya, iklan disurat kabar menampilkan produk-produk yg merupakan konsumsi kelas atas. Misalnya, sebuah toko P&D (provisien en dranken= kebutuhan makanan & minuman) yg mengumumkan datangnya kapal dari Negeri Belanda membawa mentega & stok keju baru. Cerutu & bir juga merupakan komoditas impor di masa itu, & sering muncul diiklankan di surat kabar. Pada masa itu, mobil malah jarang muncul di iklan surat kabar. Mungkin karena masih merupakan seller’s market & pembeli mobil malah mesti antre sebelum mobil yg dipesan didatangkan dari negri jauh. Berbeda sekali dgn kondisi pasar kendaraan bermotor yg sangat kompetitif di masa sekarang.
Pada awal abad ke-20 perusahaan terbesar pada disaat itu, Aneta, mendatangkan tiga orang tenaga spesialis periklanan dari Negeri Belanda. Mereka adalah: F. Van Bemmel, Is van Mens, & Cor van Deutekom. Mereka didatangkan atas sponsorship BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij, perusahaan minyak terbesar disaat itu) & General Motors yg perlu mempromosikan produk-produk mereka. Van Bemmel kemudian ditawari pekerjaan oleh pemilik surat kabar De Locomotief di Semarang unuk mendirikan sebuah perusahaan periklanan. Tidak lama kemudian, Van Bemmel pun hengkang dari perusahaan yg dirintisnya itu, & kemudian mendirikan sendiri sebuah perusahaan periklanan bernama NV Overzeesche Handelsvereniging buat menangani berbagai produk impor seperti mobil & sepeda. Van Bemmel hanya perlu bekerja selama 10 tahun di Indonesia, & pulang kembali ke Negeri Belanda buat membangun sebuah Bank dari hasil keuntungan yg diraupnya selama berusaha di Indonesia. Pada masa perintisan periklanan Indonesia, hampir semua perusahaan periklanan merupakan afiliasi perusahaan media sesuatu yg di masa sekarang justru dianggap sebagai perbenturan kepentingan. Pemilik surat kabar Java Bode, misalnya, juga memilki sebuah perusahaan periklanan HM van Drop yg diawaki oleh seorang bernama C.A Kruseman. Ia dianggap sebagai salah seorang perintis dalam periklanan di Indonesia.
Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yg dimiliki & dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yg melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yg ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan. Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yg memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya surat kabar Sinar Terang.
Iklan-iklan yg ditangani Yap Goan ho kebanyakan buat produk buku. Khususnya yg diterbitkan buat masyarakat Cina. Setelah ditutupnya Sinar Terang, Yap Goan Ho kembali berusaha mengembangkan sendiri perusahaan periklanannya. Buat itu dia mengumpulkan modal dari bekerja mencari iklan bagi beberapa suratkabar. Dia mengkhususkan diri pada iklan-iklan pelelangan barang milik para pejabat Belanda. Kebanyakan barang-barang milik para pejabat yg akan mengakhiri masa jabatannya di Hindia Belanda. Iklan-iklan pelelangan ini utamanya ditujukan pada khalayak pribumi, & sebagian besar dimuat di suratkabar De Locomotief. Tokoh Cina keturunan lain adalah Liem Bie Goan. Seperti juga Yap Goan Ho, perusahaan periklanan Liem Bie Goan juga dikontrak oleh suratkabar. Suratkabar yg mengontraknya adalah Pertja Barat yg terbit di Padang tahun 1890-1912. Iklan yg menonjol dari perusahaan periklanan ini adalah produk pecah belah. Khalayak sasarannya adalah penduduk Eropa yg tinggal di Hindia Belanda.
Dari luar Jawa tercatat juga nama Kadhool sebagai tokoh lain periklanan. Seperti Yap Goan Ho, dia juga mantan penulis naskah di perusahaan periklanan De Locomotief. Kadhool sekolah di Hwee Koan, Cina. Perusahan periklanannya bernama Firma Tie Ping Goan, namun dikelola & dimiliki sendiri oleh Kadhool. Tidak ada catatan mengapa nama perusahaan periklanan ini tidak menggunakan namanya. Di duga, Tie Ping Goan adalah nama lain dari Kadhool. Iklan-iklan Tie Ping Goan umumnya dipesan oleh suratkabar Tjaja Sumatra yg terbit dari tahun 1899-1933 di Sumatera Timur (sekarang Riau). Produk-produk yg ditangani perusahaan periklanan Kadhool kebanyakan hotel-hotel di sekitar Bandung. Bagi masyarakat Belanda masa itu, daerah Bandung dikenal sebagai Parisj van Java (Paris-nya Pulau Jawa), sehingga menjadi tempat peristirahatan sangat bergengsi bagi para pengusaha perkebunan Eropa yg tinggal di Sumatera. Tie Ping Goan bertahan hingga terjadinya depresi ekonomi tahun 1930. Rintisan yg banyak dilakukan oleh kelompok Cina keturunan ini, menurut F. Wiggeres yg menulis dalam Pemberita Betawi, 1909, karena merekalah yg sangat mementingkan perdagangan. Buat dapat lebih berhasil, kata Wiggeres pula, perdagangan tidak bisa lepas dari kebutuhan periklanan. Orang pribumi yg memiliki percetakan & suratkabar, baru pada tahun 1906 dgn munculnya NV Me& Prijaji. Tiras suratkabar yg dipimpin oleh RM Tirto Adisoerjo ini utamanya beredar di Batavia, Bogor & Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi politik, karena banyak memuat berita-berita tentang kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan hukum bagi kaum pribumi. Namun buat menjaga kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga perusahaan periklanan. Orang yg mengelola perusahaan periklanan Me& Prijaji adalah Raden Goenawan.
Raden Goenawan, lulusan HIS (Holland Inlandsche School), Batavia, menjadi teman dekat Tirto Adisoerjo sejak di sekolah itu. Selain dalam jabatan tersebut, Adisoerjo & Raden Goenawan juga merangkap bersama-sama menangani bidang percetakan Me& Prijaji. Suratkabar ini mereka beri nama kecil Surat Kabar Minggoean & Advertentie.Raden Goenawan juga pernah bekerja di perusahaan periklanan NV Soesman’s yg berkedudukan di Batavia. NV Soesman’s banyak mengiklankan penyediaan tenaga kerja pendatang dari Jawa ke Sumatera Timur.
Raden Goenawan mengelola perusahaan periklanan Me& Prijaji sejak berdirinya tahun 1906. Meskipun hanya mampu bertahan hingga tahun 1912, Me& Prijaji tercatat memperoleh keuntungan sebesar f.75.000 pada tahun terakhir hidupnya.
Tokoh periklanan pribumi yg sangat patut diperhitungkan adalah Tjokroamidjojo. Dia memimpin NV Handel Maatschppij & Drukkerij “Serikat Dagng Islam”, Semarang, yg menerbitkan suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar ini merupakan suratkabar pribumi yg dapat bertahan agak lama (1914-1924). Karir Tjokroamidjojo dimulai dgn bekerja sebagai pembantu redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906. Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan & percetakan di Semarang. Perusahaan periklanan Sinar Djawa tercatat sebagai satu-satunya perusahaan periklanan di Hindia Belanda yg mempunyai “agen besar” (perwakilan) buat benua Eropa & Amerika. Perwakilan ini berkedudukan di Societie Europeenne de Publicitie, 10 Rue de la Victoire, Paris. Fungsi perwakilan ini pun cukup efektif & bersifat timbal-balik. Yg utama adalah buat menangani komoditas impor dari Eropa & Amerika. Namun juga buat mengiklankan tour keliling Jawa dgn kereta api, ataupun hotel-hotel Eropa di Hindia Belanda. Laba usaha Sinar Djawa mengalami pasang surut. Merosot pada tahun 1915-1916, akibat terkena dampak Perang Dunia I, sehingga hanya mencapai f. 25.000 pada periode ini. Padaperihal pada tahun sebelumnya telah mencapai f. 45.000. Sepanjang kepemimpinan Tjokroamidjojo hingga tahun 1924, Sinar Djawa berhasil menggaet total keuntungan senilai f. 200.000,-.
M.Sastrositojo adalah pemilik & pengelola perusahaan periklanan NV Me& Moeslimin. Perusahaan periklanan ini mengkhususkan diri pada iklan-iklan produk buku, terutama buku-buku yg dicetak oleh Albert Rusche & Co.. Buku-buku yg diiklankannya pun khusus beraksara Jawa. Kebijaksanaan mengkhususkan pada iklan-iklan buku ini dilakukan, buat menyesuaikan diri dgn suratkabar Me& Moeslimin yg memang dikhususkan buat pembaca orang Jawa yg baru melek huruf. Itu pun terbatas pada bacaan yg menggunakan aksara Jawa. Misi yg diemban Me& Moeslimin tampaknya tidak dapat sepenuhnya ditunjang dari penghasilan usaha periklanan. Karena tercatat adanya dukungan keuangan dari beberapa perusahaan batik di Solo. Salah satu pendukung utama keuangannya adalah perusahaan batik milik Hadji Misbach. M. Sastrositojo adalah lulusan HIS, yg kemudian magang selama 2 tahun di perusahaan periklanan NV Doenia Bergerak, sebagai penulis naskah iklan.
we hope Perintis Periklanan Indonesia are solution for your problem.