Dasar-dasar Strategi Belajar-Mengajar

Dasar-dasar Strategi Belajar-Mengajar

1. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Yg dimaksud dgn strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak buat mencapai sasaran yg telah ditetapkan. Menurut Newman & Logan, dalam bukunya yg berjudul Strategy Policy and Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat perihal sbb :

a. Mengidentifikasi & menetapkan spesifikasi & kualifikasi hasil seperti apa yg mesti dicapai & menjadi sasaran usaha itu yg sesuai dgn aspirasi & selera masyarakat.

b. Mempertimbangkan & memilih jalan pendekatan utama manakah yg dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.

c. Mempertimbangkan & menetapkan langkah-langkah apa saja yg akan ditempuh buat mencapai sasaran tersebut.

d. Mempertimbangkan & menetapkan kriteria & patokan ukuran yg mesti dipergunakan buat mengukur & menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.

2. Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar dalam Rangka Mengidentifikasi Entering Behavior Siswa

a. Sasaran-Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bertahap & berjenjang mulai dari sangat operasional & konkret sampai yg bersifat universal. Tujuan itu pada akhirnya mesti diterjemahkan dalam ciri-ciri / sifat-sifat wujud perilaku & pribadi dari manusia yg dicita-citakan. Sistem pendidikan mesti melahirkan para warga Negara yg memiliki empat kemampuan, kecakapan & sifat utama, yaitu :

v Self realization, maksudnya manusia mesti mampu mewujudkan & mengembangkan bakat-bakatnya seoptimal mungkin.

v Human relationship ( hubungan antarinsan )

v Economic efficiency (efisiensi ekonomi

v Civil responsibility, manusia mesti memiliki tanggung jawab sebagai warga Negara.

b. Entering Behavior Siswa

Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham & teori tentang makna perbuatan belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung buat sampai pada konsensus bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku & pribadi baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat & jenis karakteristik perilaku siswa yg telah dimilikinya pada disaat akan memasuki kegiatan belajar mengajar inilah yg dimaksudkan dgn Entering Behavior. Entering Behavior ini akan dapat kita identifikasikan dgn berbagai cara, antara lain :

1. Secara tradisional, lazimnya para guru memulai dgn memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan-bahan yg pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.

2. secara inovatif, guru-guru sudah mulai mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dgn cara melakukan pre-test sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

Dgn mengetahui gambaran tentang entering behavior, siswa akan memberikan banyak sekali bantuan kepada guru, antara lain :

1) Buat mengetahui seberapa jauh kesamaan individual antarsiswa dalam taraf kesiapannya, kematangannya, beserta tingkat penguasaan dari pengetahuan & keterampilan dasar sebagai landasan bahan baru.

2) Dgn mengetahui disposisi perilaku siswa tersebut, guru akan dapat mempertimbangkan & memilih bahan, metode, teknik, & alat bantu belajar mengajar yg sesuai.

3) Dgn membandingkan nilai hasil pre-test dgn nilai hasil akhir, guru akan memperoleh indikator yg menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yg terjadi pada siswa.

Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-perihal baru terhadap perihal lama yg telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap perilaku lama yg tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb) , maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entering behavior itu yg perlu diketahui guru adalah :

a. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yg telah dimiliki & dikuasai siswa.

b. Tingkatan & urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan kognitif, afektif, & psikomotor yg telah dicapai & dikuasai siswa.

c. Kesiapan & kematangan fungsi-fungsi psikomorik, proses-proses kognitif, pengalaman, mengingat, berpikir, afektif, emosional, motivasi, & kebiasaan.

Sebelum merencanakan & melaksanakan kegiatan mengajar, guru mesti dapat menjawab pertanyaan :

a) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yg telah dikuasai & diketahui oleh siswa yg akan diajar.

b) Tingkat & tahap beserta jenis kemamupuan manakah yg telah dicapai & dikuasai siswa yg bersangkutan.

c) Apakah siswa sudah cukup siap & matang buat menerima bahan & pola-pola perilaku yg akan diajarkan.

d) Seberapa jauh motivasi & minat belajar yg dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.

3. Pola-pola Belajar Siswa

a. Mengidentifikasi pola-pola belajar siswa

Gagne (Lefrancois 1975:114-120) mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe dimana yg satu merupakan prasyarat bagi yg lainnya/yg lebih tinggi hierarkinya. Kedelapan tipe belajar itu ialah:

Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau tanda, isyarat)

Tipe belajar ini menduduki tahapan hierarki (yg paling dasar). Signal learning dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yg bersifat involunter (tidak disengaja & didasari tujuannya). Kondisi yg diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini ialah diberikan stimulus secara serempak perangsang-perangsang tertentu dgn berulang-ulang.

Tipe II:Stimulus-Respons Learning (belajar stimulus-respons, sambut rangsang)

Tipe belajar II ini termasuk ke dalam operant or instrumental condition (Kible,1961) atau belajar dgn trial and error (Thorndike). Kondisi yg diperlukan buat dapat berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor reinforcement.

Tipe III:Chaining (mempertautkan) & tipe IV:Verbal Association (asosiasi verbal)

Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yg satu dgn yg lainnya. Tipe III berkenaan dgn aspek-aspek perilau psikomotorik & tipe IV berkenaan dgn aspek-aspek belajar verbal. Kondisi yg diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar ini antara lain secara internal terdapat pada diri siswa mesti sudah terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition, & reinforcement masih tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses chaining & association tersebut.

Tipe V:Discrimination Learning (belajar mengadakan perbedaan)

Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi (seleksi & pengujian) di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yg diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yg dipandangnya paling sesuai. Kondisi yg utama buat dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining & association beserta memiliki kekayaan pengalaman (pola-pola satuan S-R)

Tipe VI:Concept Learning (belajar konsep, pengertian)

Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus & juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yg diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi & proses kognitif fundamental sebelumnya.

Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum-hukum)

Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep (pengertian) dgn mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.

Tipe VIII:Problem Solving (belajar memecahkan masalah)

Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan & memecahkan masalah (memberikan respons terhadap rangsangan yg menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik) dgn menggunakan berbagai rule yg telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439) dalam bukunya How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai berikut:

ü Become aware of the problem (menyadari adanya masalah)

ü Clarifying and defining the problem (menegaskan & merumuskan masalahnya)

ü Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung & merumuskan hipotesis)

ü Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan yg dikembangkan)

ü Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, uji coba)

b. Memilih system belajar mengajar (pengajaran)

Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yg banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:

Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari & menemukan sendiri)

Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yg tidak dalam bentuknya yg final. Siswalah yg diberikan kesempatan buat mencari & menemukannnya sendiri dgn menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi.

System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois,1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok buat materi pelajaran yg bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yg banyak & kalau kurang terpimpin & terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yg dipelajarinya.

Expository Learning

Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yg telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, & lengkap sehingg asiswa tingal menyimak & mencernanya secara teratur & tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yg lebih tinggi, siswa tidak selau mesti mengalami sendiri. Siswa akan mampu & lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yg penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu perihal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, & pengalaman yg bertalian dgn perihal tersebut.

Mastery learning (belajar tuntas)

Proses belajar yg berorientasi pada prinsip mastery learning ini mesti dimulai dgn penguasaan bagian terkecil buat kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram & juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dgn tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yg tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yg sehat pada siswa yg bersangkutan.

Humanistic Education

Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwuju& diri (self realization) sesuai dgn kemampuan dasar & keunikan yg dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yg tidak terlalu tajam dgn siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yg seoptimal mungkin dari setiap siswa.

c. Pengorganisasian satuan kelompok belajar siswa

Gage & Barliner (1975:447-450), juga Norman MacKenzie & rekan-rekannya (UNESCO,1972:126) menyarankan pengorganisasian kelompok belajar siswa ke dalam susunan sebagai berikut:

N=1. Pada situasi ekstrem, kelompok belajar mungkin hanya terdiri atas seorang siswa atau seorang siswa bekerja individual saja.metode belajarnya bisa disebut dgn tutorial, pengajaran berprogram, studi individual, atau independent study,

N=2-20. Kelompok belajar kecil, mungkin terdiri atas 2 sampai 20 siswa. Mtode belajar seperti ini biasanya disebut dgn metode diskusi atau seminar.

N=2-40. Kelompok besar mungkin berkisar antar 20-40 siswa. Metode ini disebut metode belajar mengajar kelas. Metodenya mungkin bervariasi, sesuai dgn kesenangan & kemampuan guru unuk mengelolanya.

N=40 lebih besar atau ukuran kelompok melebihi 40 orang. Metode belajar-mengajar lazim disebut (ceramah) atau the lecture.

4. Beberapa metode & Teknik Mengajar

Sejak ratusan tahun yg lalu, orang telah mengembangkan berbagai metode & teknik mengajar buat dapat membantu siswa dalam proses menerima materi pelajaran.

Menurut Joice & Weil (Gage and Barliner, 1975:444-447) telah mengelompokkan model-model belajar ke dalam empat orientasi, yaitu :

(1) information processing orientation

(2) social-interaction orientation

(3) person orientation

(4) behavior-modification orientation

Beberapa metode mengajar yg banyak digunakan oleh para guru antara lain:

(1) Metode Ceramah

Ceramah atau kuliah merupakan metode belajar tradisional dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran guru lebih banyak dalam perihal keaktifannya untuk memberikan materi pelajaran, sementara siswa mendengarkan dgn teliti beserta mencatat yg pokok-pokok dari pernyataan yg dikemukakan oleh guru.

(2) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan cara lain dalam belajar-mengajar dimana guru & siswa, bahkan antarsiswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif & timbal balik dari dua arah.

5. Menetapkan Strategi Evaluasi Belajar Mengajar

Tujuan akhir dari tindakan evaluasi, beserta bagaimana mengembangkan & memilih instrumennya yg memenuhi syarat telah kita bahas dalam unit-unit terdahulu. Yg menjadi persoalan sekarang, kapan pengukuran & evaluasi itu dilakukan, beserta bagaimana menafsirkan hasilnya bagi pengambilan keputusan & tindak lanjutnya.

a. Beberapa Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar

Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, & kombinasi dari ketiganya.

Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yg dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dgn istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yg telah dicapai oleh siswa. Asumsi yg mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dgn hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau mesti diadakan pelajaran ulangan seperlunya.

Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yg dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yg mesti diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yg secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dgn kegiatan lebih lanjut yg mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dgn kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik buat keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), & kelulusan.

Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yg dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dgn sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah buat mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa & disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar & peramalan tingkat keberhasilan yg mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.

Pengguanaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat & sering juga dilakukan terutama antara reflektif & sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yg bersangkutan. Dgn cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen yg terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tapi lebih komprehensif.

b. Beberapa Cara buat Menginterprestasikan Hasil Penilaian

Buat dapat menafsirkan hasil penilaian dari evaluasi yg dilaksanakan, kita perlu patokan atau ukuran baku atau norma. Dalam evaluasi, kita mengenal dua norma yg lazim dipergunakan buat menumbang taraf keberhasilan belajar-menagjar, yaitu apa yg disebut (1) criterion referenced & (2) norm referenced, seperti telah disinggung di atas.

Criterion referenced evaluation ( PAP = Penilaian Acuan Patokan ) merupakan cara mempertimbangkan taraf keberhasilan siswa dgn memperbandingkan prestasi yg dicapainya dgn kriteria yg telah ditetapkan lebih dahulu (preestabilished criterion).

Norm referenced evaluation ( PAN = Penilaian Acua Norma) merupakan cara memertimbangkan taraf keberhasilan belajar siswa, dgn jalan memperbandingkan prestasi individual siswa dgn rata-rata prestasi temannya, lazimnya kelompoknya.

Atas dasar kedua norma itulah seseorang dinyatakan lulus atau tidak lulus, atau berhasil atau tidak berhasil (pass-fail). Norma kelulusan itu biasanya disebut batas lulus (passing grade).

Dalam criterion referenced evaluation ( PAP ) angka batas lulus itu lazimnya dipergunakan angka nilai 6 dalam skala 10 atau 60 dalam skala 100, atau 2+ slaam skala -4, atau C dalam skala A-E. adapaun filosofi yg melandasi sistem penilaian ini ialah teory mastery learning, dimana seseorang dapat dianggap memenuhi syarat kecakapannya (qualified) kalau menguasai minimal 60% dari hasil yg diharapkan. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia persayaratan ini dikenakan terutama terhadap mata pelajaran dasar yg penting yaitu PMP, agama, bahasa Indonesia & sebaginya, yg berarti bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat mengutamakan pembinaan warga negara yg baik, beragama & berdasarkan kebudayaan bangsanya.

Dalam norm referenced evaluation ( PAN ), norma itu dapat dipergunakan dgn berbagai cara, misalnya (1) ukuran rata-rata prestasi kelompoknya, (2) ukuran penyebaran nilai prestasi kelasnya, & (3) ukuran penyimpangan dari ukuran rata-rata prestasi kelompoknya (mean,range, and standard deviation).

1) Beberapa model ukuran rata-rata prestasi kelompok


a) Mean (ukuran rata-rata hitung), dapat dicari dgn jalan membagi jumlah nilai dari seluruh anggota kelompok (∑ fxi) dgn jumlah anggota kelompok yg bersangkutan (N). yg dinyatakan dgn formula ialah sebagai berikut :

Mean ( X ) = (∑ fxi)

N

Kalau dalam kurikulumnya diadakan sistem pembobotan (weighing) seperti dgn menggunakan sistem kredit (SKS), sebelum dijumlahkan, setiap nilai henndaknya dikaitkan dahulu dgn bobotnya (W).

Selanjutnya, maka formulanya menjadi :

Text Box: X  = ( ∑ fxi W )         N

b) Median ialah suatu titik yg membagi dua ( 50% di atas & 50% di bawah) dari keseluruhan jumlah anggota kelompok. Angka titik tengah ini dapat diperoleh dgn jalan menambahkan angka 1 pada jumlah seluruh pebeserta (N), kemudian dibagi 2. Yg mana dinyatakan :

Median (Mdn) = N + 1

2

Mdn = Nilai tertinggi + Nlai terendah

2

c) Mode ialah hasil suatu klarifikasi nilai yg sama yg paling banyak anggota yg memperoleh nilai tersebut atau frekuensinya (f).

Dgn diketahuinya ukuran rata-rata ini, kita dapat membandingkan apakah nilai yg dicapai oleh seseorang itu mendekati atau sangat jauh di bawah atau di atas nilai rata-rata tersebut.

2) Beberapa model ukuran penyebaran (distribusi angka nilai prestais kelompok)

a) Range ialah jarak rentangan antara score tertinggi (maksimum) & nilai score terendah (minimum).

Range diperoleh dgn formula :

Rentangan = nilai tertinggi – nilai terendah

Range = maximum score – minimum score

b) Centile ialah suatu titik yg menunjukkan berapa persen dari keseluruhan jumlah anggota kelompok tersebut. Misalna, yg berada di bawah quartil pertama (Q1) menunjukkan bahwa 25% dari keseluruhan anggota kelompok di bawah angka atau titik tersebut. Biasanya sebagai patokan-patokan penyebaran digunakan Q1, Q2, Q3. Berapa banyaknya anggota kelompok yg termasuk ke dalam quartil yg bersangkutan, dapat dicari dgn formula :

Q1 = ( N + 1 )

4

Q2 = ( Q3 – Q1 )

2

Q3 = 3 ( N + 1 )

4

3) Beberapa model penyimpangan dari ukuran rata-rata hitung

a) Average Deviation ( AD ), deviasi rata-rata, diperoleh dgn formula :

AD = ∑ f1 X1 - X

N

b) Standard Deviation ( SD ), dapat diperoleh dgn mengoperasikan formula.



we hope Dasar-dasar Strategi Belajar-Mengajar are solution for your problem.

If you like this article please share on:

Archives

Categories

20HadiahLebaran aceh active Ada ada saja adsense aids air tanah anak antik Artikel Artis asma Bahasa bahasaindonesia baju band batuk bayi bekas belajar bencana Berita Berita Ringan big panel biologi bisnis bisnis online Blog Bola budidaya buku bunga burner burung cerai Cerpen chandra karya Cinta ciri cpns cuti cv daerah desain di jual diare diet coke diet plan dinas domisili ekonomi email euro exterior fashion fat Film FISIP foke forex format FPI furniture gambar game gejala gempa geng motor geografi gigi ginjal Girlband Indonesia graver GTNM gunung gurame guru haga haki hamil harga hasil hepatitis hernia hiv Hukum hunian ibu ijin ikan indonesia Info Informasi Information Inggris Inspirational interior Internet Intertainment izin jadwal jakarta janin jantung jati Joke jokowi kamar kamarmandi kampus kantor. karyailmiah keguguran kemenag kemenkes kendala kerja kesanggupan kesenian kesepakatan keterangan kisi kkm klaim Komik Komputer kontrak kop korea lagu lamaran lambung legalisir lemari Lifestyle ligna Linux lirik Lirik Lagu Lowongan Kerja magang mahasiswa makalah Malignant Fibrous Hystiocytoma marketing Matematika mebel medan meja melahirkan menikah merk mesothelioma mesothelioma data mimisan mimpi minimalis Misteri mobil modern modul motivasi motor mp3 mual mulut mutasi Naruto news ngidam nikah nisn noah nodul nomor surat Novel novil Olah Raga Olahraga olympic opini pagar panggilan paper paspor paud pelatihan pembelian pemberitahuan pemerintah penawaran pendidikan pengantar pengertian pengesahan pengetahuan pengumuan pengumuman pengumumna Pengunduran pengurusan penyakit penyebab perjanjian perkembangan Permohonan pernyataan perpanjangan persiapan bisnis Pertanian perumahan perusahaan perut peta phones photo Pidato pilkada pimpinan pindah plpg PLS postcard pringatan Printer Tips profil Profil Boyband properti property proposal prumahan Psikologi-Psikiater (UMUM) Puisi quote Ramalan Shio rekomendasi relaas resensi resignation resmi Resume rpp ruang rumah rupa sakit sambutan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) second sejarah sekat sekolah Selebritis seni sergur series sertifikat sertifikat tanah sinopsis Sinopsis Film Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan sitemap skripsi sm3t smd sni snmptn soal Software sosial springbed starbol stnk sukhoi sumatera surabaya surat suratkuasa Surveilans Penyakit tafsir tahap Tahukah Anda? tanda tas television teraphy Tips Tips dan Tricks Seks Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum toko Tokoh Kesehatan top traditional tsunami tugas ucapan ujian uka un undangan undian universitas unj unm unp upi uu Video virus walisongo wanita warnet