Arus Balik dalam Hidup Pramoedya Ananta Toer

Tulisan ini dimuat buat mengenang sastrawan kita Pramoedya Ananta Toer. Berikut ini artikel yg ditulis oleh Linda Christanty tentang Pramoedya

PRIA 68 tahun itu sudah digerogoti uban, setengah botak. Namun, ingatannya masih tajam. Nada bicaranya tegas. Terkadang dia berapi-api, lalu menyurut sedikit buat soal-soal yg memedihkan hati & sepasang mata tuanya ikut merah berkaca-kaca. Gendang telinga pria ini sudah rusak dihantam popor senapan, sehingga membuat orang mesti berbicara keras padanya. Dia tuli. Buat lebih aman, biarkan dia saja yg bercerita. Suaranya lantang, lebih agar dia sendiri bisa mendengar ketimbang tamu-tamunya yg berpendengaran normal.

“Nasution (Jenderal Abdul Haris Nasution yg dianugerahi bintang lima di masa Soeharto, kini sudah almarhum) telah membunuh teman saya, membuat teman saya mati. Waktu itu kami sedang mempertahankan Bekasi, tepatnya di daerah Lemah Abang. Nasution & Soeharto itu sama saja, sama-sama KNIL,” tuturnya, pahit, teringat pengalaman berjuang melawan Belanda.

Di tengah emosi yg campur-aduk tadi tak bisa disembunyikannya rasa benci terhadap penguasa Orde Baru yg telah mengirimnya ke Pulau Buru, tanpa pengadilan, & memaksanya hidup seperti Rubashov, seorang Bolshevik yg dihukum partainya sendiri. Rubashov tak lain tokoh dalam novel Arthur Koestler, Gerhana Tengah Hari. Pram, pria tua itu, menyukai novel tersebut.

Pada September 1965 pertikaian Angkatan Darat dgn Partai Komunis Indonesia mencapai puncak. Sejumlah perwira tinggi tiba-tiba diculik. Partai Komunis Indonesia dituding bertanggung jawab. Ketika itu presiden Soekarno sendiri kurang mesra dgn tentara & dianggap bersimpati pada sayap kiri di parlemen. Di tengah pertikaian elite politik inilah intrik & kasak-kusuk terjadi. Soeharto—seorang jenderal Angkatan Darat—memancing di air keruh, merebut kekuasaan & memerintahkan pembersihan terhadap orang-orang partai komunis di Indonesia. Pram yg menjadi pengurus lembaga kebudayaan partai itu ikut diburu.

Empat belas tahun dia menjalani hukuman, mulai dari sel penjara Salemba, Nusakambangan, sampai daerah gersang Buru. Sudah ditulisnya dua jilid otobiografi berdasarkan catatan pribadi selama di Buru, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Catatan ini berbentuk surat pada putrinya yg baru saja menikah disaat dia akan dibuang ke pulau tersebut, surat-surat yg tiada pernah terkirim. Barangkali, hidup tanpa hak-hak layak sebagai manusia membuat Pram ingat pada Rubashov, tokoh novel Koestler. & ternyata, penindasan ada dalam sistem manapun, kapitalisme juga sosialisme yg korup.

Dalam rumah beton dua lantai yg dibangun dari buku-bukunya yg laris di luar negeri, Pram belum bisa tidur nyenyak. Dia masih diawasi, wajib lapor, & tak bisa pergi ke luar negeri buat menerima penghargaan terhadap novel-novelnya. Di Indonesia, tahun 1993, tak satu pun buku Pram boleh beredar. Buku-bukunya dituduh mengandung ajaran Marxisme-Leninisme. Buat membaca buku Pram orang mesti sembunyi-sembunyi. Buku-bukunya beredar dari tangan ke tangan. Tiga aktivis pernah mendekam di sel gara-gara menyebarluaskan karya-karya Pram. Namun, Pram termasuk beruntung. Dia panjang umur, bisa memperjuangkan kemanusiaan lewat tulisan, & menjadi saksi dari berbagai zaman. Ratusan kawan senasibnya mati di kamp kerja paksa Buru & yg selamat, sebagian sakit jiwa; tinggal seonggok daging bernyawa tempat jiwa membusuk. Lebih sial lagi, nasib mereka yg terjebak di luar negeri. Pemerintah Soeharto sudah siap menangkap mereka yg kembali. Namun, di atas segala derita, rakyat kebanyakanlah yg paling naas. Jutaan mereka tumpas dibunuh tentara & tangan-tangan pemuda yg menjadi kacung. Barangkali, buat mereka yg terakhir inilah novel-novelnya dipersembahkan.

Tokoh-tokoh utama dalam novel-novel Pram selalu orang biasa, rakyat jelata, & bahkan, mereka yg hanya dikategorikan “massa” dalam sejarah resmi Indonesia. Orang-orang ini tak bakal ditemukan namanya dalam buku-buku pelajaran sejarah kita, yg hanya mencatat nama raja, pangeran, pejabat, atau jenderal belaka sebagai pahlawan atau pengkhianat. Sejarah Indonesia adalah sejarah penguasa, bukan sejarah kuli yg mendirikan candi atau serdadu yg memberontak & memimpin pasukan. Pram mencoba berbicara tentang sejarah dari sisi lain, melalui gundik (Bumi Manusia), anak petani (Arus Balik), ataupun pelacur (Larasati). Dia ingin berkata bahwa kaum yg hina itu juga punya andil buat tanah yg merdeka di beragam zaman.

Soekarno, tokoh perjuangan sekaligus presiden pertama Indonesia yg Pram kagumi, pernah berucap tak ada perubahan besar di muka bumi ini tanpa melibatkan massa. Jangan pernah meremehkan massa. Dari sanalah kekuatan perubahan berpusat & menyebar. Pramoedya Ananta Toer tentu memahami ucapan Soekarno, mungkin melebihi siapa pun. Dia kemudian menulis tentang mereka.

Dalam tetralogi Bumi Manusia, Nyai Ontosoroh—gundik seorang Belanda—menampilkan sosok pribumi pantang menyerah. Ontosoroh mengangkat martabat hidupnya yg setaraf budak menjadi perempuan yg menguasai ilmu dagang, pintar menulis & bercakap dalam bahasa penjajahnya. Ada pula tokoh pelarian dari negeri Cina, perempuan yg mengajari Minke—tokoh utama novel ini—tentang perlawanan terorganisasi, bernama Ang San Mei.

Ontosoroh sekuat tenaga melawan hukum-hukum Belanda yg sah merebut anak perempuannya & semua harta dari kerja kerasnya. Ang San Mei ikut gerakan bawah tanah melawan kaisar perempuan Ye Si yg disokong penjajah Barat di Tiongkok. Ontosoroh kalah. Ang San Mei meninggal dunia di tanah pelarian. Namun, yg terpenting mereka sudah melawan.

Selain tetralogi Bumi Manusia yg melegenda itu, ada satu lagi novel Pram yg selalu diingat orang, Arus Balik. Novel ini berlatar abad ke-16 & Pram kembali menokohkan orang biasa di dalamnya; Wiranggaleng, pemuda desa, juara gulat kadipaten Tuban.

Wiranggaleng dikisahkan punya pacar cantik, juara tari, bernama Idayu. Kedua anak muda desa Awis Krambil ini terlempar ke tengah hiruk-pikuk kekuasaan ketika Adipati Tuban, Wilwatikta, mengangkat Galeng sebagai syahbandar muda Tuban. Galeng & Idayu menetap di Tuban, padaperihal mereka cuma bercita-cita punya huma di desa.

Tuban, kota pelabuhan yg telah seribu tahun dikunjungi kapal-kapal dari barat, timur, & utara. Para pedagang membawa rempah-rempah dari Maluku & cendana dari Nusa Tenggara Barat, lalu mengambil beras, gula, garam, & minyak tumbuhan dari bumi Tuban. Dulu Tuban taklukan Majapahit, tapi setelah kerajaan itu runtuh akibat intrik & perang saudara, Tuban merdeka, bahkan meluaskan wilayah sampai Jepara. Konon, Wilwatikta, ikut bersekongkol menjatuhkan Majapahit. Dia keturunan Ranggalawe, gubernur Tuban yg memberontak pada Majapahit.

Pada 1511 terjadi perubahan arus modal & perniagaan di Nusantara. Malaka, bandar besar di Asia, jatuh ke tangan Portugis. Malaka adalah wilayah strategis di Semenanjung yg pernah dikuasai dua kerajaan besar, Sriwijaya & Majapahit. Kejatuhan Malaka bukan sekadar hilangnya sebuah wilayah, tapi menandai perubahan arus perdagangan dunia di Asia. Kapal-kapal niaga dari Arab, Eropa, & India tak berani singgah di bandar itu lagi, menghindari Portugis. Ini berarti ancaman juga buat Tuban. Kapal-kapal dagang asing tak berlabuh lagi di pelabuhan Tuban. Lalu-lintas dagang mereka telah diputus Portugis di Malaka.

Dua tahun setelah Malaka jatuh, Adipati Unus, putra Raden Fatah dari Demak, mencoba merebut bandar tersebut dgn mempersatukan Nusantara. Wilwatikta menolak membantu, karena Adipati Unus sebelumnya telah merampas Jepara & menjadikan kota pelabuhan itu wilayah taklukan Demak. Adipati Tuban sengaja memperlambat kiriman pasukannya. Ketika gabungan pasukan Tuban-Banten datang, dua puluh ribu tentara laut Aceh-Jambi-Riau-Demak-Jepara yg dipimpin Adipati Unus telah kalah dihajar meriam Portugis di perairan Semenanjung itu.

Wiranggaleng, kepala gugusan Tuban, tak habis pikir. Penyebab kekalahan itu masih samar baginya. Namun, lama-kelamaan dia mengerti. Konflik-konflik internal di Nusantara telah memecah-belah kekuatan mereka. Aceh disebutkan ingin memiliki Malaka buat diri-sendiri. Tuban mengingkari janji lantaran kasus Jepara, terlambat lima hari sampai di Semenanjung. Kekalahan Adipati Unus justru menerbitkan rasa kagum Wiranggaleng, pemuda desa yg lugu, buta politik, yg semata-mata orang suruhan penguasa Tuban.

Adipati Unus satu-satunya orang yg berani berusaha mempersatukan kekuatan melawan Portugis, & berani melaksanakan penyerangan. Kekalahan yg terjadi bukan kekalahan perang, tapi kegagalan dalam mengatur kekuatan sendiri. Kemudian ia menyimpulkan: armada gabungan itu semestinya tidak kalah. (hlm. 206)

Arus Balik mengungkap seputar intrik & permainan politik yg berujung pada runtuhnya kejayaan Tuban. Letupan-letupan konflik agama lama, Hindu-Budha, & agama baru, Islam juga muncul. Wiranggaleng tidak ingin perbedaan agama membuat orang merestui penindasan terhadap yg lain. Adipati Tuban sudah memeluk Islam, sedang Galeng beragama Hindu.

Suatu hari, seorang mata-mata Portugis, Sayid Habibullah Almasawa, datang ke Tuban & berkat kelicikannya dia diangkat menjadi syahbandar. Adipati Tuban nekad memelihara musuh yg tengah dicari-cari utusan Sultan Mahmud Syah, penguasa lama Malaka, diincar orang-orang Demak-Jepara & pedagang-pedagang Cina Lao Sam—daerah otonomi khusus orang-orang Cina. Baginya, kehadiran Almasawa yg fasih bahasa Portugis & Spanyol itu bisa membuka kontak dagangnya dgn Portugis, bisa menguntungkan Tuban beserta menghidupkan kembali pelabuhan yg sepi. Baginya, Tuban mesti makmur. Persetan wilayah atau kota lain. Watak Adipati Tuban yg lokalis ini berakibat fatal di kemudian hari.

Di Jepara tengah terjadi pergantian kepemimpinan. Adipati Unus mangkat. Dia digantikan Trenggono, adik kandungnya. Trenggono punya ambisi berbeda dgn Unus. Dia menjadikan strategi merebut Malaka sebagai kamuflase tujuan sejatinya buat merebut Sunda Kelapa, Cimanuk, Cirebon, bahkan Tuban, kota-kota pelabuhan di Jawa. Trenggono mencetuskan perang saudara. Ratu Aisah, sang ibunda, menentang putranya & tak digubris Trenggono. Adipati Tuban yg terkecoh oleh muslihat Trenggono kembali mengirim Wiranggaleng & pasukannya ke Semenanjung. Tetapi, kali ini Demak-Jeparalah yg berkhianat. Tentara Demak justru menyerang Tuban ketika pasukan Tuban tengah terombang-ambing di laut menuju Malaka. Trenggono memimpin langsung pasukan Demak menyerbu kadipaten Tuban.

Di lain pihak, armada Portugis bergerak ke Maluku & Nusa Tenggara Barat, membinasakan armada dagang Tuban & Blambangan yg selama ini memonopoli Maluku. Portugis ingin menguasai sumber rempah-rempah. Sementara itu, kapal Portugis juga mulai masuk ke perairan Jawa, mendirikan benteng di Pamanukan & mengintai Tuban. Arus sudah berbalik. Masa kejayaan kerajaan Nusantara telah lewat, ekspansi-ekspansi melewati samudra telah berhenti. Sebagai gantinya, armada laut asing muncul dari ujung selatan & memasuki wilayah Nusantara, merebut kota-kota pelabuhan & niaga. Inilah babak awal kapitalisme perdagangan di Nusantara.

Wiranggaleng, senapati Tuban, sebenarnya punya peluang buat menahan arus balik itu. Dia memperoleh restu Ratu Aisah dari Jepara, ibunda Adipati Unus. Dia berhubungan baik dgn penguasa Lao Sam. Dia sudah mengusir Demak dari Tuban. Tetapi, Galeng justru memilih tinggal di desa & menjadi petani. Dia tak mau jadi raja. Di hadapan pasukannya yg berharap, Galeng membuat keputusan.

“Telah aku baktikan masa mudaku & tenagaku & kesetiaanku. Biar pun hanya secauk pasir buat ikut membendung arus balik dari utara. Arus balik itu ternyata tak dapat dibendung. Kekuatan buat itu ada pada Trenggono, & Sultan Demak itu tidak bisa diyakinkan buat menggunakannya. Arus tetap datang dari utara, yg selatan tetap tertindih. Ya, Dewa Batara, kau tak beri aku kekuatan buat menyedarkan raja & sultan sehingga jadi gelombang raksasa, bukan sekedar mendesak arus balik dari utara, bukan saja buat jaman kemerosotan ini, juga kelangsungannya buat selama-lamanya. Gajah Mada, anak desa itu telah berhasil. Ia gerakkan tangannya & semua jadilah yg dipegangnya, semua bangun yg disentuhnya. Pergilah dia, pergi buat selama-lamanya, meninggalkan kebesaran & arus besar yg mengimbak-imbak megah berpendaran damai ke utara. Aku bukan Gajah Mada. Tiada sesuatu hasil apalagi kebesaran kutinggalkan kecuali kesakitan & kekecewaan dalam diri & terhadap diri-sendiri.” (hlm. 749)

Tetapi, tahukah Galeng bahwa Gajah Mada pun telah dibinasakan kekuasaan? Patih Majapahit ini dibunuh Hayam Wuruk gara-gara peristiwa Bubat. Banjir darah di Bubat terjadi setelah Raja Padjadjaran menolak mempersembahkan putrinya (Dyah Pitaloka) sebagai upeti, melainkan sebagai wanita yg hendak dipersunting Hayam Wuruk. Pasukan Gajah Mada membunuh sang raja yg tak mau tunduk berbeserta pengikutnya. Asal-usul Patih Gajah Mada sengaja disembunyikan penulis babad agar keluarganya tak ikut dihabisi penguasa Majapahit itu.

Arus Balik sering disebut-sebut sebagai karya terbesar Pram. Namun, novel ini bukan tanpa cacad. Dalam karya yg dijuluki “literatur maritim Nusantara” tadi, Pram justru bertolak dari kota pelabuhan Tuban, yg tak sebanding dgn kebesaran Majapahit apalagi Sriwijaya. Novel ini seolah mengatakan seluruh perubahan iklim modal & politik Nusantara bertumpu pada sebuah kota kadipaten.

Pram juga terlalu melebih-lebihkan Majapahit sebagai kerajaan laut terbesar di Nusantara. Apakah lantaran dia meminjam mulut Wiranggaleng, pemuda desa, sehingga penjelasannya yg sembarangan ini bisa diterima? Apakah lantaran tokoh rekaannya itu cuma orang desa yg tak punya pengetahuan luas, sehingga pernyataannya bisa dimaklumi? Jelaslah di sini betapa kejayaan Nusantara dipandang dari sudut orang desa pedalaman Jawa.

“Tunggu,” tegah Wiranggaleng, “biar aku ceritai kalian. Dahulu, di jaman kejayaan Majapahit, arus bergerak dari selatan ke utara, dari Nusantara ke Atas Angin. Majapahit adalah kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi ini …” (hlm. 746)

Pram lupa bahwa kerajaan Majapahit yg mulai berdiri pada abad ke-13 tersebut hanya mengalami 70 tahun masa jaya. Sriwijaya yg menguasai samudra sejak abad ke-7 sampai awal abad ke-13 tak disinggung sebagaimana mestinya. Tahukah Pram bahwa perang laut terbesar di Asia Tenggara terjadi ketika Sriwijaya mengerahkan seratus ribu tentara laut melawan Funan?


Namun, selebihnya Pram cukup jeli menghadirkan situasi sesuai zaman. Kosa kata bahasa Melayu yg jadi lingua franca waktu itu muncul di sana-sini, seperti seluar (celana), ditunu (dibakar), para-para (lekukan kayu di dinding), tegah (cegah), & sebagainya. Ini juga jejak-jejak Sriwijaya, bukan?

Ah, pria itu kini menjelang 78 tahun usianya. Dia sudah pindah dari rumah beton berlantai dua. Tentu saja ke rumah yg lebih megah, berlantai lima, dekat kota hujan Bogor. Dia sudah bebas ke luar negeri sekarang, karena pemerintah Soeharto tumbang lima tahun lalu. Buku-bukunya bebas dicetak ulang. Dia sudah kaya-raya. Dia sudah menang.

“Apa rahasia Pak Pram menjaga stamina?” tanyaku, hampir sepuluh tahun lalu.

“Berolah raga teratur. & kamu kenapa kurus begitu? Jaga kesehatan, makan vitamin C 500 miligram sehari. Kalau ba& lemah, bagaimana bisa menang lawan Soeharto,” jawabnya, terkekeh.

Lupa kutanyakan mengapa dia menulis begitu banyak buku & tebal-tebal. Namun, terbersit juga sebaris kalimat catatan harian Rubashov dalam novel Koestler itu: Tiap pikiran salah yg kita turut berarti kejahatan terhadap generasi-generasi yg akan datang. Barangkali, itulah penyebab dia menulis, ingin mengungkap apa yg dulu disembunyikan atau tersembunyi dari pengetahuan angkatan yg kemudian.

Source: http://aboutlindachristanty.wordpress.com/2007/03/20/arus-balik-dalam-hidup-pramoedya-ananta-toer/



we hope Arus Balik dalam Hidup Pramoedya Ananta Toer are solution for your problem.

If you like this article please share on:

Archives

Categories

20HadiahLebaran aceh active Ada ada saja adsense aids air tanah anak antik Artikel Artis asma Bahasa bahasaindonesia baju band batuk bayi bekas belajar bencana Berita Berita Ringan big panel biologi bisnis bisnis online Blog Bola budidaya buku bunga burner burung cerai Cerpen chandra karya Cinta ciri cpns cuti cv daerah desain di jual diare diet coke diet plan dinas domisili ekonomi email euro exterior fashion fat Film FISIP foke forex format FPI furniture gambar game gejala gempa geng motor geografi gigi ginjal Girlband Indonesia graver GTNM gunung gurame guru haga haki hamil harga hasil hepatitis hernia hiv Hukum hunian ibu ijin ikan indonesia Info Informasi Information Inggris Inspirational interior Internet Intertainment izin jadwal jakarta janin jantung jati Joke jokowi kamar kamarmandi kampus kantor. karyailmiah keguguran kemenag kemenkes kendala kerja kesanggupan kesenian kesepakatan keterangan kisi kkm klaim Komik Komputer kontrak kop korea lagu lamaran lambung legalisir lemari Lifestyle ligna Linux lirik Lirik Lagu Lowongan Kerja magang mahasiswa makalah Malignant Fibrous Hystiocytoma marketing Matematika mebel medan meja melahirkan menikah merk mesothelioma mesothelioma data mimisan mimpi minimalis Misteri mobil modern modul motivasi motor mp3 mual mulut mutasi Naruto news ngidam nikah nisn noah nodul nomor surat Novel novil Olah Raga Olahraga olympic opini pagar panggilan paper paspor paud pelatihan pembelian pemberitahuan pemerintah penawaran pendidikan pengantar pengertian pengesahan pengetahuan pengumuan pengumuman pengumumna Pengunduran pengurusan penyakit penyebab perjanjian perkembangan Permohonan pernyataan perpanjangan persiapan bisnis Pertanian perumahan perusahaan perut peta phones photo Pidato pilkada pimpinan pindah plpg PLS postcard pringatan Printer Tips profil Profil Boyband properti property proposal prumahan Psikologi-Psikiater (UMUM) Puisi quote Ramalan Shio rekomendasi relaas resensi resignation resmi Resume rpp ruang rumah rupa sakit sambutan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) second sejarah sekat sekolah Selebritis seni sergur series sertifikat sertifikat tanah sinopsis Sinopsis Film Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan sitemap skripsi sm3t smd sni snmptn soal Software sosial springbed starbol stnk sukhoi sumatera surabaya surat suratkuasa Surveilans Penyakit tafsir tahap Tahukah Anda? tanda tas television teraphy Tips Tips dan Tricks Seks Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum toko Tokoh Kesehatan top traditional tsunami tugas ucapan ujian uka un undangan undian universitas unj unm unp upi uu Video virus walisongo wanita warnet