TEORI AKUNTANSI
Sifat Dasar Akuntansi Berbagai Pandangan
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
Akutansi adalah seni pencatatan, penggolongan, & peringkasan transaksi & kejadian yg bersifat keuangan dgn cara yg berdaya guna & dalam bentuk satuan uang, & menginterprestasian hasil proses tersebut.
Pada perkembangan disaat ini, akuntansi didefinisikan dgn mengacu pada konsep informasi:
Akutansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yg bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yg diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yg ada.
Para akuntan memiliki pandangan yg berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yg lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi disaat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, & akhirnya, akuntansi sebagai sebuah ideology.
Akuntansi sebagai sebuah ideologi
Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologi sarana buat mendukung & melegitimasi tatanan sosial, ekonomi & politik disaat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntansi melakukan suatu bentuk & hubungan-hubungan sosial yg membentuk usaha produktif. Akuntansi juga dipandang sebagai mitos symbol, & kegiatan ritual yg mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yg didalamnya agen-agen sosial dapat saling berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujudkan dalam pandangan umum merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi & alat sistem kapitalisme.
Persepsi bahwa akuntansi merupakan sebuah instrument rasionalisasi ekonomi ditunjukkan dgn sangat baik oleh Weber, yg mendefinisikan tindakan rasionalisasi ekonomi sebagai “perluasan penghitungan kuntitatif atau akuntansi yg secara teknis dapat dilakukan & secara nyata dapat diaplikasikan.” Perihal yg sama ditekankan pula oleh Heilbroner yg menyatakan bahwa:
Praktik yg kapitalis mengubah satuan uang ke dalam satuan alat penghitung cost-profit yg rasional, dimana karya besarnya adalah pembukuan berpasangan … yg terutama merupakan produk evolusi rasionalisasi ekonomi, perhitungan cost-profit, sebagai reaksi terhadap rasionalisasi tersebut, dgn merealiasikan & mendefinisikan & secara numeric, praktik ini sangat mendukung logika perusahaan.
Akutansi Sebagai Sebuah Bahasa
Akutansi telah dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tetnang bisnis.
Apa yg membuat akuntansi menjadi sebuah bahasa ? buat menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat kesejahteraan potensial antara akuntansi & bahasa. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yg disusun secara acak, yg mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yg bersifat tertutup & rahasia. Sebaliknya, symbol-simbol manusia disusun secara yg sistematis & berpola dgn aturan-aturan khusus yg mengarahkan penggunaannya. Susunan symbol ini disebut bahasa, & aturan yg mempengaruhi pola & penggunaan symbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
Jadi, pengakuan akutansi sebagai bahasa yg didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen tersebut, sebagai dua tingkatan akutansi. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yg mengandung arti atau kata-kata yg dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa.
2. Tata bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yg terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yg digunakan & diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan buat keperluan bisnis. Jadi menetapkan hubungan antara tata bahasa dgn aturan akuntansi dalam pernyataan berikut ini:
Penyandang gelar CPA (pakar dalam bidang akuntansi) mengesahkan ketetapan penerapan aturan akuntansi sama seperti seorang pembicara suatu bahasa mengesahkan ketetapan tata bahasa suatu kalimat. Aturan akuntansi memformalisasikan struktur yg melekat pada suatu bahasa alamiah.
Akutansi Sebagai Catatan Peristiwa yg Lalu
Umumnya akutansi dipandang sebuah cara penyajian sejarah perusahaan & transaksi yg dilakukannya dgn pihak lain.
Konsep pertanggung jawaban pada dasarnya merupakan ciri hubungan principal (pemilik) dgn agen (manajer). Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya dalam empat periode:
1. Periode pure custodial
2. Periode traditional custodial
3. Periode aset-utilization
4. Periode open-ended
Dua periode pertama mengacu pada kepentingan agen buat mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal dgn menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaan (custodial).
Periode ke tiga mengacu pada kepentingan agen buat menetapkan inisiatif pemakaian aset secara mendalam agar sesuai dgn rencana yg telah disepakati.
Terakhir, periode open-ended berbeda dgn periode aset-utilization dalam perihal penetapan pemanfaatan aset yg lebih fleksibel & memungkinkan agen buat merencanakan aliran pemanfaatan aset. Bimberg menguraikan konsep terakhir tersebut dalam uraian sebagai berikut:
Konsep ini tidak menyangkut petunjuk awal, namun juga memastikan kapan batas waktu sejumlah petunjuk mesti diubah. Sama halnya dgn pengendalian strategis, fungsi pertanggung jawaban mensyaratkan adanya asumsi tingkat pertanggungjawaban yg signifikan, yg mesti dimiliki oleh manajer. Tekanan kerja mungkin disebabkan oleh adanya kesenjangan struktur & adanya ketidakpastian dgn jumlah yg signifikan. Petunjuk-petunjuk ini yg mungkin menyebabkan sistem pelaporan pada pemilik perusahaan akan menemui hambatan dalam komunikasi. Di satu sisi adanya kebutuhan pelaporan secara terperinci, disisi lain adanya resiko pelaporan yg terlalu banyak & kompleks.
Akutansi Sebagai Realitas Ekonomi Disaat ini
Akutansi juga dipandang sebagai cara buat menggambarkan realitas ekonomi disaat ini. Argumen utama yg mendukung pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yg menggambarkan realitas ekonomi disaat ini daripada kos histories.
Tujuan utama dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (true income), suatu konsep yg menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan dari suatu periode ke periode selanjutnya.
Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi
Akutansi selalu dipandang sebagai suatu sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan akutansi sebagai suatu proses yg menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, & sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dgn menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “proses menyendikan sejumlah observasi ke dalam bahasa sistem akuntansi, memanimpulasi sinyal sistem pelaporan, & mengawasandikan (decoding) beserta mentransmisikan hasilnya.” Pandangan tentang akuntansi ini memberikan manfaat yg penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan kemungkinan disain sistem akuntansi yg optimal, yg memiliki kemampuan buat menghasilkan informasi yg bermanfaat (bagi pengguna). Perilaku pengirim (sender) merupakan perihal yg penting baik dalam reaksi terhadap informasi yg disajikan maupun dalam pemanfaatan informasi yg dibuat. Kedua perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keperilakuan. Keunggulan pandangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:
Sistem-sistem akutansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yg lebih lama lagi dalam menilai kemampuannya buat menghasilkan “true income” atau dalam perihal kewajaran dari penyajian dalam histories. Sepanjang setiap pengguna yg berbeda dapat menemukan informasi yg diinginkan, disaat itu pula dapat ditentukan bahwa sistem tersebut bermanfaat.
we hope TEORI AKUNTANSI are solution for your problem.