PENGARUH PENGUASAAN TEORI BERBICARA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS 2 SMP NEGERI 8 SERANG
PENGARUH PENGUASAAN TEORI BERBICARA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS 2 SMP NEGERI 8 SERANG
Latar Belakang Masalah
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan kegiatan memberikan pengalaman belajar buat mencapoai suatu tujuan pembelajaran biasanya guru melakukan sebuah kegiatan yg disebut kegiatan belajar mengajar. Kawasan yg ingin dicapai tersebut biasanya adalah pengetahuan, sikap & keterampilan. Dalam perihal ini seorang guru membekali dirinya dgn seni memberikan pengalaman belajar.
Strategi belajar mengajar yg baik adalah strategi yg efisien, efektif & dapat mencapai tujuan belajar dgn upaya pembuktian usaha belajar dari siswa. Seperti dijelaskan Roestiyah dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mesti memiliki strategi belajar mengajar, guru mesti memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif & efisien, mengenai pada tujuan yg diharapkan Roestiyah , (1998:1).
Pemilihan pola kegiatan belajar mengajar sangat penting dilaksanakannya penguasaan teori pidato. Walaupun setiap guru mengetahui bahwa teori pidato sangat penting buat pengembangan keterampilan berbicara. Namun dalam kenyataannya masih banyak guru atau siswa yg tidak dapat menerapkan & menyerap bahan ajar berbicara pada pembelajaran keterampilan berbicara dikelas.
Masih terdapatnya siswa yg kesulitan buat dapat tampil dimuka & di kelas memaparkan ide pikirannya kepada pendengar atau pemirsa. Tampil prima di depan khayalak memang membutuhkan keterampilan khusus yg tidak diperoleh secara cepat, namun melalui latihan-latihan & pembiasaan. Selain itu tatakrama berbicara juga mesti diperhatikan dgn serius, karena akan mempengaruhi kualitas pembicaraan. Banyak isi pembicaraan yg baik, jika tidak dibawakan dgn baik akan memperoleh hasil yg jelek, sebaliknya isi pembicaraan yg biasa-biasa saja tapi karena dibawakan secara baik akan menghasilkan sambutan pendengar yg baik pula.
Keadaan yg seperti ini disebabkan diantarnya oleh kemampuan guru bidang studi bahasa Indonesia yg belum dapat memberikan penjelasan mengenai teori-teori pidato yg sebenarnya. Agar kemampuan siswa dapat bentuk performasi lebih baik, perlu adanya perbaikan pembelajaran teori pidato dalam bidang studi bahasa Indonesia.
Penguasaan teori pidato adalah penguasaan kebahasaan dibidang kompetensi (kemampuan dasar) dari performansi (keterampilan praktis) sekaligus. Artinya seseorang yg belajra teori pidato yg telah dipelajarinya. Namun demikian, tidaklah lengkap apabila seseorang tersebut belum dibuktikan dgn kemampuan keterampilan berbicaranya. Dgn kata lain, jika seorang pembelajar teori pidato tersebut dapat menguasainya melalui keterampilan berbahasa diantaranya keterampilan berbicara.
Bentuk performansi bahasa diantaranya adalah keterampilan berbicara. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa keterampilan berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa yg merupakan catur tunggal yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca & menulis. Keterampilan berbicara yg penulis maksud adalah keterampilan berbicara berkaitan dgn permasalahan tersebut di atas, kemampuan berbicara sebagai bentuk performansi berbahasa sangat erat hubungannya dgn penguasaan teori pidato. Karena seseorang yg dapat berbicara diantaranya adalah mempunyai kemampuan dasar tentang teori-teori berbicara. Semakin seseorang berkemampuan menguasai teori-teori berbicara semakin baik pula ia dalam keterampilan berbicara. Hanya teori dilapangan masih banyak kita dapatkan orang menyampaikan pidato dgn tidak terarah. Perihal ini mencerminkan betapa lemahnya seseorang tersebut dalam menguasai teori berbicara. Artinya antara penguasaan teori pidato dgn keterampilan berbicara terdapat kaitan yg erat.
Berdasarkan latar belakang masalah yg penulis kemukakan di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian dgn judul “Pengaruh Penguasaan Teori Berbicara Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 2 SMP Negeri 8 Serang.”
Kajian Yg Relevan
Penelitian tentang berbicara telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain dari judul pertama yaitu tentang uji coba pembelajaran berbicara dgn metode problem solving di kelas 3 MTs Negeri Model Padarincang Tahun Pelajaran 2003/2004. Dalam penelitian ini penulis tidak menemukan metode penelitian yg sama dgn judul yg sedang penulis teliti ini lebih menekankan pada metode problem solving. Judul kedua yg penulis temukan yaitu Pembelajaran Kalimat Aktif Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Pontang Tahun Pelajaran 2004/2005. Dilihat dari masalahnya judul ini melihat kepada kemampuan berbicara, & keterampilan membuat kalimat. Metodenya menggunakan metode uji coba. & judul yg ketiga yaitu Analisis Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 3 SMA YP 17 Serang Tahun Ajaran 2003/2004 judul ini lebih menekankan pada kemampuan berbicaranya saja.
Berdasarkan paparan di atas penulis berkeyakinan bahwa peneliti yg akan penulis lakukan berbeda dgn penelitian sebelumnya baik ditinjau dari segi fokus permasalahan maupun kajiannya, walaupun ada kesamaan dalam perihal pembahasan yaitu mengenai berbicara. Walaupun begitu penulis sadar akan keterbatasan kemampuan mungkin saja ada hal-perihal yg sangat mirip dgn kajian penelitian yg akan penulis lakukan tapi itu semua berada dalam batas kelemahan atau kesadaran penulis.
Identifikasi Masalah
Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian Arikunto, (2002:27). Berdasarkan dari latar belakang masalah penulis menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
Masih terdapatnya siswa yg kesulitan buat dapat tampil dimuka & dikelas memaparkan ide pikirannya kepada pendengar atau pemirsa
Masih kurangnya penguasaan kebahasaan dibidang kompetensi
Masih banyak yg penulis temukan orang yg menyampaikan pidato dgn tidak teratur.
Batasan & Rumusan Masalah
4.1 Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah yg telah dikemukakan di atas, penulis mencoba membatasi penelitiannya sebagai berikut:
Teori berbicara
Kemampuan berbicara siswa
Pengaruh penguasaan teori berbicara terhadap kemampuan berbicara
4.2 Rumusan Masalah
Dari masalah yg telah dibatasi di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana penguasaan teori berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang ?
Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang?
Adakah pengaruh penguasaan teori berbicara terhadap kemampuan brbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yg menunjukkan sesuatu perihal yg diperoleh setelah penelitian selesai Arikunto, (2002:52). Pada penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
Buat mendapat gambaran tentang penguasan teori berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang
Buat mendapat gambaran tentang kemampuan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang
Buat melihat adanya pengaruh penguasaan teori berbicara terhadap kemampuan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang
Anggapan Dasar & Hipotesis
6.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yg kebenarannya diterima oleh penyelidik Arikunto, (2002:60). Dalam penelitian ini penulis mempunyai anggapan dasar sebagai titik tolak pemikiran sebagai berikut:
Isi sebuah karangan diwujudkan oleh kelompok kalimat yg merupakan satu kesatuan maksud yg disebut paragraf Syamsuddin, AR. (1994:29).
Kemampuan menguasai teori berbicara dapat dijadikan modal dasar
Kemampuan berbicara salah satunya didasarkan pada kemampuan menguasai teori berbicara.
6.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian Sudjana, (1992:42). Hipotesis mesti jelas, terbatas sehingga dapat diuji & memberi petunjuk bagaimana pengujian mesti dilakukan. Adapun rumusan masalah hipotesis yg penulis buat adalah sebagai berikut:
Penguasaan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang cukup baik
Kemampuan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang cukup baik
Terhadap pengaruh penguasaan teori berbicara terhadap kemampuan berbicara siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang
Kerangka Teori
7.1 Pengertian Berbicara
Menurut Tarigan, (1987:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata buat mengekspresikan, menyatakan beserta menyampaikan pikiran, gagasan, & perasaan. Tujuan utama berbicara adalah buat berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dgn jalan menyampaikan konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yg membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, & menetapkan suatu tindakan tersebut, beserta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak masyarakat-masyarakat bahasa.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yg berkembang pada kehidupan anak, yg hanya didahului oleh keterampilan menyimak, & pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari Tarigan, (1981:3).
7.1.1 Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Manusia adalah mahluk sosial, & tindakannya yg pertama & yg paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan & menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan beserta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu maka didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen yg umum, yg sama-sama di setujui & dipahami oleh sejumlah orang yg merupakan suatu masyarakat. Buat menghubungkan anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi Tarigan, (1981:8).
Anderson (dalam Tarigan, 1981: 9) mengemukakan adanya 8 prinsip dasar, yaitu:
Bahasa adalah suatu sistem
Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)
Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbity symbols)
Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas
Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan
Bahasa adalah alat berkomunikasi
Bahasa berhubungan dgn kebudayaan tempat berada
Bahasa itu berubah-ubah.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yg mengandung maksud & tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yg terjadi, komunikasi adalah sesuatu yg fungsional, mengandung maksud & dirancang buat menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak & para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).
Halliday (dalam Tarigan, 1981:11) mengemukakan adanya tujuh jenis fungsi bahasa, yaitu:
Fungsi instrumental bertindak buat menggerakkan beserta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.
Fungsi repersentasional adalah penggunaan bahasa buat membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta & pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian “menggambarkan” realitas yg terlihat oleh seseorang.
Fungsi interaksional bahasa bertindak buat menjamin pemeliharaan sosial. Malinowski mempergunakan istilah “phatic communion” yg mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yg semata-mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial beserta menjaga agar saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa.
Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yg terkandung dalam hati sanubarinya.
Fungsi heuristik melibatkan bahasa yg dipergunakan buat memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-fungsi neuristik sering kali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yg menuntut jawaban. Fungsi neuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia sekeliling mereka.
Fungsi imajinatif bertindak buat menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat lelucon-lelucon, atau menulis novel merupakan kegiatan yg mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.
Ketujuh fungsi bahasa yg ditelusuri beserta dirangkumkan oleh Halliday itu kita sebut dgn istilah sapta guna bahasa.
7.2 Batasan & Tujuan Berbicara
Ujaran (Speech) merupakan suatu bagian yg integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial & pendidikannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata buat mengekspresikan, menyatakan beserta menyampaikan pikiran, gagasan & perasaan Tarigan, (1981:15).
Tujuan utama dari berbicara adalah buat berkomunikas. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yg ingin dikomunikasikan.
7.3 Ragam Seni Berbicara
Karena pembicaraan kita pada bab-bab selanjutnya lebih ditekankan pada seni berbicara atau berbicara terapan maka ada baiknya kita mengenal ragam-ragam seni berbicara terlebih dahulu.
Secara garis besar, maka berbicara (speaking) dapat dibagi atas:
Berbicara dimuka umum pada masyarakat yg mencakup empat jenis, yaitu:
Berbicara dalam situasi-situasi yg bersifat memberitahukan atau melaporkan yg bersifat informatif
Berbicara dalam situasi-situasi yg bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellow ship speaking)
Berbicara dalam situasi-situasi yg bersifat membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (pensuasive speaking)
Berbicara dalam situasi-situasi yg bersifat merundingkan dgn tenang & hati-hati (deliberative speaking).
Berbicara pada konferensi yg meliputi:
Diskusi kelompok yg dapat dibedakan atas:
Tidak resmi (informal)
Resmi
Prosedur parlementer
Debat
Metode & Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini teknik yg digunakan penulis adalah studi korelasi. Studi korelasi yaitu penelitian deskriptif yg bertujuan menetapkan besarnya hubungan antara variabel-variabel Furchan, (1982:429). Adapun teknik yg digunakan dalam pengumpulan data adalah:
Teknik tes, dilakukan buat mencari & mengumpulkan data dgn cara memberikan tugas tertulis tentang:
Penguasaan teori berbicara
Kemampuan berbicara
Teknik pengolahan data
Agar diperoleh simpulan atas penelitian yg dilakukan, & menghasilkan data yg akurat perlu dilaksanakan analisis data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data dgn rumus korelasi product moment yaitu:
Hasil yg diperoleh akan menegaskan bagaimana kedudukan kausal antara variabel-variabel yg diselidiki.
Populasi & Sampel
Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga atau subyek tidak terlalu banyak. Bila populasi terlalu banyak penelitian dilakukan terhadap sampel tapi hasilnya dapat menaksirkan populasi.
Dari pengertian di atas, penulis menentukan populasi penelitian sebagai berikut. Seluruh siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang, yg berjumlah 4 kelas atau 107 siswa. Adapun dari populasi tersebut diambil sampel secara acak pada tiap kelas 10% atau setiap kelas diambil 4 siswa x 4 kelas = 16 siswa.
Definisi Operasional
Kemampuan berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa selain berbicara yaitu menyimak, membaca & menulis yg mesti dikuasai oleh siswa kelas 2 SMP Negeri 8 Serang.
Yg dimaksud dgn kemampuan berbicara dalam penelitian ini adalah kemampuan mengutarakan ide-ide atau gagasan yg merupakan proses encoding dari si pembicara.
9. Jadwal Penelitian
No | Tahap | Kegiatan | Bulan | |||||
Feb | Mar | Apr | Mei | Juni | Juli | |||
1. | Persiapan | Peneteapan objek penelitian |
|
|
|
|
|
|
Pengajuan proposal |
|
|
|
|
|
| ||
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
| ||
Perbaikan proposal |
|
|
|
|
|
| ||
Pengesahan proposal |
|
|
|
|
|
| ||
Penentuan pembimbing |
|
|
|
|
|
| ||
Bimbingan intensip proposal |
|
|
|
|
|
| ||
2. | Penyusunan skripsi | a. Pengumpulan data |
|
|
|
|
|
|
b. Analisis Data |
|
|
|
|
|
| ||
c. Menyusun Skripsi |
|
|
|
|
|
| ||
d. Bimbingan Bab 1 |
|
|
|
|
|
| ||
e. Bimbingan Bab 2 |
|
|
|
|
|
| ||
f. Bimbingan Bab 3 |
|
|
|
|
|
| ||
g. Bimbingan Bab 4 |
|
|
|
|
|
| ||
h. Bimbingan Bab 5 |
|
|
|
|
|
| ||
3. | Ujian skripsi sidang skripsi | a. Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
b. Pendaftaran ujian skripsi |
|
|
|
|
|
| ||
c. Presentase hasil penelitian/ skripsi pada penguji |
|
|
|
|
|
| ||
4. | Revisi skripsi | a. Perbaikan skripsi |
|
|
|
|
|
|
b. Penjili& skripsi |
|
|
|
|
|
| ||
c. Penyerahan laporan skripsi |
|
|
|
|
|
|
Kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemelajaran sastra di sekolah, khususnya pemelajaran novel, lebih menitik beratkan pada karya sastra Indonesia, yakni karya sastra yg diciptakan atau dihasilkan oleh pengarang / sastrawan yg berasal dari Indonesia.
Hampir semua siswa di sekolah lebih banyak mengetahui karya-karya sastra Indonesia saja, padaperihal jika diamati dgn cermat maka akan diketahui bahwa selain karya-karya sastra Indonesia masih ada satu jenis karya sastra lagi di Indonesia ini, yakni karya sastra Perankan Tionghoa, bahkan menurut Salmon 1985 : 15 (dalam Faruk dkk, 2000: 16), hasil karya sastra Peranakan Tionghoa lebih banyak dari karya sastra yg dihasilkan oleh Balai Pustaka. Karya-karya sastra Peranakan Tionghoa itu sendiri berjumlah 3005 buah dgn jumlah pengarang & 806 orang, sedangkan karya sastra Balai Pustaka berjumlah 770 buah. Namun demikian, karya sastra Peranakan Tionghoa ini tidak banyak dikenal secara luas, sebagai bagian dari sastra Indonesia.
Dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern, karya sastra Peranakan Tionghoa ini merupakan fenomena kultural yg sangat menarik buat diperhatikan & dikaji secara serius & tuntas. Selain fenomena kultural, karya sastra Peranakan Tionghoa juga dapat dikaji dari aspek-aspek yg lain yg terdapat dalam sebuah karya sastra seperti novel.
Karya sastra Peranakan Tionghoa dianggap penting buat diteliti karena adanya beberapa alasan. Pertama, dgn pemahaman mengenai karya sastranya mungkin sekali akan diperoleh gambaran / peta kasar mengenai sastra Peranakan Tionghoa secara keseluruhan, sebuah gambaran / peta yg pada gilirannya akan sangat berguna buat membimbing & memberi arah bagi penelitian berikutnya. Kedua, karya sastra Peranakan Tionghoa itu sekaligus akan memberikan gambaran mengenai respon masyarakat / pembaca terhadap karya sastra yg di telitinya.
Dgn masih terikatnya peranakan Tionghoa pada tradisi kultural dari negeri asalnya, maka akan menjadi seakan hidup di dalam sebuah kantong budaya yg tersendiri dari kebudayaan setempat. Akan tetapi, perihal itu tidak dgn sendirinya berarti interaksi budaya antara keduanya terabaikan. Di satu pihak orang-orang peranakan Tionghoa sesungguhnya ikut menikmati kebudayaan Indonesia seperti wayang, sedangkan di lain pihak penduduk Indonesia juga mengapresiasi karya-karya sastra peranakan Tionghoa seperti yg terbukti dari amat populernya cerita “San Pek Eng Tay” di kalangan masayarakat Indonesia.
Seperti telah disinggung di atas, bahwa masyarakat Indonesia banyak yg mengapresiasi karya sastra Peranakan Tionghoa seperti novel maupun drama San Pek Eng Tay yg ditulis oleh sastrawan peranakan / keturunan Tionghoa.
Ada sebagian masyarakat Indonesia yg mengapresiasi sekaligus meneliti mengenai karya sastra Peranakan Tionghoa seperti novel. Novel Tionghoa yg diapresiasi & sekaligus diteliti oleh masyarakat Indonesia di antaranya yaitu novel San Pek Eng Tay.
Novel San Pek Eng Tay ini banyak diteliti oleh seorang peneliti dari pandangan yg berbeda, bahkan cerita dari kisah San Pek Eng Tay ini terdapat beragam pandangan / pendapat orang yg berbeda setelah orang tersebut membaca & memahami isi cerita dari novel San Pek Eng Tay itu sendiri. Namun sebagian atau bahkan banyak yg menilai & menyimpulkan bahwa kisah San Pek Eng Tay ini lebih banyak menceritakan percintaan antara San Pek dgn Eng Tay. Akan tapi sebenarnya ada perihal yg lebih penting buat menilai atau menyimpulkan kisah cerita dari sebuah novel San Fek Eng Tay ini, misalnya mengenai perjuangan hidup / emansipasi seorang wanita dalam perihal ini Eng Tay.
Emansipasi dalam sebuah novel menunjukan arti penting dari sebuah novel yg lebih menitik beratkan ada permasalahan perempuan, apalagi jika si pengarang novel tersebut ingin memberitahukan kepada pembaca betapa pentingnya & berharganya sebuah emansipasi dari seorang perempuan buat dapat mengakhiri sebuah penindasan terhadap kaumnya.
Dgn adanya karya sastra Peranakan Tionghoa ini maka sebenarnya dapat digunakan dalam pemelajaran sastra di sekolah, karena karya sastra Peranakan Tionghoa ini bukanlah sebuah karya sastra yg sulit buat dijadikan bahan pemelajaran oleh siswa di sekolah, khususnya bahan pemelajaran sastra di jenjang Sekolah Menengah Atas.
Namun perlu juga diperhatikan oleh seorang guru bahasa & sastra akan halnya karya sastra Peranakan Tionghoa yg kelak akan diajarkan pada murid-murid di sekolah.
Bertolak dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba menganalisis sebuah karya sastra Peranakan Tionghoa dalam perihal ini novel dgn judul “Kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA”.
1.2 Kajian yg Relevan
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis terlebih dahulu mengenai penelitian-penelitian yg ada kaitannya dgn judul penelitian yg akan penulis lakukan atau dgn kata lain menganalisis penelitian yg sejenis atau sering disebut dgn “Kajian Yg Relevan”.
Dalam kajian yg relevan ini bertujuan agar penelitian yg dilakukan oleh penulis terbukti bukan merupakan hasil penelitian yg meniru dari hasil penelitian orang lain, selain itu kajian yg relevan dimaksudkan buat mengetahui masalah-masalah apa saja yg terdapat dalam penelitian yg sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya, metode seperti apa yg digunakan, teori apa saja yg ada dalam penelitian tersebut, beserta hasil simpulan penelitian dari penelitian yg sudah ada sebelumnya.
Sebagaimana yg sudah dibahas pada penelitian sebelumnya yg sejenis dgn penelitian yg akan penulis lakukan, maka penelitian yg akan penulis bahas ini mengenai kajian emansipasi perempuan dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & rencana pemelajarannya di SMA. Mengacu pada judul penelitian penulis tersebut, kajian yg relevan yg membahas tentang emansipasi perempuan ini dapat terlihat dari buku maupun skripsi.
Penelitian mengenai emansipasi perempuan dapat dilihat pada buku yg ditulis oleh A. Nunuk P. Murniati dgn judul “Getar Gender”. Dalam buku tersebut A. Nunuk P. Murniati selaku penulis mencoba mengamati masalah perbedaan kedudukan / peranan antara perempuan dgn laki-laki. Dalam buku itu juga A. Nunuk P. Murnati menjelaskan bahwa masalah perempuan sejajar dgn masalah penindasan & ketidakadilan sosial, dgn demikian, hak asasi manusia, termasuk hak asasi perempuan, hanya bisa diwujudkan dgn penegakkan keadilan & kesetaraan gender.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sugihastuti dalam buku “Rona Bahasa & Sastra Indonesia”, pada penelitian tersebut yg berkaitan dgn kajian emansipasi perempuan intinya membahas tentang lima konsep permasalahan yg berhubungan dgn perbedaan gender.
Dari kelima konsep permasalahan gender tersebut, Sugihastuti selaku penulis menjelaskan secara rinci kelima konsep tersebut. Pertama adalah “perbedaan gender” yaitu perbedaan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian, harapan & peranan, & hal-perihal lainnya yg dirumuskan buat perorangan menurut ketentuan kelahiran. Kedua “kesenjangan gender” yaitu perbedaan dalam hak berpolitik, memberikan suatu cara & bersikap antara pria & perempuan. Ketiga “Genderzation” yaitu pengacuan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri & pandangan dari & terhadap orang lain. Misalnya “ pelacur” dalam bahasa Indonesia menunjuk pada penjaja seks perempuan & “gigolo”pada penjaja seks laki-laki. Keempat “identitas gender” yaitu gambaran tentang jenis kelamin yg seharusnya dimiliki & ditampilkan oleh tokoh yg bersangkutan. Perwuju& dari perihal ini adalah timbulnya perbedaan perilaku sesuai dgn karekteristik biologisnya. Kelima “gender role” yaitu peranan perempuan atau peranan laki-laki yg diaplikasikan secara nyata.
Selain itu, penelitian tentang emansipasi perempuan juga dapat terlihat pada skripsi yg berjudul Kajian Feminisme Novel Swastika karya Maya Wulan sebagai Upaya Memilih Bahan Pembelajaran Sastra di SMA oleh Antun Nuraini Universitas Sultan Ageng Turtayasa Tahun 2005.
Atau pada skripsi yg berjudul Kajian Feminisme Terhadap Novel Gadisku Kekasihku karya Toeti Senja & Model Rencana Pemelajarannya di SMA oleh Ira Farida Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun 2004.
Inti pembahasan pada kedua penelitian itu menjelaskan mengenai perbedaan gender & ketimpangan posisi perempuan yg cenderung dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal perempuan berbeda dgn laki-laki. Dgn adanya permasalahan yg sama pada kedua penelitian tersebut, maka diperlukan adanya gagasan atau ide-ide feminisme (keperempuanan / kewanitaan) buat dapat menyetarakan posisi / kedudukan wanita dgn laki-laki di masyarakat.
Berdasarkan beberapa penelitian atau kajian relevan yg telah penulis baca, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa permasalahan perempuan merupakan suatu penindasan terhadap hak asasi manusia, maka buat memecahkan permasalahan perempuan tersebut perlu diadakannya suatu tindakan dari kaum perempuan yg berupa emansipasi perempuan yg bertujuan buat menyetarakan posisi / kedudukan perempuan dgn laki-laki, sehingga hak asasi perempuan dapat diterima oleh wanita dgn tidak adanya penindasan.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini mengenai kajian Emansipasi Perempuan dalam Novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang & Rencana Pemelajarannya di SMA.
Pertanyaan Penelitian
Dalam sebuah penelitian pasti ada masalah. Masalah dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat perilaku tokoh-tokoh wanita dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang yg sesuai dgn sikap emansipasi perempuan ?
Apakah novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang sesuai buat dijadikan bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA ?
Rencana pemelajaran seperti apakah yg tepat buat mengajarkan novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang di SMA ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu perihal dalam penelitian yg ingin dicapai. Tujuan mesti diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yg diharapkan (Pradopo, 2001: 25).
Tujuan yg ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Buat mengetahui gambaran mengenai perilaku tokoh-tokoh wanita dalam novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang yg sesuai dgn sikap emansipasi perempuan.
Buat menemukan kesesuaian novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang sebagai bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA.
Buat menemukan ketepatan rencana pemelajaran novel San Pek Eng Tay karya Oey Kim Tiang di SMA.
PENGARUH PERUBAHAN PENJUALAN TERHADAP PERUBAHAN KEBUTUHAN MODAL KERJA PADA PT. GUDANG GARAM JAKARTA Tbk
Latar Belakang Masalah
- Bagaimana perubahan penjualan pada PT. Gudang Garam Jakarta Tbk ?
- Bagaimana tingkat modal kerja pada PT.Gudang Garam Jakarta Tbk ?
- Seberapa besar pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan modal kerja pada PT. Gudang Garam Jakarta Tbk ?
- Buat mengetahui bagaimana perubahan penjualan pada PT. Gudang Garam Jakarta Tbk.
- Buat mengetahui bagaimana tingkat modal kerja pada PT. Gudang Garam Tbk.
- Buat mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan modal kerja pada PT. Gudang Garam Jakarta Tbk.
- Penulis :
- Menambah pengalaman yg berharga bagi penulis.
- Sebagai wahana aplikatif dalam rangka menerapkan teori yg telah dipelajari.
- Menumbuhkan & meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian.
- Perusahaan :
- Pihak lain :
- Pengertian Manajemen Keuangan
- Pengertian Penjualan
- Macam-macam Penjualan
- Penjualan Bruto
- penjualan barang
- penjualan jasa dan
- Menggunakan aktifa perusahaan oleh pihak–pihak lain yg menghasilkan barang, reyalti & dividen.
- Penjualan Bersih
- Pengertian Modal
- modal kerja permanen ( permanen Working Capital ) yaitu modal kerja yg seharusnya tetap ada dalahperusahaan buat menjalankan fungsai secara terus menerus diperlukan buat kelancaran operasi perusahaan
- modal kerja variabel (variabel Woking capital) yaitu modal kerja yg jumlahnya berubah –ubah yg diakibatkan karena perubahan keadaan.
- Data primer
- Data sekunder
- Analisis korelasi
- Jika rs = -1 maka hubungan antara variabel X & variabel Y adalah sempurna & negatif, artinya apabila salah satu variabel dinaikkan maka akan berakibat penurunan terhadap variabel lainnya.
- Besarnya Nilai (r)Interprestasi<>0,20 - 0,390,40 – 0,590,60 – 0,790,80 – 1,00Tidak eratKurang eratCukup eratEratSangat erat
- KD = r² . 100%
- Hipotesis Statistik
- Penentuan Nilai t hitung & t table
- Kriteria Uji Hipotesis
3.6 Langkah-langkah Penelitian
- Membuat proposal
- Membuat instrumen penelitian
- Melakukan observasi
- Mencari data
- Melakukan pengolahan data
- Membuat kesimpulan
PENGARUH KEBUTUHAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. X
Latar Belakang Masalah
- modal kerja (Working Capital Assets)
- modal tetap (Fixed Capital Assets)
- Bagaimana pengaruh modal kerja pada PT. X ?
- Bagaimana tingkat kinerja perusahaan pada PT. X ?
- Apakah ada pengaruh kebutuhan modal kerja terhadap kinerja perusahaan pada PT. X ?
- Buat mengetahui bagaimana kebutuhan modal kerja pada PT. X.
- Buat mengetahui bagaimana tingkatkinerja perusahaan pada PT. X.
- Buat megetahui apakah ada pengaruh kebutuhan modal kerja terhadap perusahaan pada PT. X.
- Penulis :
- Perusahaan :
- Pihak lain :
- Data primer
- Data sekunder
- Analisis korelasi
- Jika rs = -1 maka hubungan antara variabel X & variabel Y adalah sempurna & negatif, artinya apabila salah satu variabel dinaikkan maka akan berakibat penurunan terhadap variabel lainnya.
- Besarnya Nilai (r)Interprestasi<>0,20 - 0,390,40 – 0,590,60 – 0,790,80 – 1,00Tidak eratKurang eratCukup eratEratSangat erat
- KD = r² . 100%
- Hipotesis Statistik
- Penentuan Nilai t hitung & t table
- Kriteria Uji Hipotesis
L. Langkah-langkah Penelitian
- Membuat proposal
- Membuat instrumen penelitian
- Melakukan observasi
- Mencari data
- Melakukan pengolahan data
- Membuat kesimpulan