Home »
Matematika
»
proposal
»
skripsi
» Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMPN
Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMPN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yg sedang membangun. Dgn pembangunan, Indonesia dapat sejajar dgn bangsa-bangsa yg sudah maju buat melakukan suatu pembangunan sangatlah diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yg cerdas & terampil di bidangnya masing-masing. Kecerdasan & keterampilan tersebut dapat dikembangkan dgn adanya pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi memacu pengelola pendidikan buat melakukan usaha guna meningkatkan mutu pendidikan. Ketika pendidikan ingin dikatakan bermutu atau maju prestasinya dapat dilihat secara objektif & jelas. Basis pendidikan yg mengarah pada perkembangan teknologi salah satunya adalah matematika. Seperti yg dikatakan oleh Morris Kline (Simanjuntak L, 1993: 64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini bergantung dari kemajuan di bidang matematika. Karena pentingnya perihal tersebut maka banyak negara yg telah maju, menjadikan matematika sebagai suatu basis dalam pembangunan negaranya. Namun apabila melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari dahulu sampai pada disaat ini masih sangat memprihatinkan, perihal ini dapat dilahat dari rendahnya prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan. Perihal ini juga dapat dibuktikan dgn banyaknya siswa yg memperoleh nilai pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Khususnya mata pelajaran matematika, nilai siswa SMP pada tahun ajaran 2005/2006 di bawah standar nilai kelulusan yg telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4,25 sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya dari seorang pendidik agar masalah tersebut dapat diatasi & juga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terhadap matematika sangat dibutuhkan trik atau metode yg mesti dikuasai & dilakukan oleh setiap pendidik, khususnya pendidik pelajaran matematika. Perihal ini perlu dilakukan karena sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah suatu pelajaran yg sulit buat dipahami & membosankan sehingga dapat menyebabkan banyak sekali siswa tidak menyukai pelajaran matematika pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Seperti yg dikatakan oleh Suyatno (Asmin, 2003:1) bahwa perihal yg banyak dapat menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah penyampaian guru yg cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif.
Sejauh ini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yg semakin lama semakin terpuruk ini, dgn adanya kelulusan yg kurang qualified, dalam perihal ini pemerintah telah merumuskan kurikulum baru, yaitu yg di kenal dgn Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini telah di revisi lagi oleh pemerintah dgn nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini telah diberlakukan oleh pemerintah pada bulan juni tahun 2006. Menurut Ba& Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum baru ini akan memberikan kesempatan buat berkreasi, yakni berkreasi mengembangkan kurikulum berdasarkan standar isi & kompetensi kurikulum inti yg diatur oleh pemerintah. (Nugroho Hendy ; 2006 : 1).
Kurikulum 2006 yg disusn oleh Ba& Standar Nasional Pendidikan (BSNP) secara substansial sama dgn Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yg ditetapkan 2004 lalu. Perbedaannya, kurikulum 2006 tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar dikelas, guru & sekolah bebas mengembangkannya sendiri sesuai dgn kondisi murid & daerahnya.
Menurut Djaali (Zatnika; Media Indonesia : 1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sendiri belum terlaksana secara optimal. Pemberlakuan kurikulum 2006 diharapkan makin mengukuhkan eksistensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Menurut Kepala Dinas P&K Jawa Timur, Dr. Rasiyo.Msi. (Surya Online :1) Dibuatnya kurikulum 2006 ini merupakan suatu bentuk implementasi peraturan pemerintah N0. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Rasiyo juga menegaskan bahwa kurikulum 2006 ini memberikan keleluasaan kepada sekolah buat dapat menentukan materi sendiri, kegiatan pembelajaran & indikator yg mesti dicapai oleh murid.
Pembelajaran kooperatif atau yg sering disebut dgn belajar secara berkelompok ini memiliki berbagai macam tipe, namun yg ingin diterapkan dalam penelitian ini adalah tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) yg dapat digunakan buat meningkatkan & mengefektifkan implementasi kurikulum 2004.
Ruang kelas merupakan suatu tempat yg sangat baik buat kegiatan kooperatif Learning (Suherman, 2003:259). Metode kooperatif ini tampaknya akan dapat melatih para siswa buat mendengarkan pendapat-pendapat orang lain & temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Di dalam ruang kelas para siswa dapat diberi kesempatan berkarya dalam kelompok-kelompok kecil, buat menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama.
Kooperatif dalam matematika juga akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam metematika (Suherman, 2003:259) para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, buat menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math a xietiy), yg banyak dialami para siswa .dgn menonjolkan interaksi dalam kelompok. Model belajar kooperatif learning tipe Team Asccelerated Intriction (TAI) dapat membuat siswa menerima siswa lain yg berkemampuan & berlatar belakang yg berbeda. Metode ini juga telah terbukti dapat meningkatkan berfikir kritis beserta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Buat menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yg membentuk kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yg sangat disukainya. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktifitas kelompoknya. Ukuran kelompok ideal pada tipe TAI ini adalah 3 sampai 5 orang.
Dgn menggunakan metode Kooperatif Learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh & diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Prestasi belajar juga dapat dicapai dgn perjuangan yg tidak mengenal lelah & putus asa yg sesuai dgn ungkapan “tidak ada sesuatu yg dapat dicapai tanpa kerja keras”.
Sebelumnya, sudah banyak penelitian yg telah dilakukan buat menguji keefektifan dari penerapan kooperatif learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah. Namun masih sedikitnya yg menguji tentang ada tidaknya pengaruh kooperatif learning tipe Team Accelerated Instrucsion (TAI) ini terhadap prestasi belajar siswa. Maka penelitian akan dilakukan buat dapat menguji sejauh mana “pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika SMP”.
2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan & Rumusan Masalah
3.1 Pembatasan Masalah
Masalah yg timbul dalam penelitian ini cukup banyak, tapi tidak semua masalah akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengajaran di tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam perihal ini SMPN 5 Serang kelas VIII, semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 buat materi Sistem Persamaan Linear dgn Dua Variabel, menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI).
3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan klasifisikasi masalah & pembatasan masalah yg ada, maka masalah yg akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Intrucsion) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP?”
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Ikut beserta dalam usaha menciptakan suatu pembelajaran yg menyenangkan & dapat bermakna bagi siswa guna peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Buat memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yg sesuai buat siswa SMPN 5 Serang kelas VIII dalam upaya mengembangkan & meningkatkan kemampuan siswa buat memahami materi pelajaran, beserta menyelesaikan soal-soal yg berhubungan dgn materi Sistem Persamaan Linear dgn Dua Variabel.
3. Buat mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dgn menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa.
5. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi guru matematika, dapat memberikan alternatif pengajaran buat diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran dgn menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini dapat merangsang kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif & membantu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Bagi peneliti sejenis, dapat menjadi salah satu dasar & masukan dalam upaya mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
6. Sistematika Penulisan
BAB II
DESKRIPSI TEORI & HIPOTESIS PENELITIAN
1. Deskripsi TeoriDESKRIPSI TEORI & HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Hakekat Belajar
Buat memperoleh pengertian yg objektif tentang belajar, terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk oleh ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologis (Slameto, 2003:2) belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku yaitu sebagai hasil dari interaksi dgn lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau dgn kata lain belajar (Hamalik, 36:2001) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses di mana seseorang mendapatkan suatu pengetahuan & pemahaman yg diiringi dgn latihan sebagai penguatan yg akan membawa seseorang kepada sebuah prilaku berbeda dari sebelumnya, & prilaku tersebut bersifat tetap & berlaku lama & melekat pada dirinya sehingga pada akhirnya akan menjadi sifat & pola prilakunya.
Perubahan terjadi karena sikap seorang siswa yg senantiasa berinteraksi dgn lingkungannya. Lingkungan tempat siswa terdiri dari lingkungan sekolah & lingkungan luar sekolah, di mana siswa mendapatkan pengaruh yg dapat menjadi suatu pengalaman bagi dirinya & hasilnya nanti didapat sebagai hasil belajar.
Belajar merupakan prilaku yg kompleks (Dimyati, 2002:38). Skinner misalnya memandang prilaku belajar dari segi prilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar & kondisi eksternal belajar yg bersifat interaktif. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam belajar, dimana pelajar memiliki kekuatan menjadi manusia, belajar perihal yg bermakna, menjadikan bagian yg bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi & bertanggung jawab, belajar mengalami kesinambungan dgn penuh kesungguhan.
Belajar juga merupakan tindak interaksi antara pelajar & pembelajaran yg memiliki tujuan. Oleh karena itu, berupa akibat interaksi, maka belajar di dinamiskan (Dimyati, 2002: 39). Pendinamisan belajar terjadi oleh prilaku belajar & lingkungan pelajar. Dinamika pelajar yg bersifat internal, terkait dgn peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kesemuanya itu terkait dgn tujuan pembelajaran.
Di dalam belajar terdapat tiga masalah pokok, yaitu:
a. Masalah mengenai faktor-faktor yg mempengaruhi terjadinya belajar
b. Masalah bagaimana belajar itu berlangsung & prinsip mana yg dilaksanakan
c. Masalah mengenai prestasi belajar.
Dua masalah pokok yg pertama tersebut berkenaan dgn proses belajar yg sangat berpengaruh kepada masalah pokok yg ketiga. Dgn demikian, bagaimana peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan prestasi belajar seseorang.
1.2 Hakekat Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami suatu perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, & sikap. Adanya perubahan ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yg dihasilkan dari kegiatan mengerjakan soal ulangan & mengerjakan tugas yg diberikan oleh guru.
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yaitu prestasi & belajar yg mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belaja dibicarakan, ada baiknya kedua kata itu dijelaskan satu-persatu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2002:1) prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan & kemajuan murid yg berkenaan dgn penguasaan bahan pengajaran yg disajikan kepada mereka & nilai-nilai yg terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku buat mencapai tujuan & tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yg menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku & kecakapan seseorang.
Selanjunya menurut Abdurrahman Saleh (PR.Cybermedia, 2002:1) memberikan prestasi belajar adalah yg dicapai siswa dari mempelajari tingkat ilmu penguasaan tertentu dgn alat ukur berupa evaluasi yg dinyatakan dalam bentuk angka huruf atau angka simbol-prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai indikator kualitas & kwantitas pengetahuan yg dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah.
Prestasi belajar bukan hanya semata-mata karena faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja, tapi ada faktor lain yg dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Faktor-faktor yg dimaksud tersebut dibagi menjadi dua yakni faktor intern & faktor ekstern faktor-faktor yg dimaksud adalah seperti yg dikemukakan oleh Hana Sujadna (PR.Cybermedia, 2002: 1)
a. Faktor intern, yaitu faktor yg terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain adalah kemampuan yg dimiliki, minat & motivasi beserta faktor-faktor lainnya.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yg berada diluar individu diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Sehubungan dgn perihal tersebut diatas, agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yg seoptimal mungkin maka siswa perlu meningkatkan kemampuan minat & motivasi yg ada dalam dirinya.demikian pula halnya dgn faktor yg ada diluar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong & menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah & masyarakat dapat memberikan dukungan kepada siswa didalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut lingkungan sekolah merupakan lingkungan yg terpenting yg berfungsi sebagai lingkungan kedua yg sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga. Minat siswa terdapat suatu pelajaran bisa menjadi salah satu faktor yg menyebabkan peningkatan prestasi belajar siswa. Minat siswa menurut Winkel (Pr. Cybermedia, 2002: 2) termasuk faktor yg berpengaruh pada prestasi belajar yg termasuk faktor ekstern.
1.3 Pembelajaran Kooperatif
1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif & ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif diambil dari bahasa inggris “Cooperate” yg artinya bekerja bersama-sama (Echols, 2003:147), dgn demikian pembelajaran kooperatif pola adalah belajar siswa yg saling bekerja sama dgn teman sebaya.
Menurut Slavin ( Bennett, 2003:5 ) bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai salah satu metode pengajaran dimana siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil buat membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu pokok pembahasan. Siswapun diharapkan saling membantu, berdiskusi & berargumen dgn yg lainnya, sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman & pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok bahasan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi metode pelajaran yg membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi & berargumen beserta membantu teman sekelompok yg mengalami kesulitan dalam memahami materi. Target dari hasil diskusi & argumentasi tersebut, akan dapat membawa siswa kepada sebuah pemahaman & pengetahuan tentang materi yg diajarkan. Kegiatan tersebut akan membantu siswa yg lemah memahami materi & memberikan penguatan kepada siswa yg pintar buat dapat memahami materi.
Seperti yg telah ditelaah oleh Slavin pada tahun (Ibrahim, 2000:16) bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap level buat mengajar setiap sains pokok bahasan pelajaran, seperti pada bidang studi matematika, membaca, menulis hingga sains yg bersifat kemampuan dasar sampai masalah yg kompleks. Kunci utama dalam pembelajaran kooperatif adalah peran guru dalam pengorganisasian kelas, menggunakan interaksi. Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “Sehidup sepenanggungan bersama “.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dikelompoknya, seperti milik mereka sendiri
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompok nya memiliki tujuan yg sama.
d. Siswa haruslah membagai tugas & tanggung jawab yg sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yg juga akan diberikan buat semua anggota kelompok.
f. Siswa membagi kepemimpinann & mereka membutuhkan keterampilan buat belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yg ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibarahim, 2000:6).
Mengamati uraian di atas sangat penting bagi seorang guru buat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif, yg dapat memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan buat dapat berhasil belajar dalam suatu kelompok, dgn mengembangkan penghargaan akan betapa pentingnya bekerja sama dalam suatu kelompok, & mampu mempriotaskan tujuan-tujuan kepentingan kelompok di atas tujuan-tujuan & kepentingan individual. Selain itu, kelompok juga akan terbiasa & mampu memahami apa saja yg mesti mereka lakukan & bagaimana mereka mesti menyelesaikan secara bersama-sama guna peningkatan prestasi belajar mereka secara individu & kelompok.
Download File Ms. Word Lebih Lengkap Disini
we hope Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMPN are solution for your problem.