Cokelat - Bukan Hari Ini
Intro :
E A
Verse1 :
E A E
Semua yang pernah terjalin indah
A
Antara kita
E A E
Berakhir sudah terlalu cepat
A
Begitu saja
Verse2 :
G#m A
Saat kau berpaling dariku
F#m
Dan tinggalkan kau hancurkan
B
Hatiku merasa
Chorus :
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlalu lama engkau menyadari
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m B A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
E
Slamanya
Verse3 :
E A
Maafkan aku
E
Tak sanggup lupakan
A
Semua hilafmu
E A
hoo.. Mungkin ini yang terbaik untuk kita
E A
Menerima kenyataan yang ada
Back To Verse2, Chorus
Interlude :
A F# G#m A B C#m D#m E F#
Outro :
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlalu lama engkau menyadari
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m B A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlambat kau sesali yang terjadi
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m E A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
B
Slamanya
F# G#m A B C#m D#m E F#m C#m
Slamanya.. Slamanya..
E A
Verse1 :
E A E
Semua yang pernah terjalin indah
A
Antara kita
E A E
Berakhir sudah terlalu cepat
A
Begitu saja
Verse2 :
G#m A
Saat kau berpaling dariku
F#m
Dan tinggalkan kau hancurkan
B
Hatiku merasa
Chorus :
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlalu lama engkau menyadari
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m B A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
E
Slamanya
Verse3 :
E A
Maafkan aku
E
Tak sanggup lupakan
A
Semua hilafmu
E A
hoo.. Mungkin ini yang terbaik untuk kita
E A
Menerima kenyataan yang ada
Back To Verse2, Chorus
Interlude :
A F# G#m A B C#m D#m E F#
Outro :
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlalu lama engkau menyadari
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m B A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
C#m E A
Bukan hari ini harusnya kau kembali
C#m B A E
Terlambat kau sesali yang terjadi
C#m E A
Karna hari ini tak akan ada lagi
C#m E A
Tersisa penyesalan dalam hatiku
B
Slamanya
F# G#m A B C#m D#m E F#m C#m
Slamanya.. Slamanya..
new eta - 7 sumpah
Intro :
A
Verse1 :
A C#m
Ada yang hilang jiwaku tak tenang
A C#m
Semakin dalam tubuhku tenggelam
A C#m
Oh hujan badai temani aku pulang
A C#m
Dinginnya malam tak mampu ku bertahan
A C#m
Kini kau datang berikan aku ruang
A C#m
Walau kau lelah tapi nafasku panjang
A C#m
Akankah slalu kau tetap menemani
A C#m
Sinari aku bagai cahya mentari
D A
Aku berjanji jika saatnya nanti
D A
Kau ku beri arti hingga diriku mati
Chorus1 :
A
Yang hilang biarlah hilang
C#m
Yang pergi biarlah pergi
D
Tetap kau disini
Dm
Temani aku malam ini
Bridge :
A C#m D Dm
Verse2 :
A C#m
Kini dimana harus kucari lagi
A C#m
Saat kau pergi tinggal aku sendiri
A C#m
Lelah kucari tak juga kutemui
A C#m
Saat kau hilang tujuh sumpah ku maki
D A
Aku berjanji jika nanti kau pergi
D A
Akan selalu kudoakan kau mati
Interlude :
A C#m D Dm
Choda :
A
Aku yang slama ini berharap
C#m
Kau untuk coba mengerti
D
Untuk apa kudisini
Dm
Terjerat kelaparan ini
A
Dan aku yang slama ini
C#m
berharap kau untuk cepat kembali
D
Temani aku tuk pulang
Dm
Dimana kau tenggelam hilang
Back To Chorus1
Chorus2 :
A
Yang hilang biarlah hilang
C#m
Yang pergi biarkan mati
D
Tetap disini
Dm
Temani aku warnai hari
Back To Chorus1, Chorus2
Outro :
A
A
Verse1 :
A C#m
Ada yang hilang jiwaku tak tenang
A C#m
Semakin dalam tubuhku tenggelam
A C#m
Oh hujan badai temani aku pulang
A C#m
Dinginnya malam tak mampu ku bertahan
A C#m
Kini kau datang berikan aku ruang
A C#m
Walau kau lelah tapi nafasku panjang
A C#m
Akankah slalu kau tetap menemani
A C#m
Sinari aku bagai cahya mentari
D A
Aku berjanji jika saatnya nanti
D A
Kau ku beri arti hingga diriku mati
Chorus1 :
A
Yang hilang biarlah hilang
C#m
Yang pergi biarlah pergi
D
Tetap kau disini
Dm
Temani aku malam ini
Bridge :
A C#m D Dm
Verse2 :
A C#m
Kini dimana harus kucari lagi
A C#m
Saat kau pergi tinggal aku sendiri
A C#m
Lelah kucari tak juga kutemui
A C#m
Saat kau hilang tujuh sumpah ku maki
D A
Aku berjanji jika nanti kau pergi
D A
Akan selalu kudoakan kau mati
Interlude :
A C#m D Dm
Choda :
A
Aku yang slama ini berharap
C#m
Kau untuk coba mengerti
D
Untuk apa kudisini
Dm
Terjerat kelaparan ini
A
Dan aku yang slama ini
C#m
berharap kau untuk cepat kembali
D
Temani aku tuk pulang
Dm
Dimana kau tenggelam hilang
Back To Chorus1
Chorus2 :
A
Yang hilang biarlah hilang
C#m
Yang pergi biarkan mati
D
Tetap disini
Dm
Temani aku warnai hari
Back To Chorus1, Chorus2
Outro :
A
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (RME)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yg semakin dirasakan interkasinya dgn bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi & teknologi. Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu & perlatan yg digunakan. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, & di banyak bidang sosial maupun teknik. Mengingat peranan matematika yg semakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana matematika yg sangat dibutuhkan yg sangat terampil, andal, kompeten, & berwawasan luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya yg saling menunjang. Buat menjadi sarjana matematika tidaklah mudah, mesti benar-benar serius dalam belajar, selain mesti belajar matematika, kita juga mesti mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya. Sehingga, jika sudah menjadi sarjana matematika yg dalam segala bidang bisa maka sangat mudah buat mencari pekerjaan.
Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yg diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, & memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dgn ketiga pembagian umum bidang matematika yaitu studi tentang struktur, ruang, & perubahan. Pelajaran tentang struktur yg sangat umum dimulai dalam bilangan natural & bilangan bulat, beserta operasi aritmatikanya, yg semuanya dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yg lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawal dari geometri. & pengertian dari perubahan pada kuantitas yg dapat dihitung adalah suatu perihal yg biasa dalam ilmu alam & kalkulus.
Dalam perdagangan sangat berkaitan erat dgn matematika karena dalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, di mana perhitungan tersebut bagian dari matematika. Secara tidak sadar ternyata semua orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti jika ada orang yg sedang membangun rumah maka pasti orang tersebut akan mengukur dalam menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu matematika sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yg bersifat abstrak ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Dalam pembelajaran matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.
“Menurut Jenning & Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real.” Perihal ini yg menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena dalam pembelajaran matematika kurang bermakna, & guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dgn skema yg telah dimiliki oleh siswa & siswa kurang diberikan kesempatan buat menemukan kembali ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata, anak dgn ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan agar pembelajaran matematika bermakna.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa & tidak dapat mengaplikasikan matematika. Salah satu pembelajaran matematika yg berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari & menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika realistik.
Pembelajaran matematika relaistik pertama kali diperkenalkan & dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Pembelajaran matematika mesti dekat dgn anak & kehidupan nyata sehari-hari.
Biasanya ada sebagian siswa yg menganggap belajar matematika mesti dgn berjuang mati-matian dgn kata lain mesti belajar dgn ekstra keras. Perihal ini menjadikan matematika seperti “monster” yg mesti ditakuti & malas buat mempelajari matematika. Apalagi dgn dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yg diujikan dalam ujian nasional yg merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SMP maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Akibat dari pemikiran negatif terhadap matematika, perlu kiranya seorang guru yg mengajar matematika melakukan upaya yg dapat membuat proses belajar mengajar bermakna & menyenangkan. Ada beberapa pemikiran buat mengurangi ketakutan siswa terhadap matematika.
Salah satunya dgn cara pembelajaran matematika realistik dimana pembelajaran ini mengaitkan & melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yg pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, beserta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Dgn pendekatan RME tersebut, siswa tidak mesti dibawa ke dunia nyata, tapi berhubungan dgn masalah situasi nyata yg ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yg mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya.
Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan di dalam kelas, dimana siswa kurang bebas bergerak, cobalah buat memvariasikan strategi pembelajaran yg berhubungan dgn kehidupan & lingkungan sekitar sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak perihal yg bisa kita jadikan sumber belajar matematika, yg penting pilihlah topik yg sesuai misalnya mengukur tinggi pohon, mengukur lebar pohon & lain sebagainya.
Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami, mengerti materi tersebut dari pada banyak materi tapi siswa tidak mengerti tersebut. Meski banyak tuntutan pencapaian terhadap kurikulum sampai daya serap namun dgn alokasi yg terbatas. Jadi guru mesti memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena perihal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam belajar matematika.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat & membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan & lelah. Adapun beberapa cara yg dapat dilakukan buat mengatasi perihal di atas dgn melakukan inovasi pembelajaran. Beberapa cara yg dapat dilakukan antara lain memberikan kuis atau teka-teki yg mesti ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, memberikan permainan di kelas suatu bilangan & sebagainya tergantung kreativitas guru. Jadi buat mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika mesti dihubungkan dgn kehidupan nyata yg terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Penulisan
Suatu pembelajaran matematika tidaklah sulit, ada cara buat mempermudah dalam belajar matematika yaitu dgn cara Pembelajaran Matematika Realistik. Dimana pembelajaran ini menghubungkan dgn kehidupan sehari-hari. Dalam penulisan makalah ini bertujuan:
1. Buat mempermudah siswa dalam belajar matematika dapat menggunakan dalam pembelajaran matematika realistik.
2. Guru dalam menyampaikan materi mesti mempunyai strategi dalam pembelajaran matematika, supaya siswa tidak bosan dalam pembelajaran matematika.
3. Supaya siswa mengetahui betapa menyenangkan mempelajari matematika.
4. Buat mengetahui lebih jelas lagi tentang pembelajaran matematika realistik.
5. Buat memaparkan secara teori pembelajaran matematika realistik.
6. Buat pengimplementasian pembelajaran matematika realistik.
7. Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dgn pengertian.
1.3 Pertanyaan Penulisan
1. Apa yg dimaksud dgn pembelajaran matematika realistik?
2. Bagaimana cara strategi seorang guru dalam pembelajaran matematika supaya siswa menyukai pembelajaran matematika?
3. Kenapa matematika tidak disukai oleh siswa?
4. Karakteristik apa saja yg ada dalam RME?
5. Mengapa siswa selalu lupa dgn konsep yg telah dipelajari?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Matematika Realistik (MR)
Matematika realistik yg dimaksudkan dalam perihal ini adalah matematika sekolah yg dilaksanakan dgn menemaptkan realitas & pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan buat menemukan kembali konsep-konsep matematika. & siswa diberi kesempatan buat mengaplikasikan konsep-konsep matematika buat memecahkan masalah sehari-hari. Karakteristik RME menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi & kontruksi siswa, interaktif & keterkaitan. (Trevers, 1991; Van Heuvel-Panhuizen, 1998). Di sini akan mencoba menjelaskan tentang karakteristik RME.
a. Menggunakan konteks “dunia nyata” yg tidak hanya sebagai sumber matematisasi tapi juga sebagai tempat buat mengaplikasikan kembali matematika. Pembelajaran matematika realistik diawali dgn masalah-masalah yg nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses pencarian (inti) dari proses yg sesuai dari situasi nyata yg dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual. Dgn pembelajaran matematika realistik siswa dapat mengembangkan konsep yg lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat mengaplikasikan konep-konsep matematika ke bidang baru & dunia nyata. Oleh karena itu buat membatasi konsep-konsep matematika dgn pengalaman sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari & penerapan matematika dalam sehari-hari.
b. Menggunakan model-model (matematisasi) istilah model ini berkaitan dgn model situasi & model matematika yg dikembangkan oleh siswa sendiri. & berperan sebagai jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model situasi merupakan model yg dekat dgn dunia nyata siswa. Generalisasi & formalisasi model tersebut. Melalui penalaran matematika model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yg sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model matematika formal.
c. Menggunakan produksi & konstruksi streefland (1991) menekankan bahwa dgn pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong buat melakukan refleksi pada bagian yg mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi formal siswa yg berupa prosedur pemecahan masalah konstekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu buat mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.
d. Menggunakan interaktif. Interaktif antara siswa dgn guru merupakan perihal yg mendasar dalam pembelajaran matematika realistik. Bentuk-bentuk interaktif antara siswa dgn guru biasanya berupa negoisasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan buat mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
e. Menggunakan keterkaitan dalam pembelajaran matematika realistik. Dalam pembelajaran ada keterkaitan dgn bidang yg lain, jadi kita mesti memperhatikan juga bidang-bidang yg lainnya karena akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika biasanya diperlukan pengetahuan yg kompleks, & tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tapi juga bidang lain.
2.2 Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika realistik merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori pembelajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan & dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Freudentperihal berpendapat bahwa matematika mesti diartikan dgn realita & matematika merupakan aktivitas manusia. Dari pendapat Freudentperihal memang benar alangkah baiknya dalam pembelajaran matematika mesti ada hubungannya dgn kenyataan & kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu manusia mesti diberi kesempatan buat menemukan ide & konsep matematika dgn bimbingan orang dewasa. Matematika mesti dekat dgn anak & kehidupan sehari-hari. Upaya ini dilihat dari berbagai situasi & persoalan-persoalan “realistik”. Realistik ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas pada realitias tapi pada sesuatu yg dapat dibayangkan.
Adapun menurut pandangan konstruktifis pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan kepada siswa buat mengkonstruksi konsep-konsep matematika dgn kemampuan sendiri melalui proses internalisasi. Guru dalam perihal ini berperan sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran matematika guru memang mesti memberikan kesempatan kepada siswa buat menemukan sendiri konsep-konsep matematika dgn kemampuan siswa sendiri & guru terus memantau atau mengarahkan siswa dalam pembelajaran walaupun siswa sendiri yg akan menemukan konsep-konsep matematika, setidaknya guru mesti terus mendampingi siswa dalam pembelajaran matematika.
Menurut Davis (1996), pandangan konstruktivis dalam pembelajaran matematika berorientasi pada:
1. Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi.
2. Dalam pengerjaan matematika, setiap langkah siswa dihadapkan kepada apa.
3. Informasi baru mesti dikaitkan dgn pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yg mentransformasikan, mengorganisasikan, & menginterpretasikan pengalamannya.
4. Pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yg mereka katakan atau tulis.
Pendapat Davis tersebut, dalam pembelajaran matematika siswa mempunyai pengetahuan dalam berpikir melalui proses akomodasi & siswa juga mesti dapat menyelesaikan masalah yg akan dihadapinya. Siswa mengetahui informasi baru dikaitkan dgn pengalaman sehari-hari secara logis, dalam pembelajaran ini mesti bisa memahami & berpikir sendiri dalam menyelesaikan masalah tersebut, jadi tidak tergantung kepada guru, siswa juga dapat mempunyai cara tersendiri buat menyelesaikan masalah.
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yg menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow & Taylor, 1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998). Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) & scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yg didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri & tingkat perkembangan potensial yg didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama dgn teman sejawat yg lebih mampu. Scraffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan & memberi kesempatan buat mengambil alih tanggung jawab yg semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Jadi Zone of Proximal Development ini ada siswa yg menyelesaikan masalah secara sendiri, & ada siswa yg menyelesaikan masalah mesti dgn persetujuan orang dewasa. Sedangkan scraffolding mempunyai tahap-tahap pembelajaran, dalam pembelajaran awal siswa dibantu, tapi bantuan itu sedikit demi sedikit dikurangi. Setelah itu siswa diberikan kesempatan buat menyelesaikan masalah sendiri & mempunyai tanggung jawab yg semakin besar setelah siswa dapat melakukannya. Scraffolding merupakan bantuan yg diberikan kepada siswa buat belajar memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, & tindakan-tindakan lain yg memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Prinsip penemuan dapat diinspirasikan oleh prosedur-prosedur pemcahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. Ada dua jenis matematisasi diformlasikan oleh Treffers (1991), yaitu matematisasi horizontal & vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, & penvisualisasian masalah dalam cara-cara yg berbeda & pentransformasian masalah dunia real ke dunia matematika. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan & penyelesaian model matematika, penggunaan model-model yg berbeda & penggeneralisasian. Kedua jenis ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai yg sama. Berdasarkan matematisasi horizontal & vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik, empiristik, strukturalistik, & realistik.
Pendekatan mekanistik adala pendekatan secara tradisional & didasarkan pada apa yg diketahui & pengalaman sendiri. Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep matematika tidak diajarkan & siswa diharapkan dapat menemukan sendiri melalui matematisasi horizontal, pendekatan strukturalistik adalah suatu pendekatan yg menggunakan sistem formal, misalnya dalam pengajaran penjumlahan secara panjang perlu didahului dgn nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yg menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horizontal & vertilal diharapkan siswa dapat menemukan konsep-konsep matematika.
Filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut & mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah & pengajuan masalah oleh manusia (Ernest, 1991). Dalam pembelajaran matematika, Cobb, Yackel & Wood (1992) menyebutnya dgn konstruktivisme sosio. Siswa berinteraksi dgn guru, & berdasarkan pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi buat merespon masalah yg diberikan. Karakteristik pendekatan konstrutivis sosio ini sangat sesuai dgn karakteristik RME. Konsep ZPD & Scraffolding dalam pendekatan konstruktivis sosio, di dalam pembelajaran matematika realistik disebut dgn penemuan kembali terbimbing. Menurut Graevenmeijer (1994) walaupun kedua pendekatan ini mempunyai kesamaan tapi kedua pendekatan ini dikembangkan secara terpisah. Perbedaan keduanya adalah pendekatan konstruktivis sosio merupakan pendekatan pembelajaran yg bersifat umum, sedangkan pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan khusus yaitu hanya dalam pembelajaran matematika.
2.3 Implementasi pembelajaran Matematika Realistik
Buat memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dgn pembagian menjadi bilangan yg sama misalnya pembagian kue, supaya siswa memahami pembagian dalam bentuk yg sederhana & yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa memahami pembagian menjadi bagian yg sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Pembelajaran ini sangat berbeda dgn pembelajaran bukan matematika realistik dimana siswa sejak awal dicekoki dgn istilah pecahan & beberapa jenis pecahan.Pembelajaran matematika realistik diawali dgn dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dgn bantuan guru diberikan kesempatan buat menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.
2.4 Kaitan Antara Pembelajaran Matematik Realistik dgn Pengertian
Kalau kita perhatikan para guru dalam mengajarkan matematika senantiasa terlontar kata “bagaimana, apa mengerti?” siswa pun buru-buru menjawab mengerti. Siswa sering mengeluh, seperti berikut,”pak…pada disaat di kelas saya mengerti penjelasan bapak,tapi begitu sampai dirumah saya lupa,”atau” pak…pada disaat dikelas saya mengerti contoh yg bapak berikan, tapi saya tidak bisa menyelesaikan soal-soal latihan”.
Apa yg dialami oleh siswa pada ilustrasi diatas menunjukkan bahwa siswa belum mengerti atau belum mempunyai pengetahuan konseptual. Siswa yg mengerti konsep dapat menemukan kembali konsep yg mereka lupakan.
Mitzell(1982) mengatakan bahwa, hasil belajar siswa secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa & faktor internal. Pengalaman belajar siswa dipengaruhi oleh unjuk kerja guru. Bila siswa dalam belajarnya bermakna atau terjadi kaitan antara informasi baru dgn jaringan representasi, maka siswa akan mendapatkan suatu pengertian. Mengembangkan pengertian merupakan tujuan pengajaran matematika. Karena tanpa pengertian orang tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun proses. Dgn kata lain, matematika dimengerti bila representasi mental adalah bagian dari jaringan representasi (Hieber & carpenter,1992). Matematika bukan hanya dimengerti tapi mesti benar-benar memahami persoalan yg sedang dihadapi. Umumnya sejak anak-anak orang telah mengenal ide matematika. Melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari mereka mengembangkan ide-ide yg lebih kompleks, misalnya tentang bilangan, pola, bentuk, data, ukuran,& sebagainya. Anak sebelum sekolah belajar ide matematika secara alamiah. Perihal ini menunjukkan bahwa siswa datang kesekolah bukanlah dgn kepala “kosong” yg siap diisi dgn apa saja. Pembelajaran disekolah akan lebih bermakna bila guru mengaitkan dgn apa yg telah diketahui anak. Pengertian siswa tentang ide matematika dapat dibangun melalui sekolah, jika mereka secara aktif mengaitkan dgn pengetahuan mereka. Hanna & yackel (NCTM,2000) mengatakan bahwa belajar dgn pengertian dapat ditingkatkan melalui interaksi kelas & interaksi sosial dapat digunakan buat memperkenalkan keterkaitan di antara ide-ide & mengorganisasikan pengetahuan kembali. Dalam pembelajaran guru haruslah berinteraksi dgn siswa, agar siswa lebih mudah memahami apa yg telah diajarkan, tentunya dalam pembelajaran mesti dikaitkan dgn kehidupan nyata buat memudahkan siswa dalam belajar.
Pembelajaran matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa buat menemukan kembali & memahami konsep-konsep matematika berdasarkan pada masalah realistik yg diberikan oleh guru. Situasi realistik dalam masalah memungkinkan siswa menggunkan cara-cara informal buat menyelesaikan masalah. Cara-cara informal siswa yg merupakan produksi siswa memegang peranan penting dalam penemuan kembali & memahami konsep. Perihal ini berarti informasi yg diberikan kepada siswa telah dikaitkan dgn skema anak. Melalui interaksi kelas keterkaitan skema anak akan menjadi lebih kuat. Dgn demikian, pembelajaran matematika realistik akan mempunyai kontribusi yg sangat tinggi dgn pengertian siswa.
Download File Ms.Word Lebih Lengkap
Label:
makalah♦
Matematika
ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE PADA PT. SEPATU BATA
BAB I
ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE PADA
PT. SEPATU BATA
ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE PADA
PT. SEPATU BATA
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam suatu perusahaan dikenal istilah biaya modal (Cost Of Capital) yg menggambarkan suatu tingkat pengembalian yg mesti diperoleh oleh suatu perusahaan atas investasi yg ditanam. Analisa biaya modal ini adalah buat melihat bagaimana kondisi struktur modal perusahaan, apabila biaya modal ini dapat diusahakan seminimal mungkin maka dapat dikatakan bahwa struktur keuangan adalah baik.
Pada kenyataannya, perusahaan sulit buat mencapai struktur modal yg optimal dalam suatu komposisi pembelanjaan yg tepat. Bahkan ketika menetapkan suatu range buat struktur modal yg optimal pun sangat sulit. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak mempergunakan hutang ataukah tidak.
Dgn mempertimbangkan perihal tersebut, perusahaan mesti lebih memfokuskan diri pada suatu tingkat hutang yg hati-hati (prudent) dibandingkan jika mesti mencari suatu tingkat hutang yg optimal. Tingkat hutang yg prudent mesti dapat memanfaatkan keuntungan dari penggunaan hutang & memperhatikan hal-perihal seperti Memperhatikan resiko finansial pada tingkat yg masih terkendali, Menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan,& Memperhatikan kredit rating perusahaan.
Semakin banyak perusahaan melakukan pembiayaan dgn hutang, akan menambah resiko pada saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage keuangan. Leverage keuangan tidak mempengaruhi resiko atau tingkat pengembalian yg diharapkan dari aktiva perusahaan, tapi leverage ini akan mendorong resiko dari saham biasa & mendrong pemegang saham buat meminta tingkat pengembalian yg lebih tinggi. Jadi leverage keuangan akan mempengaruhi laba perlembar saham yg diharapkan perusahaan, resiko laba tersebut & mempengaruhi harga saham perusahaan.
Menurut R. Agus Sartono (2001:263) menyatakan bahwa :
“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yg memiliki beban tetap dgn harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yg lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yg tersedia bagi pemegang saham.”
Menurut J. Fred Weston (1989:3) menyatakan bahwa :
“Financial leverage merujuk pada penggunaan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan”.
Menurut Bambang Riyanto (1995:375) menyatakan bahwa :
“Financial leverage yaitu penggunaan dana dgn beban tetap itu adalah dgn harapan buat memperbesar pendapatan perlembar saham”.
Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yg dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin besar biaya tetap finansial yg ditambahkan pada biaya tetap opersasi (Operating Fixed Cost). Penambahan fixed cost yg lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham, & pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa. Walaupun penggunaan finansial leverage memiliki resiko yg cukup besar , perusahaan tetap cenderung memilih finansial leverage yg tinggi karena :
Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan dana yg dibutuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan ditanggung kreditur.
Dgn menambah pendanaan yg berasal dari hutang, pemegang saham dapat mengontrol perusahaan dgn jumlah investasi yg lebih kecil.
Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang yg dibebani bunga, pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah atau meningkat.
Pernyataan menunjukan perusahaan yg menggunakan finansial leverage yg lebih tinggi berarti tambahan dana buat investasi, maka perusahaan berharap dapat meningkatkan EPS perusahaan tersebut. Peningkatan EPS tidak terlepas dari kaitannya dgn volume penjualan perusahaan.
Penggunaan finansial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yg diterima dari penggunaan dana melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari beban tetap penggunaan hutang tersebut.Dgn demikian finansial leverage menunjukan perubahan laba perlembar saham akibat perubahan EBIT.
Berdasarkan permasalahan & alasan-alasan yg dikemukakan diatas, maka penulisan makalah ini diberi judul “ Analisis Finansial Leverage Pada PT. SEPATU BATA”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Finansial leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban finansial yg sifatnya tetap buat memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan perlembar saham (EPS).
Berdasarkan landasan teori diatas, terdapat masalah yg dapat di rumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Finansial Leverage Pada PT. SEPATU BATA”.
Download file lebih lengkap di Ms.Word
Dalam suatu perusahaan dikenal istilah biaya modal (Cost Of Capital) yg menggambarkan suatu tingkat pengembalian yg mesti diperoleh oleh suatu perusahaan atas investasi yg ditanam. Analisa biaya modal ini adalah buat melihat bagaimana kondisi struktur modal perusahaan, apabila biaya modal ini dapat diusahakan seminimal mungkin maka dapat dikatakan bahwa struktur keuangan adalah baik.
Pada kenyataannya, perusahaan sulit buat mencapai struktur modal yg optimal dalam suatu komposisi pembelanjaan yg tepat. Bahkan ketika menetapkan suatu range buat struktur modal yg optimal pun sangat sulit. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak mempergunakan hutang ataukah tidak.
Dgn mempertimbangkan perihal tersebut, perusahaan mesti lebih memfokuskan diri pada suatu tingkat hutang yg hati-hati (prudent) dibandingkan jika mesti mencari suatu tingkat hutang yg optimal. Tingkat hutang yg prudent mesti dapat memanfaatkan keuntungan dari penggunaan hutang & memperhatikan hal-perihal seperti Memperhatikan resiko finansial pada tingkat yg masih terkendali, Menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan,& Memperhatikan kredit rating perusahaan.
Semakin banyak perusahaan melakukan pembiayaan dgn hutang, akan menambah resiko pada saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage keuangan. Leverage keuangan tidak mempengaruhi resiko atau tingkat pengembalian yg diharapkan dari aktiva perusahaan, tapi leverage ini akan mendorong resiko dari saham biasa & mendrong pemegang saham buat meminta tingkat pengembalian yg lebih tinggi. Jadi leverage keuangan akan mempengaruhi laba perlembar saham yg diharapkan perusahaan, resiko laba tersebut & mempengaruhi harga saham perusahaan.
Menurut R. Agus Sartono (2001:263) menyatakan bahwa :
“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yg memiliki beban tetap dgn harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yg lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yg tersedia bagi pemegang saham.”
Menurut J. Fred Weston (1989:3) menyatakan bahwa :
“Financial leverage merujuk pada penggunaan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan”.
Menurut Bambang Riyanto (1995:375) menyatakan bahwa :
“Financial leverage yaitu penggunaan dana dgn beban tetap itu adalah dgn harapan buat memperbesar pendapatan perlembar saham”.
Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yg dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin besar biaya tetap finansial yg ditambahkan pada biaya tetap opersasi (Operating Fixed Cost). Penambahan fixed cost yg lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham, & pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa. Walaupun penggunaan finansial leverage memiliki resiko yg cukup besar , perusahaan tetap cenderung memilih finansial leverage yg tinggi karena :
Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan dana yg dibutuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan ditanggung kreditur.
Dgn menambah pendanaan yg berasal dari hutang, pemegang saham dapat mengontrol perusahaan dgn jumlah investasi yg lebih kecil.
Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang yg dibebani bunga, pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah atau meningkat.
Pernyataan menunjukan perusahaan yg menggunakan finansial leverage yg lebih tinggi berarti tambahan dana buat investasi, maka perusahaan berharap dapat meningkatkan EPS perusahaan tersebut. Peningkatan EPS tidak terlepas dari kaitannya dgn volume penjualan perusahaan.
Penggunaan finansial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yg diterima dari penggunaan dana melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari beban tetap penggunaan hutang tersebut.Dgn demikian finansial leverage menunjukan perubahan laba perlembar saham akibat perubahan EBIT.
Berdasarkan permasalahan & alasan-alasan yg dikemukakan diatas, maka penulisan makalah ini diberi judul “ Analisis Finansial Leverage Pada PT. SEPATU BATA”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Finansial leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban finansial yg sifatnya tetap buat memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan perlembar saham (EPS).
Berdasarkan landasan teori diatas, terdapat masalah yg dapat di rumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Finansial Leverage Pada PT. SEPATU BATA”.
Download file lebih lengkap di Ms.Word
Pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelarated Instrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMPN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yg sedang membangun. Dgn pembangunan, Indonesia dapat sejajar dgn bangsa-bangsa yg sudah maju buat melakukan suatu pembangunan sangatlah diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yg cerdas & terampil di bidangnya masing-masing. Kecerdasan & keterampilan tersebut dapat dikembangkan dgn adanya pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi memacu pengelola pendidikan buat melakukan usaha guna meningkatkan mutu pendidikan. Ketika pendidikan ingin dikatakan bermutu atau maju prestasinya dapat dilihat secara objektif & jelas. Basis pendidikan yg mengarah pada perkembangan teknologi salah satunya adalah matematika. Seperti yg dikatakan oleh Morris Kline (Simanjuntak L, 1993: 64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini bergantung dari kemajuan di bidang matematika. Karena pentingnya perihal tersebut maka banyak negara yg telah maju, menjadikan matematika sebagai suatu basis dalam pembangunan negaranya. Namun apabila melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari dahulu sampai pada disaat ini masih sangat memprihatinkan, perihal ini dapat dilahat dari rendahnya prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan. Perihal ini juga dapat dibuktikan dgn banyaknya siswa yg memperoleh nilai pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Khususnya mata pelajaran matematika, nilai siswa SMP pada tahun ajaran 2005/2006 di bawah standar nilai kelulusan yg telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4,25 sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya dari seorang pendidik agar masalah tersebut dapat diatasi & juga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa terhadap matematika sangat dibutuhkan trik atau metode yg mesti dikuasai & dilakukan oleh setiap pendidik, khususnya pendidik pelajaran matematika. Perihal ini perlu dilakukan karena sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah suatu pelajaran yg sulit buat dipahami & membosankan sehingga dapat menyebabkan banyak sekali siswa tidak menyukai pelajaran matematika pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Seperti yg dikatakan oleh Suyatno (Asmin, 2003:1) bahwa perihal yg banyak dapat menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah penyampaian guru yg cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif.
Sejauh ini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yg semakin lama semakin terpuruk ini, dgn adanya kelulusan yg kurang qualified, dalam perihal ini pemerintah telah merumuskan kurikulum baru, yaitu yg di kenal dgn Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini telah di revisi lagi oleh pemerintah dgn nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini telah diberlakukan oleh pemerintah pada bulan juni tahun 2006. Menurut Ba& Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum baru ini akan memberikan kesempatan buat berkreasi, yakni berkreasi mengembangkan kurikulum berdasarkan standar isi & kompetensi kurikulum inti yg diatur oleh pemerintah. (Nugroho Hendy ; 2006 : 1).
Kurikulum 2006 yg disusn oleh Ba& Standar Nasional Pendidikan (BSNP) secara substansial sama dgn Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yg ditetapkan 2004 lalu. Perbedaannya, kurikulum 2006 tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar dikelas, guru & sekolah bebas mengembangkannya sendiri sesuai dgn kondisi murid & daerahnya.
Menurut Djaali (Zatnika; Media Indonesia : 1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sendiri belum terlaksana secara optimal. Pemberlakuan kurikulum 2006 diharapkan makin mengukuhkan eksistensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Menurut Kepala Dinas P&K Jawa Timur, Dr. Rasiyo.Msi. (Surya Online :1) Dibuatnya kurikulum 2006 ini merupakan suatu bentuk implementasi peraturan pemerintah N0. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Rasiyo juga menegaskan bahwa kurikulum 2006 ini memberikan keleluasaan kepada sekolah buat dapat menentukan materi sendiri, kegiatan pembelajaran & indikator yg mesti dicapai oleh murid.
Pembelajaran kooperatif atau yg sering disebut dgn belajar secara berkelompok ini memiliki berbagai macam tipe, namun yg ingin diterapkan dalam penelitian ini adalah tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) yg dapat digunakan buat meningkatkan & mengefektifkan implementasi kurikulum 2004.
Ruang kelas merupakan suatu tempat yg sangat baik buat kegiatan kooperatif Learning (Suherman, 2003:259). Metode kooperatif ini tampaknya akan dapat melatih para siswa buat mendengarkan pendapat-pendapat orang lain & temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Di dalam ruang kelas para siswa dapat diberi kesempatan berkarya dalam kelompok-kelompok kecil, buat menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama.
Kooperatif dalam matematika juga akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam metematika (Suherman, 2003:259) para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, buat menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math a xietiy), yg banyak dialami para siswa .dgn menonjolkan interaksi dalam kelompok. Model belajar kooperatif learning tipe Team Asccelerated Intriction (TAI) dapat membuat siswa menerima siswa lain yg berkemampuan & berlatar belakang yg berbeda. Metode ini juga telah terbukti dapat meningkatkan berfikir kritis beserta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Buat menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yg membentuk kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yg sangat disukainya. Ukuran besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktifitas kelompoknya. Ukuran kelompok ideal pada tipe TAI ini adalah 3 sampai 5 orang.
Dgn menggunakan metode Kooperatif Learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh & diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Prestasi belajar juga dapat dicapai dgn perjuangan yg tidak mengenal lelah & putus asa yg sesuai dgn ungkapan “tidak ada sesuatu yg dapat dicapai tanpa kerja keras”.
Sebelumnya, sudah banyak penelitian yg telah dilakukan buat menguji keefektifan dari penerapan kooperatif learning tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah. Namun masih sedikitnya yg menguji tentang ada tidaknya pengaruh kooperatif learning tipe Team Accelerated Instrucsion (TAI) ini terhadap prestasi belajar siswa. Maka penelitian akan dilakukan buat dapat menguji sejauh mana “pengaruh penerapan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika SMP”.
2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan & Rumusan Masalah
3.1 Pembatasan Masalah
Masalah yg timbul dalam penelitian ini cukup banyak, tapi tidak semua masalah akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengajaran di tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam perihal ini SMPN 5 Serang kelas VIII, semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 buat materi Sistem Persamaan Linear dgn Dua Variabel, menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI).
3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan klasifisikasi masalah & pembatasan masalah yg ada, maka masalah yg akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Intrucsion) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP?”
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Ikut beserta dalam usaha menciptakan suatu pembelajaran yg menyenangkan & dapat bermakna bagi siswa guna peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Buat memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yg sesuai buat siswa SMPN 5 Serang kelas VIII dalam upaya mengembangkan & meningkatkan kemampuan siswa buat memahami materi pelajaran, beserta menyelesaikan soal-soal yg berhubungan dgn materi Sistem Persamaan Linear dgn Dua Variabel.
3. Buat mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dgn menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) terhadap prestasi belajar matematika siswa.
5. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi guru matematika, dapat memberikan alternatif pengajaran buat diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran dgn menggunakan pendekatan kooperatif tipe Team Accelerated Intrucsion (TAI) ini dapat merangsang kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif & membantu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Bagi peneliti sejenis, dapat menjadi salah satu dasar & masukan dalam upaya mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
6. Sistematika Penulisan
BAB II
DESKRIPSI TEORI & HIPOTESIS PENELITIAN
1. Deskripsi TeoriDESKRIPSI TEORI & HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Hakekat Belajar
Buat memperoleh pengertian yg objektif tentang belajar, terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk oleh ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologis (Slameto, 2003:2) belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku yaitu sebagai hasil dari interaksi dgn lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau dgn kata lain belajar (Hamalik, 36:2001) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses di mana seseorang mendapatkan suatu pengetahuan & pemahaman yg diiringi dgn latihan sebagai penguatan yg akan membawa seseorang kepada sebuah prilaku berbeda dari sebelumnya, & prilaku tersebut bersifat tetap & berlaku lama & melekat pada dirinya sehingga pada akhirnya akan menjadi sifat & pola prilakunya.
Perubahan terjadi karena sikap seorang siswa yg senantiasa berinteraksi dgn lingkungannya. Lingkungan tempat siswa terdiri dari lingkungan sekolah & lingkungan luar sekolah, di mana siswa mendapatkan pengaruh yg dapat menjadi suatu pengalaman bagi dirinya & hasilnya nanti didapat sebagai hasil belajar.
Belajar merupakan prilaku yg kompleks (Dimyati, 2002:38). Skinner misalnya memandang prilaku belajar dari segi prilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar & kondisi eksternal belajar yg bersifat interaktif. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam belajar, dimana pelajar memiliki kekuatan menjadi manusia, belajar perihal yg bermakna, menjadikan bagian yg bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi & bertanggung jawab, belajar mengalami kesinambungan dgn penuh kesungguhan.
Belajar juga merupakan tindak interaksi antara pelajar & pembelajaran yg memiliki tujuan. Oleh karena itu, berupa akibat interaksi, maka belajar di dinamiskan (Dimyati, 2002: 39). Pendinamisan belajar terjadi oleh prilaku belajar & lingkungan pelajar. Dinamika pelajar yg bersifat internal, terkait dgn peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kesemuanya itu terkait dgn tujuan pembelajaran.
Di dalam belajar terdapat tiga masalah pokok, yaitu:
a. Masalah mengenai faktor-faktor yg mempengaruhi terjadinya belajar
b. Masalah bagaimana belajar itu berlangsung & prinsip mana yg dilaksanakan
c. Masalah mengenai prestasi belajar.
Dua masalah pokok yg pertama tersebut berkenaan dgn proses belajar yg sangat berpengaruh kepada masalah pokok yg ketiga. Dgn demikian, bagaimana peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan prestasi belajar seseorang.
1.2 Hakekat Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami suatu perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, & sikap. Adanya perubahan ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yg dihasilkan dari kegiatan mengerjakan soal ulangan & mengerjakan tugas yg diberikan oleh guru.
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yaitu prestasi & belajar yg mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belaja dibicarakan, ada baiknya kedua kata itu dijelaskan satu-persatu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2002:1) prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan & kemajuan murid yg berkenaan dgn penguasaan bahan pengajaran yg disajikan kepada mereka & nilai-nilai yg terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku buat mencapai tujuan & tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yg menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku & kecakapan seseorang.
Selanjunya menurut Abdurrahman Saleh (PR.Cybermedia, 2002:1) memberikan prestasi belajar adalah yg dicapai siswa dari mempelajari tingkat ilmu penguasaan tertentu dgn alat ukur berupa evaluasi yg dinyatakan dalam bentuk angka huruf atau angka simbol-prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai indikator kualitas & kwantitas pengetahuan yg dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah.
Prestasi belajar bukan hanya semata-mata karena faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja, tapi ada faktor lain yg dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Faktor-faktor yg dimaksud tersebut dibagi menjadi dua yakni faktor intern & faktor ekstern faktor-faktor yg dimaksud adalah seperti yg dikemukakan oleh Hana Sujadna (PR.Cybermedia, 2002: 1)
a. Faktor intern, yaitu faktor yg terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain adalah kemampuan yg dimiliki, minat & motivasi beserta faktor-faktor lainnya.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yg berada diluar individu diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Sehubungan dgn perihal tersebut diatas, agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yg seoptimal mungkin maka siswa perlu meningkatkan kemampuan minat & motivasi yg ada dalam dirinya.demikian pula halnya dgn faktor yg ada diluar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong & menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah & masyarakat dapat memberikan dukungan kepada siswa didalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut lingkungan sekolah merupakan lingkungan yg terpenting yg berfungsi sebagai lingkungan kedua yg sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga. Minat siswa terdapat suatu pelajaran bisa menjadi salah satu faktor yg menyebabkan peningkatan prestasi belajar siswa. Minat siswa menurut Winkel (Pr. Cybermedia, 2002: 2) termasuk faktor yg berpengaruh pada prestasi belajar yg termasuk faktor ekstern.
1.3 Pembelajaran Kooperatif
1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif & ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif diambil dari bahasa inggris “Cooperate” yg artinya bekerja bersama-sama (Echols, 2003:147), dgn demikian pembelajaran kooperatif pola adalah belajar siswa yg saling bekerja sama dgn teman sebaya.
Menurut Slavin ( Bennett, 2003:5 ) bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai salah satu metode pengajaran dimana siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil buat membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu pokok pembahasan. Siswapun diharapkan saling membantu, berdiskusi & berargumen dgn yg lainnya, sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman & pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok bahasan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi metode pelajaran yg membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi & berargumen beserta membantu teman sekelompok yg mengalami kesulitan dalam memahami materi. Target dari hasil diskusi & argumentasi tersebut, akan dapat membawa siswa kepada sebuah pemahaman & pengetahuan tentang materi yg diajarkan. Kegiatan tersebut akan membantu siswa yg lemah memahami materi & memberikan penguatan kepada siswa yg pintar buat dapat memahami materi.
Seperti yg telah ditelaah oleh Slavin pada tahun (Ibrahim, 2000:16) bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap level buat mengajar setiap sains pokok bahasan pelajaran, seperti pada bidang studi matematika, membaca, menulis hingga sains yg bersifat kemampuan dasar sampai masalah yg kompleks. Kunci utama dalam pembelajaran kooperatif adalah peran guru dalam pengorganisasian kelas, menggunakan interaksi. Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “Sehidup sepenanggungan bersama “.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dikelompoknya, seperti milik mereka sendiri
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompok nya memiliki tujuan yg sama.
d. Siswa haruslah membagai tugas & tanggung jawab yg sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yg juga akan diberikan buat semua anggota kelompok.
f. Siswa membagi kepemimpinann & mereka membutuhkan keterampilan buat belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yg ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibarahim, 2000:6).
Mengamati uraian di atas sangat penting bagi seorang guru buat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif, yg dapat memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan buat dapat berhasil belajar dalam suatu kelompok, dgn mengembangkan penghargaan akan betapa pentingnya bekerja sama dalam suatu kelompok, & mampu mempriotaskan tujuan-tujuan kepentingan kelompok di atas tujuan-tujuan & kepentingan individual. Selain itu, kelompok juga akan terbiasa & mampu memahami apa saja yg mesti mereka lakukan & bagaimana mereka mesti menyelesaikan secara bersama-sama guna peningkatan prestasi belajar mereka secara individu & kelompok.
Download File Ms. Word Lebih Lengkap Disini